TANTANGAN MENULIS DI GURUSIANA (21) DAN KITA PASTI KEMBALI PULANG
DAN KITA PASTI KEMBALI PULANG
Oleh Uki Lestari
Pada akhirnya setiap yang bernyawa itu akan mati. Tidak ada yang akan dibawa selain amal. Setiap diri mempertanggungjawabkan yang ia perbuat selama di dunia.
Tidak ada satu pun yang tahu, kapan kita berpulang, di mana kita kembali, dan sedang berbuat apa kita menghadap-Nya. Namun kita hanya bisa berdoa, kita pulang dalam keadaan baik. Dalam keadaan Husnulkhatimah.
Kita pun tidak akan pernah tahu, apakah amalan yang kita lakukan, telah diterima Allah. Atau hanya menjadi rutinitas saja. Yang mengharap penilaian manusia. Sehingga luput dari penilaian Allah azza wajala.
Allah tidak akan pilih-pilih hamba-Nya yang akan Dia cabut nyawanya. Dia tidak akan menunggu barang sedetik pun. Jika sudah saatnya, Izrail manut akan perintah Tuhannya.
Ketika ia memohon waktu sedetik saja sebelum bertemu anak tersayang. Saat ia meminta semenit untuk sampai di rumah. Ketika ia mengiba berada di kasur yang empuk.
Namun, tak satu pun yang bisa mengubah ketentuan Allah. Jika Allah berkata kun, maka terjadilah. Tak ada satu pun yang mampu memperlambat atau mempercepat, apalagi melawannya.
Tak melihat tua, muda, kecil, kaya, miskin, sehat, sakit, jauh, dekat, bahagia, sedih, berjaya, sengsara, berkuasa, tertindas, bersama, dan sendiri. Semua ada waktunya masing-masing.
Tak mesti orang sakit lebih dahulu meninggal dari orang sehat. Tak harus orang tua lebih dahulu berpulang dari anak balita. Beberapa kejadian yang membuktikan itu semua.
Tak sedikit sebuah keluarga, yang istrinya keluar masuk rumah sakit. Berhari-hari, bahkan berbulan-bulan dirawat tanpa henti. Namun, tak terduga, tiba-tiba terdengar kabar, suaminya yang malah meninggal.
Sering terdengar, seorang kakak beradik yang kecelakaan motor. Sang kakak terluka parah, sedangkan adik hanya terkena goresan kecil. Namun, tak berapa lama, adiknya terlebih dahulu pulang ke rahmatullah.
Seperti inilah kehidupan. Tidak ada yang abadi. Tidak ada yang bisa menerka. Semua skenario Allah, disutradarai oleh Allah.
Kita hanya pemeran yang diatur sutradara sesuai skenario-Nya. Sewaktu-waktu bisa terhenti dan hilang. Pemain yang bisa kapan saja diambil dan dikembalikan ke tempat asalnya.
Benar, tiada yang abadi di dunia ini. Segala tindak tanduk kita dipertanggungjawabkan di kemudian hari. Di tempat yang kekal, yaitu akhirat.
Jangan memupuk tabiat yang mampu membuat kita makin terpuruk, dalam lembah dosa yang hitam. Jauh di hati terdalam, manusia ingin menjadi lebih baik. Tapi godaan setan masih saja tak mampu ia tepiskan.
Jangan julid pada kehidupan orang lain. Karena kita tak tahu, bagaimana banyak sakitnya sebelum ia memperolah kesenangan di kehidupannya sekarang.
Jangan dengki pada keberhasilan orang lain. Kita tak tahu, pengorbanan apa yang ia pertaruhkan untuk mendapatkan kesuksesan yang ia miliki saat ini.
Namun, irilah pada mereka yang berlomba-lomba dalam memperkuat keimanan. Irilah pada mereka yang menyesali dosa yang mereka perbuat di masa lalu.
Mereka berusaha sekuat tenaga, menjadi pribadi yang makin baik dari hari ke hari. Irilah pada mereka. Sudahkah kita seperti mereka?
Sejatinya, Allah lebih menyukai hamba yang menyesali kemaksiatannya terdahulu. Daripada hamba yang sombong akan kesalihannya saat ini.
Setiap jiwa pasti merasakan hidup. Namun, jiwa yang hidup pasti akan dihadapkan pada kematian. Lalu, apa yang mesti kita sombongkan? Bila mengelak dari kematian sedetik pun, kita tak mampu.
Jangan iri, dengki, senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang. Ingat, hidup tak akan lama. Sebentar lagi kita akan pulang.
Pandanglah ke bawah, jangan ke atas. Hidup untuk dinikmati. Nikmatilah harimu. Isi dengan amal dan kebajikan, hingga ajal itu benar-benar datang menjemputmu. Tulisan ini saya buat sebagai pengingat, terlebih untuk diri ini sendiri.
Solok, 17 Februari 2020.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Suatu saat kita akan kembalj lepadaNya
Suatu saat kita akan kembalj lepadaNya
Kematian ibarat kembali ke angka nol. Kemudian akhirat yang lebih panjang akan kita jalani. Semoga kita senantiasa diberi ampunan dan ditunjuki jalan yang lurus. Aamiin
Iya, Uni. Aamiin.
Pasti Uki
Iya, Uni.
Iya, Bu Chu. Itu suatu yang pasti. Dan kita tak tahu kapan itu terjadi.