SAAT KEPEKSO MENJADI CINTO
SAAT KEPEKSO MENJADI CINTO
Oleh Uki Lestari
Awalnya saya tak peduli teman-teman di WAG Kelas Editor Sumbar mengikuti tantangan menulis di Gurusiana. Gagasan yang diusung oleh CEO MediaGuru pada 13 Januari 2020. Di kala teman-teman asyik dan antusias, saya tetap menulis di setiap harinya, namun belum ikut tantangan. Hanya membagikannya di FB pribadi dan di grup FB MGI.
Lambat laun, saya pun tergoda. Pada 28 Januari 2020 saya ikut tantangan. Saya buat akun Gurusiana baru. Sebelumnya sudah ada, password-nya lupa. Ternyata asyik dan saya mulai terbius. Aah!
Banyak rintangan selama mengikutinya. Baik dari ide, waktu, media pendukung, dan lainnya. Saya hadapi dengan tertatih-tatih, tapi tetap tegar. Piagam perak, biru, dan emas pun sudah di genggaman. Saya sangat bersyukur atas pencapaian tersebut.
Namun, bukan piagam itulah yang menjadi dasar saya mengikuti tantangan tersebut. Itu hanya bonus. Menjadi pribadi disiplin dan menghargai waktu, itulah hikmah yang paling kentara yang saya dapat dan rasakan.
Sembilan puluh hari saya jalani keterpaksaan ini. Tiga bulan bukanlah waktu yang sebentar. Teramat berat bila hari-hari diisi dengan hal-hal yang dipaksakan. Namun hal ini sungguh beda. Cinta itu kini tumbuh dengan sendirinya. Tak dimungkiri, bahkan sekarang menjadi kebutuhan. Semua kini hampa bila tanpanya. Maasyaallah!
Siapakah dia? Apakah dia? Bagaimanakah dia? Di manakah dia? Kapan ia datang? Mengapa ia datang? Inilah poin yang mesti saya jelaskan satu persatu yang menjawab segala cinta yang saya rasakan saat ini. Semua berawal dari keterpaksaan.
Siapakah dia? Dia bukan orang, juga bukan benda. Dia imajinasi yang mengeluarkan segala yang ada dalam pikiran. Apa yang ada dalam hati dan jiwa. Ditumpahkan ke dalam rangkaian aksara indah, sarat emosi, penuh info dan ilmu, dan terurai satu persatu ke dalam bentuk karya.
Apakah dia? Dia sebuah alunan rasa yang terkadang tak dapat disebutkan dengan ucapan, mengalir deras dalam susunan kata demi kata, sehingga terbentuk beberapa kalimat yang menggunung, menjadi beberapa paragraf padu.
Bagaimanakah dia? Dia terkadang hadir tiba-tiba. Tak jarang dia juga malas singgah, sekalipun ditunggu-tunggu. Ia tak dapat diterka.
Di mana dia? Dia ada di mana-mana. Di kamar, di jalan, di rumah, di dapur, di tempat kerja, di perjalanan, di taman, di atas kendaraan, bahkan di dalam kamar mandi yang sering nongol saat di dalam WC. Dia ada di mana pun kita berada. Kepandaian dan kelihaian kitalah untuk membujuknya, agar mau hadir di tempat dan waktu yang tepat.
Kapan dia datang? Inilah perkara yang sangat membuat cinta ini makin dalam. Ia datang saat waktu yang tak terbayangkan. Ia pun pergi sesuka hatinya. Saat ia datang, jangan sampai membiarkannya saja. Genggam, peluk erat, dan segera disimpan apik ke dalam media yang mengurungnya di sana. Jangan biarkan ia pergi dan minggat. Karena jika ia pergi, terkadang lama untuk kembali. Ia tak peduli, kita sedang menunggunya atau tidak.
Mengapa ia datang? Sebuah pertanyaan yang mendasari segala yang dijelaskan sebelumnya. Ia datang karena cinta. Kadang datangnya dipaksa, kadang tiba dengan sendirinya. Ia merasakan cinta yang begitu dalam sehingga menemui pencintanya. Ia tak pernah ragu pada siapa ia datang, karena cinta itu telah tertambat kuat.
Itulah cinta hakiki. Dirasakan pada insan yang mau merasakan. Dipahami oleh manusia yang paham. Dilakukan oleh pribadi yang mau melakukan. Ditumbuhkembangkan, dirawat, dijaga, dipupuk, dipercantik, disiram, dibesarkan dengan suatu rasa yang tak semua orang mampu memilikinya.
Cinta ini berawal dari sebuah pemaksaan. Pemaksaannya pun tak sebentar, 90 hari. Bergelut dan berjumpa terus dengannya, membuat cinta ini makin kuat dan tak tergoyah. Paksaan itu benar-benar berbuah cinta.
Ini bukan sekadar cinta biasa. Cinta yang meliputi segalanya. Terlebih cinta pada Sang Pencipta. Yang memberikan cipta, rasa, dan karsa pada manusia, sehingga mampu menyemai cinta berupa aksara yang saat ini telah tertambat dalam sanubari.
Solok, 10 Juni 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren. Semoga lolos. Semangat bu guru. Saya sdh follow. Follow back ya. Trims
Aamiin. Makasih, Bu. Insyaallah siap, Bu.
Mantap Bu guru
Makasih, Pak.
Mantap Bu guru
Mantap Bu guru
Mantap Bu guru
Mantap Bu guru
Bagus
Mkasih, Bu Chu sayooong.
Cinto
Ho oh, cinto, Pak. Hihi
Cinto
Keren bu
Makasih, Bu.
Rancak bana.
Makasih, Bu Reni...
Rancak bana.
Tarimo kasih, Ibuku sayang... Mmuuuaahhh
Yo sabana keren minantu syantiq kok....makin cinto mintuo dek nyo, apolai anak mintuo batambah lope...lope nyo
Hahahahhha... Mintuooo,,, jadi malu tapi mau ah minantu deknyooo. Hihihihi
Kriuk dan renyah. Semoga sukses menjadi salah satu pemenang
Alhamdulillah, makasih Mbakyu sayang. Aamiin. Doa yang sama buat Mba ya...
Waaaw
Wiwwww.... Hihihihi
Waaaw
Waaaw
Waw
Keren ko..slm Literasi
Makasih, Uni sayang...
Keren mbak Iki...Moga lolos seleksi ya...aamiin...
Aamiin... Makasih Bu Siti sayang...
Semoga sukses ya bu.
Aamiin. Doa yang sama buat Ibu...
Keren banget ceritanya buk.
Alhamdulillah, makasih, Bu.
Masyaallah,, kepekso jadi Cinto..
Iya, Bu. Pesona cinta begitu terasa, Bu. Kepekso Jadi Cinto.
Mantap bu
Makasih, Bu.
Bagus.. Cakep tulisannya.. Amboy..
Alhamdulillah, makasih atas kunjungan dan apresiasinya, Bu.
MasyaAllah, selalu keren tulisannha uni..Merangkai kata-kata menjadi sebuah tulisan yang keren...Selalu menunggj tulisan ini..
Alhamdulillah. Makasih apresiasi dan kunjungannya, Mba Riska. Insyaallah akan selalu berkarya.
Baru baca..tulisannya selalu ciamik
Yes, berawal dari keterpaksaan akhirnya menjadi terbiasa
Iya, Bu Nadya. Awali dengan bismillah akhiri dengan alhamdulillah.
Mantap bun
Makasih, Bu...
Mantap, semoga selalu sukses. Salam
Aamiin. Makasih, Da. Doa yg sama buat Uda juga...
Keren uki
Manap, sukses ya bu
Makasih, Bu. Doa yang sama buat Ibu.
Mantuuul
Makasih, Bu.
Kereenn banget, Bu.
Makasih, Ibu yang selalu setia mampir di di sini...
Aku masih tertatih tatih
Dan semua akan indah pada waktunya. Kan didapati indahnya pesona cinta itu... Bersabarlah... Semuantak akan sia-sia, Uni...
Soga semangat dan kemampuan ibu dalam merangkai aksara dapat diikuti oleh penulis pemula seperti saya. Aamiin
Aamiin... Rajin menulis dan membaca, Bu. Insyaallah akan dimudahkan dan membuka jendela dunia. Jangan ragu, jangan risau. Ada Allah. Di mana ada kemauan, di situ ada jalan.
Kerenn.. Bun, semangat menulisSalam literasi
Makasih, Bu. Semangat membaca dan menulis. Salam literasi.