Riba Membunuhku
Riba Membunuhku
Oleh Uki Lestari
Berkali-kali kesempatan dan tawaran saya terima. Tak terhitung jumlahnya. Sebanyak yang datang, sebanyak itu pula penolakan demi penolakan halus saya persiapkan.
Memang, mengendalikan diri sendiri itu lebih sukar daripada mengendalikan orang lain. Apalagi tekanan dan cemoohan tak sekali dua kali terdengar. Cukup ilmu "tutup telinga" saja yang bisa saya perbuat. Tekad yang kuat juga peluru dalam berperang melawan segalanya tentang riba.
Masih saya ingat beberapa tahun lalu. Sekitar awal 2017 saya mendengar ceramah seorang ustaz. Beliau menjelaskan tentang riba. Sebelumnya, saya tidak 'ngeh' tentang penggadaian SK di bank. Malah, dalam pikiran saya SK lebih aman diletakkan di bank. Itu anggapan saya beberapa tahun lalu.
Namun, setelah mendengar ustaz tersebut bertausiah. Entah mengapa, saya seperti akan meninggal dalam waktu dekat. Saya sangat takut berpulang di saat saya melakukan dosa besar tersebut. Ngeriba. Yaa Rabb.
Jika masih mengingat kala itu, saya ingin menangis. Menangis bahagia, diberikan hidayah untuk berkeinginan melepaskan diri dari jeritan riba. Juga menangis bahagia detik ini SK saya sudah bisa saya selamatkan dari riba tersebut. Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk-Nya bagi hamba-hamba seperti kami ini. Aamiin.
Alhamdulillah hari ini saya masih bisa bertahan. Tak mudah menjawab tawaran-tawaran penuh godaan. Tak mudah menjelaskan ketakutan akan ngerinya siksa riba. Karena seperti kita tahu, malah ngeriba itu sesuatu hal yang dianggap biasa. Dianggap lumrah bagi sebagian orang.
Bahkan menjadi moto. Jika tidak menggadaikan SK ke bank, tak bisa membeli rumah, mobil, motor, dan sebagainya. Allahu akbar. Mudah-mudahan saya kuat melawan godaan gemerlap dunia yang fana ini.
Banyak juga yang pasrah. Tak ingin berjuang. Entahlah. Bukan saya naif. Atau hutang saya waktu itu masih tergolong sedikitmakanya bisa melunasinya. Tak mudah keluar dari manisnya riba. Tapi kita harus kuat. Meskipun jalan untuk terlepasdarinya berkelok-kelok. Setidaknya, ada usaha menjauh dari dahsyatnya riba yang ngeri banget.
Untuk saat ini alhamdulillah saya mencoba dan terus berjuang melawan riba. Biarlah lambat asalkan selamat. Tak mengapa. Sering saja berdoa kepada Allah Yang Mahakaya. Agar Dia mengalirkan kekayaaan-Nya Yang Mahaluas.
Tak lupa juga saya berdoa agar senantiasa sehat selalu. Diberi kesabaran, meski sedikit semoga menjadi bukit. Meski perlahan insyaallah tak menjadi beban.
Terpenting mampu menjauh dan terhindar dari riba. Diberkahi rezeki kami oleh Allah subhanahu wata'ala. Aamiin.
Riba membunuh cinta. Riba menerkam kenyamanan. Riba menghambat rezeki. Riba merenggut ketenangan. Riba mencabut kedamaian.
Solok, 10 Desember 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Luar biasa, Terimakasih Pencernaannya Ibu,Sukses selalu
NgeRIBAnget dosanya uni. Izin share ya....
Iya, Mas bro. Silakan, Mas.
Benar bu. Semoga kita dijauhkan dari riba. Aamiin. Barakallah tulisannya bun. Ijin follow
Wabarakallah, Bu. Silakan, Bu.
Menarik kisahnya bu
Makasih, Bu.