TANTANGAN 90 HARI MENULIS DI GURUSIANA (64) IKAN BAKAR KUNTILANAK
IKAN BAKAR KUNTILANAK
Oleh Uki Lestari
Surat Keputusan (SK) Pemerintah Kabupaten Solok sudah keluar kemarin sore. Bahwa Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) diperpanjang. Mulai dari 3-21 April 2020. Otomatis lebih kurang ada 3 pekan penambahan libur.
Sebelumnya saya dan suami berkeinginan untuk pulang kampung. Jika tidak diperpanjang pun, kami tetap berangkat. Karena ada sisa sepekan lagi untuk melakukan KBM dari rumah.
Sejauh ini niat kami untuk pulang kampung banyak dicegah oleh beberapa teman. Pasalnya saya menyebut pulkam. Walaupun pulkam ala saya hanya berjarak 3-5km saja. Hehe.
Perlengkapan yang dibutuhkan pun telah disiapkan sejak siang kemarin. Beberapa barang sudah mulai dihijrahkan satu per satu ke kendaraan. Tinggal beberapa yang _urgent_ yang masih di dalam rumah.
Namun, selepas magrib, saat ingin mengangkat beberapa barang bawaan terakhir. Saya pun melihat pesan singkat di WhatsApp Grup (WAG) sekolah. Kepala sekolah memberitahu, bahwa besok harus hadir ke sekolah.
Perintah tersebut tidaklah perlu dipermasalahkan. Apalagi harus memberikan sebuah tepukan sayang ke jidat. Tidak! Ini hanya sebuah bentuk rezeki tak berpintu.
Persoalan perintah yang tak boleh tidak dilaksanakan ini bukan hal yang menyedihkan dan membuat _mager_ , ini hanya penandatangan sesuatu yang biasa saya sebut rezeki anak yang ingin saliha.
Manjadda wa jada. Yang bersungguh-sungguh akan mendapat. Ya, bila bersungguh-sungguh dan punya tekad kuat. Datang di awal waktu, ia akan mendapat transferan lebih cepat. Oalah, ngawur saya ini. Mana mungkin lah ya. Ngarep!
Gara-gara itu, niat untuk pulkam pun mesti saya _pending_ malam itu. Bawaan yang sudah siap angkut kembali ditaruh di tempatnya. Hiks!
Namun, ini adalah sebuah kebahagiaan bagi suami saya. Pasalnya, beliau sangat tidak nyaman di rumah. "Sepi kayak kuburan." Kata beliau. Lha emang kuburan banyak di belakang rumah saya kok. Hehe. Ngapain takut, wong saya saja juga takut! Ups.
Saya pun kembali duduk manis. Merapikan beberapa barang yang perlu dipakai.
Saya sibuk di kamar, suami pun sibuk di luar. Mondar mandir. Saya tidak memerhatikan secara teliti, apa yang dilakukannya.
Setelah salat Isya, tempat tongkrongan paling saya sukai, ya di kamar. Ada saja yang saya preteli. Minimal, HP. Hehe.
Setelah larut malam, anak-anak sudah pada tidur. Rencana uminya ini emang mau segera tidur. Namun tiba-tiba ada yang mengganggu.
Bau aneh dari luar membuat saya ketakutan. Sekuat tenaga saya tutup hidung agar tidak mencium bau tersebut. Namun, tetap saja baunya menyengat.
Ah, apa ini? Ketakutan saya makin menjadi. Saya lihat jam di dinding telah menunjukkan pukul 10.00. "Sudah larut!" batin saya. Jantung yang berdetak tak karuan membuat saya makin gamang.
Tiba-tiba bayangan hitam mengelakar mendekati pintu kamar. Saya menoleh ke kanan, anak saya telah tertidur lelap. Saya hanya sendirian. Saya tarik selimut, mencoba meraihnya secepat yang saya bisa.
Namun, tiba-tiba bayangan tersebut makin mendekat. "Yaa Rabb, ampuni hamba," bisik saya dalam hati. Zikir tak henti saya ucap, lirih. Saya hanya mampu menunggu bayangan apakah itu. Mau berteriak namun seolah suara parau menghilang tanpa sisa.
Bayangan itu mendekat, makin dekat. Saya bersiap-siap akan melemparinya dengan botol minuman yang saya sempatkan meraihnya yang ada di samping _bed_.
Tangan saya gemetar. Pandangan fokus ke arah bayangan. Ia mendekat dan gorden kamar saya bergeser. Sosok itu muncul. Huaaaaaa...... Ternyata, sosok itu tampak bagai malaikat.
Suami saya. Iya. Laki-laki tertampan yang menjadi ayah dari anak-anak saya. Ia membawakan seonggok ikan bakar. Bau ikan bakar inilah yang membuat saya takut sedari tadi. Takut memakannya. Takut timbangan akan makin ke kanan. Huft!
Saya lega. Yang datang suami saya. Tapi ketakutan saya belum usai. Suami saya hobinya masak, tapi gak hobi makan. Alamat saya yang disuruh makan makanan buatannya.
Dengan berat hati namun semangat 45 serta ikhlas se ikhlas-ikhlasnya, saya keluar. Melihat hasil karya sang suami. Wah, ikannya sepertinya enak.
Sang suami pun menyuruh saya duduk manis sambil menjaga ikan yang telah dimasaknya tersebut di meja. Ia pun buru-buru membuat cukanya. Saya pun manut. Duduk manis.
Tidak perlu menunggu lama, suami datang dari arah dapur membawakan kuah kecap yang berisi irisan bawah, cabe, tomat, dan asam mentah. Membuat air liur saya tak sadar keluar. Ups.
Suami pun mengajak menyantap ikan bakar buatannya. Dari gigitan pertama, begitu menggoda. Paduan bumbu ikan bakar dengan kuah cuka menyatu padu. Membuat lidah ini tak henti bergoyang.
"Ahhh..." Saya menjerit. Kesakitan. Suami dengan sigap bertanya. "Ada apa, Ki?" ujarnya. "Ini, Da, ikan bakarnya enak banget," jawabku pelan sambiil mengernyit menggoda.
"Makanya, jangan pake nolak-nolak mau kalau ditawarin ikan bakar buatan Da! Da tahu kok ikannya enak," jawabnya lembut. Saya pun membalas dengan senyuman manis tanda malu dan setuju.
"Uda sih, bikin ayam bakar kuntilanak. Kan jadinya takut!" sambung saya beberapa menit kemudian.
"Ikan bakar kuntilanak? Maksudnya?" tanya suami saya heran.
"Iya, Uda masak ikannya udah malam. Kan kalau malam-malam gini yang ada kan kunti. Ditambah lagi saya jadi takut. Takut bert badan saya naik! Hiks!" sambung saya.
"Ah, kamu ada-ada aja. Gak masalah kamu _ndut_. Kan Uda tetap suka!" timpalnya menggoda.
Ikan bakar kuntilanak itu akhirnya kami habisi. Kami hajar sejadi-jadinya. Hingga ke tulang-tulang.
Namun, kami heran. Tatkala menikmati ikan bakar. Tadi suami saya membakarnya 3 ekor. Namun yang kami makan 2 ekor. Satu lagi hilang.
Dari kejauhan kami mendengar bunyi kriuk kriuk suara dari arah dapur. Siapa yang memakan ikan satu lagi tersebut?! Siapa? Sejak kapan ikannya hilang?
Kami bergeming saling tatap dengan pertanyaan masing-masing di kepala. Saya dan suami bangkit, mengendap-ngendap ke dapur. Mencari sumber bunyi tersebut. Dan, ternyata meong hitam itu tengah asyik menyantap seekor ikan utuh untuknya. Oalah, kerjaan kucing ternyata!
Solok, 31 Maret 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Hadeeh, kuntilanaknyaternyata di ikannya, ha..ha.., makanya jangan nolak jika dimasakin suami, berat badan naik gak popo tuh,..ha..ha., bungkus, ..kirim ke sini ikan bakarnya...ha..ha..,..salam
Hihihi... Iya, Lee. Enak kuntinya. Maknyusss. Sini Lee, sehabis masa Corona, main2 dong ke Sumbar. Banyak view alam yang good and interest di sini.
Aduh.... bu Uki, tadi saya benar-benar penasaran dengan kata Kuntilanak... begitu selesai membaca saya ikutan lega... tapi ngga ikut kenyang loh bu... hiks hika hiks
Hehehehehe... Maaf, Bu. Tapinsaya berhasil dong ya bikin judul yang bikin oenasaran. Hihi
Terima kasih, Bu yang selalu setia mampir di blog saya ini dan nimbrung ngasih komen.