DAHSYATNYA SEBUAH TULISAN
Dahsyatnya Sebuah Tulisan
Oleh Uki Lestari
Memang, tulisan hanyalah sebuah karya tulis. Tulisan merupakan hasil menulis. Tulisan juga sekadar curahan kata-kata yang ditulis ke dalam selembar kertas, baik cetak ataupun elektronik. Baik dibuat dengan pena ataupun diketik di layar laptop/komputer.
Jamak ditemui di zaman makin canggih ini, tulisan ditulis melalui ponsel. Banyak aplikasi mewadahi tulisan dalam bentuk apa pun.
Tulisan pun ditujukan tak saja pada suatu instansi/ organisasi. Sebuah tulisan bisa dibuat untuk seseorang, banyak orang, bahkan untuk diri sendiri.
Berkat tulisan, banyak dampak yang bisa terjadi. Tak sedikit manfaat yang diperoleh dari sebuah tulisan. Dengan tulisan yang jauh akan menjadi dekat. Dan tak bisa dimungkiri dengan adanya tulisan, yang dekat juga bisa menjadi jauh. Tergantung isi dan pesan yang terkandung dalam tulisan itu sendiri.
Tulisan juga bisa dijadikan media dalam berkomunikasi yang baik. Tak semua orang bisa mengungkapkan yang dirasakan secara langsung/lisan. Ada yang lebih nyaman menyampaikannya dalam bentuk tulisan. Di samping waktu pikirnya banyak, juga tersedianya kesempatan untuk memilih diksi yang lebih tepat dan memikat.
Katakanlah di saat sepasang suami istri tak bisa mengungkapkan keinginannya pada pasangannya. Dengan tulisan, salah satu pasangan bisa leluasa mengungkapkan isi hatinya yang terdalam. Biasanya, tulisan lebih dapat dihayati, dicerna, dan direnungkan setelah membacanya.
Tulisan tentu saja bisa dibaca berulang-ulang tatkala pembaca tulisan belum paham akan tulisan tersebut. Jika melalui lisan, apakah bisa kita meminta pembicara mengulang ucapannya? Tentu tidak bukan.
Pernah saya mendengar curhatan seorang sahabat. Beliau yang menurut saya adalah istri yang memiliki hati yang lembut, penyayang, dan tak tegaan. Suatu kali, kami bersemuka dan bercerita panjang lebar. Begini ceritanya.
Di suatu pagi, suaminya buru-buru berangkat ke kantor. Sedangkan, beliau sibuk di dapur. Tetiba, suaminya pamit ke kantor dengan suara yang tak berwujud rupa.
"Abang berangkat dulu ya, Adinda," teriak sang suami dari garasi mobil tanpa ada jabat tangan apalagi cipika-cipika dan pelukan.
Si istri hanya bengong. Masakan di belakang pun tak bisa ditinggalkan di saat deru mobil mulai menjauh. Ternyata beliau tak senang dengan cara pamit suaminya seperti itu. Katanya, "ada yang kurang".
Si istri alias sahabat saya tersebut tak patah arang. Karena jiwanya membara jika menulis. Dan beliau juga kutu buku. Maka, beliau siasatilah kekecewaannya tersebut ke dalam bentuk tulisan.
Beliau pun menulis, sepenuh hati. Klik, dikirim ke suami tercinta. Sebuah pantun pun dibaca sang suami sehingga bikin suaminya klepek-klepek (itu dugaan saya lho, hehe). Isi pesannya kira-kira seperti ini.
Paramedis bersorak berapi-api
Gizi buruk namanya stunting
Kalau Abang pergi gak cium pipi
Bak pakai celana gak pasang ritsleting
Kata sahabat saya tersebut, suaminya tak membalas, namun dibaca. Beliau kira tak ada pengaruh. Dibiarkan saja.
Namun, keesokan harinya, beliau sibuk di dapur. Menyediakan anggota keluarga tercinta sarapan penuh cinta. Suaminya pun telah rapi hendak ke kantor. Mereka pun beradu pandang. Ternyata suaminya termakan oleh caranya, suaminya luluh, memandang penuh cinta.
Mereka pun saling berdekatan. Hidung pun beradu. Cara pamit yang diidamkan sang istri sepertinya akan terjadi. Semakin lama jarak mereka makin dekat.
"Meoooong....." Suara kucing kesayangannya membuyarkan adegan romantisnya berdua. Ternyata si istri alias sahabat saya saking bahagianya tak sadar menginjak ekor kucing tersebut.
Suaminya jadi salah tingkah, apalagi sahabat saya tersebut. Akhirnya mereka sarapan dengan senyum-senyum sendiri. Di saat hendak berangkat ke kantor, pipi sahabat saya tersebut merah merona di saat kecupan sayang dari sang suami telah mendarat dengan sempurna. Oh, indahnya.
Itulah salah satu kedahsyatan tulisan dalam kehidupan keluarga. Tak bisa dihitung jari efek positif dari sebuah tulisan. Lalu, sudahkah Anda menulis hari ini?
Solok, 24 Oktober 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren...
Yo...bana tu... Tamakan pulo... Tulisan dapat memberi inspirasi
Hihihi. Iyo nak, Bu Elkhi.
So sweeeetttt......memang dahsyat ya sebuah tulisan
Hahahahaa.... Alum sampai sih samo endingnyo nan sabananyo lai. Hhahaha, tapi keburu lahbanyak se. Sagan wak manaruihannyo lai. Hihihi
Sukses selalu, Sayang.
Makasih, Uniku sayang....
Mantul sekali Buk, beda cara beda rasa.... Sukses selalu
Ooo jd itu yo rasonyo klu uda pai krj ndk cipika cipiki dl. Raso celana ndk tapasang resletingnyo, masuk angin tu.Bsk tu klu sdg baduo jo uda, caliak kiri kanan, ateh bawah. Jan sampai ado yg teraniaya dek awak
Isis sejuk..
Haahaaa
HahahahaIko bukan awak. Ini pengalaman sahabat. Nanti ambo sampaikan ka sahabat ambo tu ko.
Ini cerita "kawan saya".Hihi
Hahahahahaaa...
Keren buk ceritanya
Makasih, Buk Farida.
Keren. Alhamdulillah sudah menulis Bunda. Terima kasih.
Makasih kembali, Bu Nurohman.