KEKURANGAN YANG DIDAMBA
KEKURANGAN YANG DIDAMBA
Oleh Uki Lestari
Hari ini sebenarnya saya sudah menulis lanjutan cerita saya sebelumnya yang berjudul "Ayah, Jangan Hari Ini". Namun, ada satu hal yang harus saya sampaikan. Kalau menurut saya ini emergency. Khususnya buat perempuan yang kewalahan atas berat badannya yang gemah ripah. Alias subur.
Saya salah satunya. Hehe. Keturunan yang subur-subur, tak pelak membuat saya terkontaminasi oleh pola pikir bahwa saya gendut karena keturunan. Aslinya, bukan itu saja latar belakang atas kegendutan ini. Buktinya dari lima bersaudara perempuan, adik saya terkecil tidak gemuk. Ini membuktikan tho, kalau gemuk yang saya derita saat ini bukan karena keturunan belaka, tapi juga pola makan yang tak beraturan. Atau ada juga menurut sebagian orang bilang karena bahagia. Aamiin, semoga saja. Hihi.
Namun, meski tak gendut-gendut amat, saya risih dengan keadaan badan seperti ini. Saya pengin lebih ideal karena jika dilihat dari sudut pandang beberapa penelitian, berat badan yang saya miliki saat ini termasuk bohay. Hanya saja, penyebutan seperti itu saya rasa untuk membahagiakan hati orang yang membacanya. Gemuk ya tetap gemuk. Tapi, mereka percantik dengan kata "bohay". Hehe.
Alhasil, saya pun meminta izin pada suami untuk menjalani diet yang menurut saya tidak terlalu ekstrim. Namanya diet enak, bahagia, dan menyenangkan (DEBM). Diet ini meminimalkan karbohidrat dan gula. Jadi, sebaiknya tidak mengonsumsi karbo dalam bentuk apa pun dan makanan atau buah-buahan yang mengandung gula. Saya rasa ini tidak terlau ruwet, saya pun mencoba setelah dapat izin yang sebelumnya sangat susah didapat.
Seminggu saya jalani. Saya yang tipikal orang yang pembosan, dua hari memakan alpukat sudah jenuh. Saya hentikan memakannya, padahal buah ini kunci utama, dalam diet tipe ini. Dengan kata lain, alpukat buah satu-satunya yang sangat direkomendasikan dikonsumsi dalam proses DEBM.
Alhamdulillah di minggu pertama, saya berhasil menurunkan berat badan 4 kg. Wah, sangat senang tuh. Berbagai menu pun saya coba dengan rekomendasi resep dari seorang teman dari Pontianak, Kalimantan Barat. Namanya Ibu Nadya. Saya semangat dan mantap. Ingin terus lanjut.
Namun, siang ini saya mulai-mulai selingkuh. Eits, selingkuhnya bukan sama orang ya. Tapi, sama sesuatu yang sangat tidak dapat jauh darinya. Apalagi kalau hujan, sangat merindukannya. Gak ketemu nasi itu gak masalah buat saya, namun kalau tidak ketemu yang satu ini bikin saya rindu berat. Apalagi kalau bukan kopi.
Di saat membuatkan kopi untuk suami sepulang ia salat Jumat, sambil berjalan menuju meja saya pandang lekat-lekat kopi tersebut. Di dalam hati saya bergumam, "Oh, Sayang... Sungguh berat jauh darimu."
Setelah menyuguhkan kopi tersebut, saya pun duduk manis di depan suami. Sambil senyum-senyum saya pandang-pandang terus kopinya. Ia pun tak kuasa melihat istrinya merana seperti itu.
"Kalau gak kuat, ya udah gak usah dipaksain. Minum aja kopinya, selagi panas nih."
Dengan masih nyengar-nyengir, saya pun sesap kopinya. Nikmaaaaaaat.... Amboy..... Aromanya memesona, nikmatnya tiada tara. Saat mata terpejam-pejam menikmati kopi tersebut, saya pun tersadar. "Gula!" Saya pun meletakkan kopi tersebut ke tadahnya kembali. Suami tertawa dan hanya melihat tingkah saya yang membingungkan.
Saya mulai gundah. Iman diet saya mulai melemah. Apalagi pempek padang sudah mulai mengesot ke arah Solok. Kalau dilihat dari indra ke sembilan saya, sekarang pempek tersebut masih terseok-seok mendaki Panorama II Sitinjau Laut. Baiklah, teruslah berjuang pempek, saya akan menunggumu dengan mulut terbuka, eh tangan terbuka. Hihi.
Iman diet saya semakin melemah, di saat melihat postingan salah satu teman FB sore ini. Dia membagikan jurus diet aman dan alami yang dijalaninya. Anda pasti tak akan percaya, jika melihat perubahannya secara drastis. Hanya kurun waktu 3 bulan, dia yang semula dibilang "emak beranak 9" sekarang dibilang "gadis yang baru kembang". Dahsyat gak tuh!
Mau tahu jurusnya apa? Oke, saya akan bocorkan di sini. Saya ingin teman saya tersebut makin banyak pahalanya bila tips yang dia berikan tersebut berhasil pada banyak orang. Iya, apa jurus dahsyat teh pahit ( teh pekat tanpa gula) dicampur dengan jeruk lemon.
Bayangkan, berat badannya yang sebelumnya 80 kg sekarang menurun drastis menjadi 56 kg. Uhg... Dahsyat banget. Mudah-mudahan meski gak sebanyak itu turun berat badan saya, saya juga mendambakan kukurangan tersebut, yaitu kekurangan berat badan. Mencapai body goals. Semoga.
Solok, 4 September 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ndak usah diet, Sayang. Yang penting sehat. Kan tetap cantik. Subur makmur sejahtera. Haha.
Iya, Uni. Dietnya juga alami. Hihi. Tapi ya itu tadi, kopi menggodanya pakai bangeeet...
Tapi teh samo lemon tu iyo rancak tu mah
Siap uni, ki cubo itu ciek lu. Hehehe
Haahaaaaaaa. Kok usul ambo sanak pakai untuk diet baa. Ndk usah menyiksa diri model itu. Kopi indak diminum, bakso model itu pl, apo lai pempek sdg dipanorama. Hadeehhhh
Hahahhahahahaaaaa.....
Terima kasih ilmunya . Mau .coba deh teh paitnya