TANTANGAN 90 HARI MENULIS DI GURUSIANA (50) KAGUM TATKALA SHALAT
*KAGUM TATKALA SHALAT*
Oleh Uki Lestari
Senja kemarin, saya mulai melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim lagi yaitu shalat lima waktu. Yang sebelumnya menjalani masa jeda bulanan.
Setelah shalat Magrib, saya pun menyambungnya dengan shalat sunah ba'diyah sebanyak dua rakaat. Tatkala saya shalat, tiba-tiba anak lelaki yang sangat saya sayangi masuk ke kamar.
Ia berlalu di depan saya. Namun, ia ragu untuk menginjak sajadah yang terbentang. Karena kamar kami tidak begitu besar. Jika shalat di sana, ruang lepas antara tempat tidur dan lemari tertutup. Pas-pasan.
Ia mencoba melintasi, berusaha sekuat tenaganya untuk tidak menginjak sajadah. Waduh, shalat saya jadi kurang khusyuk karena tingkahnya.
Ia mencoba berjalan berjalan tanpa menyentuh sajadah. Menginjit-injit kakinya. Memegang gagang lemari yang ada di depannya.
Sebelumnya saya berpesan, "Kalau Umi shalat, Atan jangan jalan-jalan di atas sajadah Umi, ya! Gak boleh injak sajadah Umi ini juga ya," jelas saya sambil menunjuk sajadah.
Mungkin, itulah yang terekam dalam pikirannya. Bahwa tak boleh menginjak sajadah. Namun, melintas di depan Umi masih dilakukannya.
Uminya sih, _ngasih_ penjelasan _gak_ jelas-jelas. Hehe. Begini kan akibatnya. Okelah, _gak_ apa-apa.
Balik lagi ke cerita tadi. Atan berusaha tidak menginjak sajadah. Sekitar dua dan tiga kali ia mencoba menyiasati untuk melangkah.
Akhirnya, ia pun berhasil berjalan dengan sedikit menginjak sajadah, dengan hadiah kepalanya terbentur lemari. Ia usap-usap sendiri kepala yang terbentur.
Cukup keras terdengar benturannya, namun Umi _gak_ bisa berbuat apa-apa. Umi kan lagi shalat. Hehe. Ia usap terus kepalanya tanpa menangis dan mengadu.
"Alhamdulillah, kamu sudah mulai mengerti ya, Nak!" batin saya. Entahlah, kagum ini timbul tatkala saya shalat. Semoga saja Allah menerima shalat saya saat itu.
Begitulah anak-anak. Bila kita mengatakan A, ia akan lakukan A. Bila kita ajarkan B ia akan biasakan yang B tersebut.
Bila kebaikan yang kita tanamkan, maka kelak kita akan menyaksikan kebaikan itu akan lahir darinya.
Sebaliknya, bila keburukan yang kita ajarkan sejak dini, esok tanpa diduga, kita menyesal dan menangis melihat buah didikan kita tersebut.
Maka, mari ajari dan biasakan anak-anak ke dalam hal kebaikan. Biasakan mereka pada hal yang baik-baik. Berlemah lembut, jangan membentak.
Anak akan mencontoh perilaku orang tuanya. Baik orabg tuanya, baik pula anak. Pun sebaliknya.
Yakinlah, sekeras-kerasnya kehidupan sebuah keluarga, bila dididik dengan lemah lembut, anak-anak yang terlahir pun akan berkepribadian baik dan penuh kasih sayang. Paling tidak, ia memiliki sikap menghargai. Tidak kasar dan beringas.
Mungkin ada yang bilang, "Anak saya tak bisa _diomongin_ lembut-lembut. Kalau sudah keras, baru ia mau dengar." Saya yakin itu prinsip yang salah.
Sejatinya, manusia itu suka dengan kelembutan. Siapa pun. Tidak ada yang tidak ingin dilemah-lembutkan. Hanya saja, keegoisan dan pandangan orang sekitar yang terbiasa keras, membuatnya harus ikut dalam arus keras seperti itu.
Maka dari itu, tanamkanlah sejak dini, kelembutan yang menenangkan. Jiwa akan tenang bila mendengar perkataan yang lembut.
Pesan yang disampaikan akan masuk pada diri yang menerima. Apalagi anak-anak. Masa awal pembentukan karakter.
Jangan malu untuk berlemah lembut. Jangan malu untuk bersikap sopan, sekalipun kita berasal dari keluarga yang keras. Mulai dari diri sendiri, niscaya semua akan mencair dan akan mengikuti.
Lemah lembut adalah sikap yang sangat digandrungi kebanyakan insan. Baik kalangan bawah ataupun atas. Baik perempuan atau laki-laki.
Namun, bagi perempuan, jangan sekali-kali berlemah lembut kepada pria beristri, kecuali jika Anda sudah siap untuk dijadikan istri kedua, ketiga, bahkan ke empat. Hiks!
Solok, 17 Maret 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Anak adalah amanah yang harus kita jaga dan mulai mendidiknya dari kecil ya buk
Layyinan karima, layyinan syakira, layyinan makrufa,...