TANTANGAN MENULIS DI GURUSIANA (14) DIAM-DIAM SUKA
DIAM-DIAM SUKA
Oleh Uki Lestari
Terkadang seseorang bersikap berlawanan dengan yang ia rasakan. Mengapa begitu? Sebab keegoisan dan jaga image (jaim) yang begitu dipertahankan sedemikian rupa. Sehingga yang diperlihatkan tak sesuai dengan sebenarnya.
Banyak ditemui jenis orang seperti ini. Terlihat membenci, padahal ia kagum. Terlihat keras, padahal luluh.
Saya tidak mengatakan bahwa mereka itu julid. Terlepas dari itu, saya mencoba berprasangka baik. Mereka membenci namun diam-diam suka.
Sebenarnya untuk menghadapi orang-orang seperti ini tidaklah sukar. Berbuat dan berprangka baik. Niatkan semua pada Allah. Kembalikan semua pada Allah. Karena Allah lah sebaik-baik penilai.
Menjadi diri sendiri, menjalani sesuatu sebagai mana mestinya, mengerjakan sesuatu sesuai tupoksinya, dan tidak ambil peduli dengan yang ia perbuat dan ucap.
Namun, yang namanya makhluk sosial, butuh interaksi dengan orang lain. Maka, mandiri dan apa adanya, ditekankan dalam berinteraksi dengan jenis orang seperti ini.
Hal yang menggelitik terkadang membuat saya harus menyembunyikan senyum. Di depan seakan membuang muka, namun di belakang menggali info. Alias penasaran. Oalah.
Saya tahu, mereka bukannya membenci. Mereka menyayangi. Namun, caranya saja yang berbeda.
Begitu banyak yang mereka pikirkan. Melihat seseorang yang tidak memikirkan hidup ini begitu rumit, membuat mereka penasaran.
Ingin bertanya, enggan. Tapi keingintahuannya begitu besar. Tidak ditanya, penasaran. Diajak berbuat baik kadang menolak. Bahkan menolak dengan kata yang tak mengenakkan.
Saya tahu, jauh di dalam hati mereka, ada keinginan menjadi baik. Lagi-lagi jaim menjadikan mereka terpaksa menolak.
Keegoisanlah yang membuat seseorang mempertahankan harga dirinya.
Apakah harga diri seseorang akan jatuh, dengan berubah menjadi lebih baik?
Apakah tidak menjadi diri sendiri lagi, dengan perlahan mendekatkan diri pada-Nya?
Apakah akan di-bully bila kebiasaan buruk diganti dengan kebiasaan baik?
Berharaplah hanya kepada Allah Azza wajala. Dialah sebaik-baik penilai. Jangan takut dinilai manusia. Toh mereka hanya bisa menilai. Sedangkan yang menjalani dan merasakan efek dari sikap tersebut, diri kita sendiri.
Jangan terlalu takut dengan penilaian orang lain. Sejatinya kita tak lantas menjadi rembulan bila dipuji. Dan tak kan jadi sampah bila direndahkan.
Bertekadlah lebih baik dari diri kita sebelumnya. Karena, kita tidak berlomba dengan orang lain untuk menjadi lebih baik. Namun, berlomba dengan diri kita sebelumnya.
Jika seseorang masih sama dengan hari kemarin, maka ia termasuk pada orang-orang yang merugi. Jadi bagaimana, jika hari ini lebih buruk dari hari kemarin. Di mana tempat kita kelak?
Fokuslah dalam memperbaiki diri, selagi hidup. Karena, waktu pulang itu tak ada yang mampu menerkanya.
Teruslah berusaha untuk terus bersinar. Mencari kebahagiaan dengan hal positif lebih penting dibandingkan mendengarkan omongan di luar sana, yang justru membuat kita tak berkembang.
Jadikan semua cibiran dan hinaan sebagai cambuk untuk bermimpi lebih tinggi tinggi. Lebih baik dari hari ke hari. Agar kita tidak dalam kerugian
Namun, jangan sekali-kali bermimpi lebih tinggi, jika kamu berada di atas pohon jambu yang rantingnya lapuk. Karena jatuh itu sakit, biar mereka saja.
Solok, 10 Februari 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Diamdiam kubaca tulisanmu. Diamdiam ku suka gaya bahasamu.. Diamdiam ku doakan yg terbaik untukmu... Hehe... Salam kenal ibu cantik
Maasyaallah tabarakallah. Alhamdulillah, terima kasih, Bu. Doa yang sama untuk Ibu. Salam kenal juga Bu, Saya Uki dari Solok Sumbar.
Bangga rang kampuang ambo hebat
Alhamdulillah. Ondeh Ibuk, alum mangamanga dibandiang Ibuk lai do buk. Malu aku...
Diamdiam aku juga suka..
Tak tertahan, kuharus berterus terang, aku juga menyukaimu..... Love you, Uni.
Ternyata, luar biasa Ibu yang satu ini.....
Tak seluar biasa Mas yang satu ini. Hehe.
Selalu berhusnudzon
Insyaallah iya, Bu. Agar kita gak pusing memikirkan dunia ini. Yang fana, hanya sementar.
Mantap cantik,sukses selalu
Alhamdulillah, terima kasih, Bu Sumarni.
Keren bunda...
Alhamdulillah, terima kasih, Bunda.
keren nanda
Alhamdulillah. Terima kasih, Bunda.