Uki Lestari

Perempuan kelahiran Sitiung II, 30 Juli 1987 ini adalah anak ke-5 dari tujuh bersaudara. Dibesarkan dari almarhumah ibu yang juga guru, membuat cita-citanya jug...

Selengkapnya
Navigasi Web
TANTANGAN MENULIS DI GURUSIANA (29) UNTUKMU YANG PERNAH BAIK PADAKU

TANTANGAN MENULIS DI GURUSIANA (29) UNTUKMU YANG PERNAH BAIK PADAKU

UNTUKMU YANG PERNAH BAIK PADAKU

Oleh Uki Lestari

Empat belas tahun sudah, kita jarang berkomunikasi. Mulai saat itu, aku fokus pada masa depanku, begitu pun denganmu.

Tujuh belas tahun lalu, kita saling mengenal. Dekat satu sama lain.

Terkendala jarak yang memisahkan, usaha penyatuan itu pun harus kandas. Dan itu, kuputuskan agar kamu tak sakit lebih dalam.

Aku tahu, kamu kecewa. Aku pergi tanpa mau menoleh ke belakang lagi. Kubulatkan tekad, pergi tanpa meninggalkan bekas. Terutama, bekas luka untukmu.

Sepuluh tahun silam, saat aku baru saja menikah, kamu ucapkan selamat. Aku yakin, kamu menerima dan sudah terbebas dari rasa itu.

Kita berkomunikasi layaknya teman. Saling bercerita keluarga. Meski kamu masih sendiri, kutanyakan kabar keluargamu karena kamu masih kerabat jauh ayahku.

Kutitipkan salam pada ibumu yang kutahu begitu menyayangiku. Layaknya anak sendiri.

Kakak-kakakmu pun masih berkomunikasi baik denganku. Mereka benar-benar aku anggap kakakku juga.

Beberapa tahun terakhir pun kita masih komunikasi baik. Tepatnya dua tahun lalu. Tak sering, sekali saja. Kita saling bertukar kabar. Layaknya keluarga. Sebab, aku benar-benar menganggapmu sebagai kakakku.

Kamu bercerita bahwa kamu sedang menderita suatu penyakit. Tapi belum tahu sakitnya, yang tak kunjung sembuh.

Hari ini, ternyata kamu pulang ke kampungmu. Bersama keluarga. Bersama istri dan anakmu.

Aku kaget mendapat telepon darimu. "Kok tumben Mas Dani nelepon," batinku.

Kuangkat. Nomor HP-mu masih tersimpan di kontakku. Awalnya aku biasa saja, namun makin lama makin aneh.

Kok suaranya bukan suara kamu. Namun logat bicaranya persis seperti kamu bicara.

Kuberanikan bertanya, "Maaf, ini siapa ya? Bukannya ini nomor Mas Dani?" tanyaku penasaran.

"Kok masih nanya sih, ya iyalah. Ini Mas," jawabmu.

Kutanya lagi, "Tapi kok beda ya? Dari gaya bicara, aku tau kok ini Mas, tapi kok suaranya beda?"

"Memangnya sekarang bagaiman suara Mas? Lebih seksi apa lebih cempreng?" guraumu.

"Oh, ini, Mas baru siap operasi. Namun operasinya gak tuntas," jelasmu.

Penuh penasaran. Aku pun lanjut bertanya, "Memangnya Mas operasi? Operasi apa?"

"Operasi penyakit yang pernah Mas ceritakan dulu. Ini sebenarnya mau dikemo. Tapi dihindari dulu. Gak kuat. Cari obat herbal dulu," jelasmu.

Deg! Jantungku langsung berdesir. Kemoterapi itu biasanya kan untuk orang sakit kanker. Baru saja kemarin aku menjenguk anak temanku yang meninggal karena leukemia. Kanker darah.

" Kemo? Kemo itu biasanya kan buat orang sakit kanker ya, Mas?" tanyaku perlahan.

"Iya, sakit yang di leher Mas ini kata dokter kanker tiroid. Dan mesti dikemoterapi. Tapi Mas ndak mau. Karena cukup satu kali operasi saja. Kini Mas mau cari obat herbal ke kampung halaman," terangmu.

Dalam hati, kuterus berdoa dan berduka mendengar kabar ini. Orang baik sepertimu diberikan ujian begitu berat oleh Allah.

Namun kulihat, kamu begitu tabah. Tak ada keluhan sedikit pun kudengar. Optimismelah yang dapat kusimpulkan dari nada bicaramu.

Lalu, aku pun menyampaikan doa dan harapan, agar kamu cepat sembuh. Tapi langsung kamu jawab, "Mungkin kalau dalam waktu cepat, ndak akan sembuh. Paling tidak berangsur, alhamdulillah," ucapmu.

Aku menyetujui. Semoga sakit yang kamu tanggung berangsur pulih.

Aku yakin, Allah ndak akan memberikan cobaan di atas kesanggupan hamba-Nya. Dan aku yakin, kamu mampu menghadapi ini semua.

Aku yakin, tak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Semua mudah bagi Allah, bila Dia berkehendak, maka terjadilah. Begitu pun dengan kesembuhanmu.

Di akhir percakapan, kamu pun berharap, aku dan keluarga main ke rumahmu. "Kalau ada waktu, main ke rumah ya! Ajak Irfan dan anak-anak," ajakmu.

"Insyaallah, nanti kusampaikan pada Bang Irfan, insyaallah kami akan ke sana," jawabku.

Percakapan kita pun berakhir. Aku berdoa semoga Allah benar-benar mengabulkan doaku. Agar engkau kembali pulih. Sehat dan bahagia bersama keluarga.

Aku yakin kamu kuat. Allah juga menyayangimu dan keluargamu.

Kamu tak menyerah dan tak mengeluh. Pastilah Allah senang melihat hamba-Nya yang tegar. Doaku hanya satu untukmu. Kesembuhanmu.

Semoga lekas sehat, wahai jiwa yang baik. Untukmu, yang pernah baik padaku.

Solok, 25 Februari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Smg yang sakit diberikan kesembuhan,dan kita diberikan kesehatan selalu.

25 Feb
Balas

Aamiin. Terima kasih doanya, Kakakku sayang.

25 Feb

Bernostalgia ya buk

25 Feb
Balas

Hihihi. Begitulah kirakira, Pak Donni.

25 Feb

Mantap uni

26 Feb

Titip salam untuk Mas Daninya, semoga lekas sehat. Diangkat semua penyakitnya.

25 Feb
Balas

Aamiin Allahumma Aamiin

25 Feb

Kenangan masa lalu ya.....

25 Feb
Balas

Hihihi. Iya, Pak.

25 Feb

Mantul buk, sangat menyentuh kisahnya...

25 Feb
Balas

Hehehe. Terima kasih, Pak Aulia.

25 Feb

Eh, sudah jadi bisa ya, Pak daftar Gurusiananya. Hihi

25 Feb



search

New Post