Uki Lestari

Perempuan kelahiran Sitiung II, 30 Juli 1987 ini adalah anak ke-5 dari tujuh bersaudara. Dibesarkan dari almarhumah ibu yang juga guru, membuat cita-citanya jug...

Selengkapnya
Navigasi Web
TANTANGAN 90 HARI MENULIS DI GURUSIANA (3) CINTA DI UJUNG JALAN

TANTANGAN 90 HARI MENULIS DI GURUSIANA (3) CINTA DI UJUNG JALAN

CINTA DI UJUNG JALAN

Oleh Uki Lestari

Cinta. Dengan satu kata ini, seseorang bisa lupa segalanya. Dengan kata yang terdiri dari 5 huruf ini, juga bisa membuat seseorang ingat semuanya. Dengan kata sederhana ini pun, sesuatu yang kompleks dapat terjadi. Begitu dahsyatnya yang dinamakan cinta.

Seperti yang saya rasakan akhir-akhir ini. Begitu banyak cinta yang berdatangan. Entah saya yang ke-GR-an, atau memang virus cinta yang terjangkit sudah sangat parah.

Semakin banyak cinta yang ditebarkan, semakin banyak pula berdatangan. Entahlah, itu rumus dari mana. Namun, saya benar-benar merasakannya.

Menurut saya, cinta itu universal. Pada siapa pun, pada apa pun. Selagi cinta itu baik, pupuklah!

Kini, cinta saya benar-benar berserakan. Tidak saja pada orang terdekat di kehidupan nyata. Tapi juga pada mereka yang saya kenali di dunia maya. Lambat laun, tak sadar, saya mencintainya. Cinta karena Allah.

Sabtu kemarin, saya baru saja kopi darat dengan salah satu anggota grup yang saya ikuti. Beliau persis sama seperti yang ada di fotonya. Malah lebih cantik, ramah, asyik, bijak, dan supel aslinya.

Beliau Nyonya Harau yang memiliki rupa yang teduh dan memesona. Meski umur menjemput usia yang beranjak senja, namun tak tampak pada raut wajahnya. Masih berseri dan fresh. Ini bukan bualan, namun kenyataan.

Saya yakin, beliau seorang istri yang salihah. Terlihat dari pancaran mata yang teduh, wajah berseri, sikap tawaduk, dan keramahannya dalam memuliakan tamunya, yaitu saya.

Bila dipikir-pikir, siapalah saya. Teman satu grup WhatsApp yang tergabung untuk menuntut ilmu bersamanya. Namun cinta itu lambat laun tumbuh dengan indah di antara kami. Rasa kekeluargaan tak terasa mengikat kami. Dalam satu rasa, keluarga.

Saya pun berani berkunjung ke rumahnya untuk silaturahmi. Tak disangka, beliau seorang pribadi yang begitu memuliakan tamu. Di rumahnya, serasa rumah sendiri. Nyaman dan kondusif. Semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik padanya. Aamiin.

Ternyata, cinta yang saya rasakan tidak saja pada beliau. Namun kepada seluruh anggota grup WA tersebut. Kami benar-benar seperti keluarga.

Hal yang sama juga saya rasakan pada seseorang. Seorang perempuan yang usianya terpaut belasan tahun dengan saya. Namun kami bagai anak kembar. Hati kami satu. Pikiran kami sering sama. Obrolan kami pun bersambung satu sama lain.

Bila kami yang muncul di tengah-tengah grup tersebut, seolah-olah kami berbincang di dunia nyata. Maasyaallah, saya sangat bahagia atas ini semua.

Beliau sudah saya anggap kakak saya sendiri. Meski kami belum pernah bertemu di kehidupan nyata, namun kami dekat, sangat dekat. Tidak raga, namun jiwa.

Perjalanan yang saya arungi saat ini begitu indah. Sarat akan cinta. Sarat ilmu. Saya bertahan di sana, hanya karena satu sebab, menuntut ilmu.

Karena Allah-lah yang secara tegas mewajibkan hambanya menuntut ilmu. Tuntutlah ilmu dari sejak lahir hingga wafat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir no. 3913)

Di dalam grup tersebut, banyak sekali ilmu yang saya peroleh. Baik ilmu agama, ilmu kehidupan, dan lebih spesifik ilmu penyuntingan sebuah tulisan.

Jadi, haruskah saya berhenti di titik ini. Sedangkan cinta di ujung jalan, telah menunggu dengan segudang harapan. Dekapan cinta itu begitu kuat demi menggapai sinar ilmu.

Haruskah saya berpaling, mundur demi keegoisan hati? Tidak, itu tak akan terjadi. Selagi ilmu itu bermanfaat, akan saya dekati meski tertatih-tatih.

Solok, 30 Januari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

alhamdulillah.jadi punya banyak teman ya..

30 Jan
Balas

Alhamdulillah Pak Eko. Punya teman seperti Bapak, sangat menginspirasi. semoga makin banyak teman yang mau berteman dengan saya pak. hehe

31 Jan
Balas



search

New Post