Uki Lestari

Perempuan kelahiran Sitiung II, 30 Juli 1987 ini adalah anak ke-5 dari tujuh bersaudara. Dibesarkan dari almarhumah ibu yang juga guru, membuat cita-citanya jug...

Selengkapnya
Navigasi Web
Semusim

Semusim

Semusim

Oleh Uki Lestari

Semusim 'tlah kulalui

'tlah kulewati tanpa dirimu

Tetapi bayang wajahmu

Masih tersimpan di hati

Berbeda dengan lirik lagu yang dilantunkan Marcell, tak lagi semusim. Entah berapa musim kulalui tanpamu. Dan rasa itu tak pernah berubah, tetap sama.

*

Langit biru kini tengah tersenyum menemani sang surya. Burung-burung camar bercanda bersama sambil mematuk rezekinya pagi itu. Tak mau kalah, rerumputan yang hijau berlenggak-lenggok menari mengiringi semilir angin yang gemulai.

Lamat-lamat, di kejauhan mawar-mawar di taman berdansa riang. Kumbang-kumbang pun dengan gagah menggoda sang mawar agar mau memberi kenikmatan. Bersama semesta, mereka nikmati indahnya langit biru pagi itu.

"Yesi, bagaimana kabarnya Reyhan? Apa kamu masih bertahan?" Tetiba Fitra bertanya membabi buta. Membuat Yesi ragu menjawabnya.

"Sejak kami saling mengikat senyum di bawah temaram jingga kala itu, aku percaya aku mencintainya."

Yesi menjawab penuh keyakinan. Dan dia berharap Fitra percaya akan ucapannya itu. Seolah tak setuju, Fitra kembali menggodanya.

"Tidakkah kamu ingin seperti Mul yang telah bahagia menikah dengan Mamin. Tidakkah kamu ingin selalu berdekatan seperti Chu dengan Irwan? Dengan jarak yang mendukung, mereka hidup bahagia bersama. Tidak seperti kamu, hanya berharap kesetiaan yang entah bisa dijaga Reyhan dari seberang."

Lagi-lagi Fitra memengaruhi Yesi. Sekuat apa pun itu, perempuan berhijab yang selalu menjulur menutupi dada itu tetap teguh. Dia akan tetap menunggu hingga Reyhan hadir membawakannya mahar untuk dibawa ke penghulu.

"Percuma, Fit. Kamu hendaknya mendukung aku dan Reyhan. Bukan mencibir usaha kami yang berjuang mati-matian demi sebuah kesetiaan!"

"Aku hanya gak ingin kamu menanti sia-sia, Si. Kamu tahulah, di sana di kota besar. Banyak perempuan cantik yang ditemui Reyhan. Semua ada di sana, Si. Kamu apalah di sini. Berkalang rindu setiap hari, menjaga kesetiaan, eh, ternyata Reyhan di sana....."

"Aku yakin, Reyhan nggak seperti yang kamu bilang Fit. Udah, kamu fokus saja sama Atan. Atan memang lelaki yang baik dan saleh. Jangan kamu sia-siakan dia ya," sela Yesi saat melihat Fitra hendak menceramahinya tiada henti.

Di saat mereka asyik bercengkerama, tetiba Juna ikut bergabung. Fitra yang tadinya bersungut-sungut, yang mencoba memorakporandakan keteguhan hati Yesi, kini malah ceria karena kedatangan Juna.

"Jun, bawa apaan tu? Waaah, ini kan pempek kesukaan Yesi. Aku juga." Celoteh Fitra sendirian.

"Hehe, Iya, Fit. Itu ada pempek yang di perempatan ujung sana. Pempek kesukaan Yesi. Kalau kamu mau, makan gih sama Yesi." Juna bersemangat mempersilakan Fitra dan Yesi menyantap makanan khas Palembang itu.

"Makasih ya, Jun. Kamu tahu aja kesukaan kami," ucap Fitra sembari membuka bungkusannya.

"Thanks ya, Jun. Ngapain repot-repot segala sih, bawain kita pempek," ucap Yesi.

"Nggak kok, Si. Tadi aku lewat jalan itu, lalu ingat kamu. Kamu kan suka banget pempek yang di sana. Kuahnya pedas dan kental. Iya kan?" jawab Juna.

"Hehe, iya sih. Tapi, takut ngerepotin kamu," balas Yesi.

"Apa pun menyangkut kamu, nggak ada yang memberatkan buatku kok, Si," goda Juna.

"Huuuhhh...Haaahhh,,, Panassss. Ini pempeknya yang panas apa suasana di sini ya yang panas?" Fitra menggoda Yesi dan Juna yang mulai salah tingkah.

"Okelah, saya pamit pulang dulu ya Fit, Si. Aku udah janji nih sama anak-anak panti. Takutnya nanti aku terlambat datang, mereka nanti kecewa," sambung Juna.

Juna meninggalkan mereka yang masih asyik bergulat dengan dua kotak pempek yang super enak dan makanan favotit mereka tentunya. Juna pun berlalu dengan mobil HRV bercat putihnya.

Yesi dan Fitra menyeruput kuah pempeknya sampai habis tak bersisa. Memang mereka penggila pempek. Apalagi pempek yang dibawakan Juna, memang benar-benar sedap, nikmat, dan klop di lidah mereka.

"Si, menurut kamu, apa lagi kekurangan Juna? Dia benar-benar ada, Si. Ada! Tanpa kamu minta, dia memanjakanmu. Tanpa kamu suruh, dia memperhatikanmu. Inilah calon imam yang perlu diperjuangkan, Si. Bukalah matamu, Si. Jangan mengharap pada yang tak pasti. Yang tak tahu kita apa yang Reyhan perbuat di sana." Fitra serius memohon pada sahabat yang sudah dianggapnya saudara itu.

"Fit, orang yang baik belum tentu kita cinta. Tapi, orang yang kita cinta hendaknya orang yang baik. Dan aku tahu betul bahwa Reyhan orang yang baik. Reyhan bukan saja baik, dia juga saleh. Hal itulah yang membuatku mempertahankannya dalam hatiku," jawab Yesi.

"Ah, kamu. Susah banget dibilangin!" Fitra kembali bersungut-sungut tapi tetap menyayangi sahabatnya itu.

"Kamu tahu gak, Fit. Memang benar sih aku terpisah saat ini. Tapi itu hanya raga. Jiwa kami masih bisa menyatu. Kami saling percaya. Itulah kunci dari hubungan kami saat ini. Seandainya kami gak ditakdirkan bersatu, aku akan terima. Namun, untuk saat ini, waktuku masih ada untuk tetap menantinya. Tak ada waktu yang begitu lama untuk menanti sesuatu yang benar-benar diyakini. Dan aku meyakini tentang itu."

Fitra hanya diam dan tersenyum. Jauh dalam lubuk hatinya, dia berdoa atas kebaikan sahabatnya itu. Agar suatu hari sahabatnya itu benar-benar memperoleh cinta yang purna. Cinta yang sebenar cinta.

Fitra mendekap Yesi begitu hangat. Yesi bisa merasakan kasih sayang sahabatnya satu ini berbeda dengan sahabatnya yang lain. Apa pun tentangnya, hampir semua Fitra tahu. Fitra bagai bayang-bayangnya.

Di saat mereka hanyut berbagi kisah dan kasih, tetiba seorang lelaki mendekat. Fitra hampir pingsan tatkala mendongak ke atas. Dia berkali-kali mengucek matanya. Sedangkan Yesi yang tadinya duduk santai, berdiri tak percaya melihat siapa yang berdiri di depannya.

"Rey....."

Solok, 9 Februari 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantul...

09 Feb
Balas

Hihihi. Makasih, Buk Eva sayang...

09 Feb

Keren...mantapp..suskes Bu Uki

09 Feb
Balas

Aamiin. Makasih Bu Sri sayang...

09 Feb

Sepertinya, cerira selanjutnya bakalan menarik.Sukses Uki...

09 Feb
Balas

Aamiin. Insyaallah akan ada cerita lagi tentang Reyhan, Bu... Doakan saja ya, Bu.

09 Feb

Alhamdulillaah.... Akhirnya. Ndak sio-sio panantian. Hahaha.

09 Feb
Balas

Hahahahahaaa...... Ndak suo-sio do Ni... Hihihi

09 Feb

Wow. Keren nih. Lanjut.

09 Feb
Balas

Insyaallah siap, Bu Nur.

10 Feb

HRV putih itu mengingatkanku akan seseorang. He he.Namun yang datang kemudian, apakah benar-benar Reyhan? Atau hanya halusinasi Yesi?

09 Feb
Balas

Huahahahahahhhaaaaa.... Babang sayyyyyyyy.... Hahahahhahaaaaaaa

09 Feb

Hayo coba tebak.... Mimpi apa nyata ya..... Hahhhaaaa

09 Feb

Unchhh, bolehkah kuberkenalan dengan Reyhan

09 Feb
Balas

Silakan ikuti terus petualang Reyhan di cerpen MUCEF, Teh. Nanti Trteh akan kenalan sama Reyhan. Hihihi

09 Feb

Lanjutannya ditunggu ya... Salam sukses bu

09 Feb
Balas



search

New Post