Uki Lestari

Perempuan kelahiran Sitiung II, 30 Juli 1987 ini adalah anak ke-5 dari tujuh bersaudara. Dibesarkan dari almarhumah ibu yang juga guru, membuat cita-citanya jug...

Selengkapnya
Navigasi Web
TANTANGAN MENULIS DI GURUSIANA (25) CINTAI IA KEMARIN, SEKARANG, DAN SELAMANYA

TANTANGAN MENULIS DI GURUSIANA (25) CINTAI IA KEMARIN, SEKARANG, DAN SELAMANYA

CINTAI IA KEMARIN, SEKARANG, DAN SELAMANYA

Oleh Uki Lestari

Tak terbayang bagaimana yang dirasakan Unge. Panggilan akrab dari Bunga Citra Lestari (BCL).

Kepergian suami secara mendadak, membuatnya begitu terpukul. Hati siapa yang akan siap. Pagi ini masih bersama, namun pagi esok telah di alam yang berbeda.

Namun, siap atau tidak, kita sebagai hamba-Nya harus menghadapinya dengan tegar dan ikhlas. Menerima ketetapan-Nya.

Saya pun tak tahu harus berbuat apa, bila semua itu terjadi pada kami, pada suami saya. Pasti sangatlah berat.

Bila boleh memilih, saya ingin menghadap-Nya, bersama-sama dengannya. Sama-sama dalam keadaan baik. Husnulkhatimah. Ya Allah, kabulkanlah doa ini.

Memang, mencintai ciptaan-Nya itu janganlah berlebihan. Cintailah sekadarnya. Tapi cintailah secara sempurna Penciptanya.

Umur, jodoh, dan rezki tak ada yang tahu. Meskipun kehilangan salah satu di antaranya, kita mesti kuat. Memperkokoh iman untuk menghadapi segala kemungkinan yang ada.

Suami adalah belahan jiwa. Sakit senang dirasakan bersama. Baik dan buruk pun berbagi dengannya.

Sifat dan sikap kita telah dikenalinya. Bahkan ia begitu mafhum atas segala yang ada pada diri kita. Ia menerima, bersabar, dan mencoba menasihati bila salah.

Lalu, bagaimana jika ia yang begitu mengerti, mengenal, memberikan apa yang ia punya melebihi untuk dirinya sendiri, pergi untuk selamanya?

Pergi menghadap Illahi. Pergi yang tak akan kembali. Kecuali dipertemukan lagi di kehidupan yang abadi.

Jangan sekali-kali berharap memiliki suami yang sempurna. Saleh, tampan, kaya, setia, tanggung jawab, jujur, berilmu, berbadan atletis, perhatian, pengertian, dan penyayang. Itu tidak akan ada. Percayalah!

Bahkan, meskipun ada satu dari miliaran suami seperti itu. Kita tentu mesti berkaca dulu. Apa pantas buat kita?

Sejatinya, laki-laki yang baik akan dijodohkan dengan perempuan yang baik. Begitu pun sebaliknya.

Maka, terimalah suamimu sekarang apa adanya. Bila ia masih belum seperti yang diharapkan, ajak ia perlahan menjadi lebih baik. Terus menerus.

Jangan sekali-kali membentak dan menuntut dengan keras. Karena yang ada bukan memperbaiki, malah menghancuri.

Ajak ia penuh dengan kasih sayang, lemah lembut, dan sedikit genit menggodanya dengan manja. Jurus ini mungkin akan membantu meluluhkannya ke dalam perangkap kita.

Ndak percaya? Buktikan saja! Saya sudah coba lho! Berhasil! Hihihi.

Mengajak dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara terbaik itu ya itu tadi. Ditambah lagi, jangan pernah bosan. Do it continuosly!

Menerima pasangan itu adalah keniscayaan. Terlebih Allah SWT telah menegaskan itu. Yakinlah, suami kita hari ini, adalah jodoh terbaik yang dipilihkan Allah untuk kita.

Suami kita saat ini adalah laki-laki hebat. Hebat menerima kita, yang terkadang orang lain tak bisa memakluminya, namun ia bisa. Kurang hebat apalagi ia?

Mungkin suami orang lain terlihat lebih baik. Namun, bila kita telaah lebih jauh, mereka tak jauh beda. Pada dasarnya laki-laki itu baik. Tergantung kita menyikapinya.

Suami itu sejatinya cerminan diri kita. Bila kita baik, niscaya suami akan baik.

"Tidak! Suami saya ndak begitu," banyak istri yang berucap seperti ini.

Itu pertanda Allah lagi-lagi mencintai kita dengan cara-Nya. Kok bisa?

Ya bisa dong! Dengan mendapatkan suami yang kurang baik, Allah memberikan kita peluang dan kesempatan untuk mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya. Itu tanda Allah menyayangi kita, bukan?

Bersikap sedikit sabar, tak menuntut banyak, mengerti keadaan suami, dan mau mengingatkan suami tanpa lelah. Itulah bukti ketaatan kita kepadanya.

Makin kita berlemah lembut dan tabah dalam ketaatan, makin besar pahala yang kita peroleh. "Allah, jadikanlah saya istri yang demikian" doa yang selalu saya ucapkan.

Jadi, sayangilah suami kita di rumah. Memang banyak yang lebih baik di luar sana, namun belum tentu baik bila telah bersama kita.

Tapi, meski suami kita bukanlah seorang pribadi yang baik, namun mampu menjadi lebih baik saat bersama kita. Itulah cinta karena Allah yang sebenar-benarnya. Cintai ia kemarin, sekarang, dan selamanya.

Solok, 21 Februari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren

21 Feb
Balas

Terima kasih, Uni sayang.

21 Feb

wow..makasih tausiyahnya..biar saya tetep di jln yg lurus...

21 Feb
Balas

Ah, Lee... Janganlah seperti itu. Memangnya Lee sekarang di jalan yang berbelokbelokkah??? Hihihi.

21 Feb
Balas



search

New Post