Uki Lestari

Perempuan kelahiran Sitiung II, 30 Juli 1987 ini adalah anak ke-5 dari tujuh bersaudara. Dibesarkan dari almarhumah ibu yang juga guru, membuat cita-citanya jug...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kau bukan Untukku

Kau bukan Untukku

Kau bukan Untukku

Oleh: Uki Lestari

Rembulan merengkuh gelap. Langit hitam dan cahaya bintang, sepertinya enggan bersahabat. Langit kokoh dengan kesendiriannya, sedangkan bintang enggan menyapa. Semuanya menjadi sunyi, senyap, gulita.

Jangkrik yang sedari tadi berlomba, memecah nyanyian alam tanpa bosan bertalu. Katak pun sesekali ikut serta, menghiasi remuknya sepi malam kelam.

Kubasuh wajah dengan air yang mengalir di buluh depan rumah. Perlahan tapi pasti, dingin menyeruak di sekujur tubuhku. Beku terdampar dalam kesunyian sepertinya terobati dengan hebohnya gemericik bulir wudu yang jatuh satu per satu.

Sesegera mungkin kupeluk malam dengan melangitkan doa, mengetuk pintu langit mengharap pengampunan, mencari perhatian Sang Penguasa Malam.

Kukadukan segala gundahku. Mulai dari yang kutanggung belakangan ini hingga rasa yang tak pernah tuntas dalam sanubari. Selalu kucurhatkan pada-Nya, mengiba-iba, merengek-rengek agar Dia memberikan jawaban atas rasaku akhir-akhir ini.

Khidmat kubermunajat. Tak henti-henti kubersalawat. Tak lelah kugemakan asma-Nya. Untaian doa-doa juga kuluruhkan. Tinggal Dia menentukan, tentunya yang terbaik menurut-Nya. Aku pasrah, aku benar-benar menyerahkan segalanya kepada Yang Mahabijaksana.

Sejak pertemuan itu, aku tak bisa tertidur pulas. Aku benar-benar mendambakannya. Berharap dia menjadi permaisuriku, di sini hingga di akhirat nanti.

Pesonanya yang manis, membuatku tergila. Hijab ungu muda yang dipakainya, menambah diriku masuk dalam perangkapnya, menjadi tawanan cintanya.

"Yaa Rabb, tumbuhilah cintaku padanya yang berdasar cinta kepada-Mu. Jauhi segala pikiran-pikiran yang tak ingin kulintaskan padanya. Jagalah hatiku agar mencintainya karena-Mu. Aku sungguh menyayanginya, yaa Rabbi-ku."

Namun, harapanku luluh lantak. Tatkala kuketahui ternyata dia telah dimiliki. Ingin aku berteriak, persatukanlah aku dengannya meskipun apa pun yang terjadi. Namun, aku sadar, ini adalah keegoisan yang tak bertumpu. Sekilas kuberpikir, dia bukan untukku. Namun, ada Allah. Biar kuserahkan pada Allah saja.

Kuatur napas demi napas. Aku tak malu, aku terisak kepada Sang Penguasa Hati. Aku tak segan, merengek tak henti-henti kepada Sang Pembolak-balik Hati. Aku tahu, jika Dia berkendak, semua mudah bagi-Nya.

Semua kuserahkan pada-Nya. Aku hanya ingin berbincang dalam sunyi manakala hati remuk redam karena makhluknya yang begitu menawan. Aku mencintainya, sangat mencintainya. Redamlah cinta ini yaa Allah agar aku bisa berdiri tegap, tatkala menghadapi yang sebenarnya terjadi.

Dan apa yang hendak kulakukan, selain mengadu dan mengadu kepada Raja Hati. Kepada Raja Semesta. Hanya Dia, tiada yang lain kecuali Al-Mulk.

Bahkan, tanpa kusebutkan Dia telah tahu, tanpa kukadukan Dia telah mengerti. Hanya saja, Dia ingin aku bermanja kepada-Nya. Merengek agar aku lebih dekat dengan-Nya.

Lantas, haruskah kuutarakan semuanya kepada makhluknya yang membuat aku tergila-gila itu? Tidak! Sekali-kali tidak. Lebih baik aku kadukan hanya kepada Pemiliknya. Allah yang memilikinya, Allah yang mampu membolak-balikkan hatinya.

Apakah aku egois? Entahlah, aku hanya ingin yang terbaik dari Tuhanku, Allah azza wajala. Biar Dia yang menjawab semuanya. Aku pasrah, aku ikhlas atas ketentuan-Nya.

Biar kuselesaikan saja perjuangan ini. Berserah diri, bermunajat tiada henti, dan tentunya berikhtiar agar aku tak lari dari-Nya. Biar saja cinta ini kurasakan sejauh ia melambung. Kerinduan yang menggila, biar kupagut dalam bait-bait doa. Untukku juga untuk dirinya.

Karena aku tahu, cinta itu adalah doa. Aku mencintainya, tentu aku akan selalu mendoakannya. Tak perlu dibalas, tak perlu dia tahu, insyaallah aku ikhlas. Mencintainya tanpa tapi. Di sini, memapah hati mengharap rida dan izin Illahi.

Tak pernah letih netraku menjulang asa. Tak pasai tanganku menengadah. Jika rasa tak berubah, hasrat berbilang cinta hanya untuknya, dia Melani.

Terkadang, ingin kusampaikan pada angin malam, berpihaklah padaku sekali ini saja. Hanya satu pintaku, biar kusampaikan pada dunia bahwa aku menyayanginya dengan caraku yang tak biasa. Lagi-lagi mulutku tertutup rapat, hanya hati yang melunta-lunta mengeluarkan segalanya.

Aku pun yakin, Tuhan tak pernah keliru menempa aku dengan cinta yang tak pernah kumengerti. Bila aku harus mencintainya dalam diam, aku ikhlas.

Karena kuyakin tidak ada yang tak mungkin bagi Allah. Mungkin kini dirinya buka milikku, entah lusa aku dengannya bisa menyemai cinta bersama atas izin-Nya. Semua kekuasaan Sang Pemilik Hati.

Di malam basah ini, lagi-lagi kubaca kenangan tentangku, tentangnya. Kupahat rindu di seutas senyumnya yang memesona, manis, juga memenjara cinta.

Rintik-rintik kecil pun mulai membasahi bumi. Sukar kuelakkan rindu yang tiada bertepi. Hanya kepada Rabbi tempatku menempa hati, tempatku berserah diri.

Aku yakin, suatu masa akan kutemukan titik bahagia. Asal aku tak lelah melangitkan doa, tak bosan membumikan ikhtiar. Bila berjodoh, Allah akan pertemukan asal aku mau bersabar.

Kini, kupasrahkan diri, kuperbaiki hati agar rindu yang berkalang tak menjadi-jadi. Jika satu kali saja waktu berpihak padaku, akan kuciptakan memori indah bersamanya. Dirinya yang kucinta, Melani.

Solok, 20 Februari 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren menewen

20 Feb
Balas

Makasih Buk Eva...

20 Feb

Indah lanjut yuk

20 Feb
Balas

Insyaallah siap, Bu.

20 Feb

Dahsyat

20 Feb
Balas

Siap!

20 Feb

Cerpen yang keren yang penuh keyakinan dan semangat Bu Uki

20 Feb
Balas

Alhamdulillah. Makasih, Bu.

21 Feb

Asyeek diksinya alamakkkk

20 Feb
Balas

Hihihi... Makasih, Bu Maryati sayang....

20 Feb

Keren menewen. Sukses selalu untuk Bunda Uki.

20 Feb
Balas

Aamiin. Makasih Bu Umi...

20 Feb

Masha Allah.. tuturannya keren.

20 Feb
Balas

Alhamdulillah. Makasih Bu Nur.

20 Feb



search

New Post