ULFA WAHYUNI, S. Pd.I.

Anak ke tiga dari empat bersaudara ini Lahir di Langsa Aceh Timur, menempuh kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2004-2008. Saat ini aktif mengajar d...

Selengkapnya
Navigasi Web
Dia Sang Penyelamat
Gambar: sejarah lengkap.com

Dia Sang Penyelamat

Tantangan Hari ke -73

#TantanganGurusiana

Oleh: Ulfa Wahyuni, S.Pd.I.

Setelah salat Ashar Jam menunjukkan pukul 17.00 WIB. Rizqa pamit kepada Bu Anik karena telah selesai memberikan bimbingan belajar pada putri perempuannya.

“Bu, Saya izin keluar dulu ya Bu. Andini sudah selesai belajar.” Ucap Rizqa kepada orang tua Andini.

“Hati – hati Kak Rizqa”. Ucap Andini dari pagar rumahnya. Rizqa membalasnya dengan senyuman dan segera melangkah.

Rizqa berjalan sekitar 200 meter dari rumah Andini menuju jalan raya. Sampai di jalan raya, Rizqa menunggu angkutan umum dengan sabar. Hari ini setelah maghrib tepatnya pukul 19.00 adalah jadwal mengajar privat di Perumahan Bukit Pratama. Untuk mencapai perumahan ini, Rizqa harus naik dua angkutan umum. D.01 arah Terminal Lebak Bulus dilanjutkan dengan angkutan arah ke Pondok Cabe. Jarak yang tidak terlalu jauh, tapi kemacetan seringkali menguras waktu di perjalanan.

Pukul 18.00 Rizqa baru sampai di Terminal Lebak Bulus. Ia memutuskan untuk langsung menuju rumah peserta didiknya agar tidak terlambat.

“Permisi Pak.” Ucap Rizqa kepada penjaga perumahan.

“Mau kemana neng?” tanya penjaga perumahan.

“Mau ke rumah nomor 10, Saya mengajar less setelah manghrib.” Rizqa menjelaskan.

“Oke, silahkan.” Penjaga perumahan membukakan plang yang menutupi gerbang perumahan.

Rizqa melanjutkan perjalanannya, rumah nomor 10 berada 300 meter ke depan. Di tengah perjalanan Rizqa menengok kiri - kanan, terlihat beberapa anak sedang main di halaman rumah mereka. Ada yang main badminton dan ada juga yang terlihat bersepeda di sekitar perumahan. Setelah separuh perjalanan, Rizqa melihat sebuah sungai di tengah perumahan.

“Perumahan elit kok ada kali (sungai)”. Pikir Rizqa.

“Mungkin saja orang yang tinggal disini ingin menikmati suasana sungai. Lagipula air sungainya tak terlalu banyak”. Rizqa masih sibuk dengan pikirannya sendiri.

Azan maghrib berkumandang, Alhamdulllah Rizqa sudah sampai di depan rumah nomor 10. Rizqa menekan bel.

“Assalamu’alaikum, Rasyidnya ada?” ucap Rizqa pada perempuan tua yang membuka Pintu.

“Wa’alaikum salam Kak Rizqa, silahkan masuk Rasyid ada di dalam”, jawab perempuan yang membuka pintu.

“Ibu, bisa Saya menumpang Salat Mangrib”. Rizqa meminta izin untuk salat.

“Silahkan di mushala ya”. Ucap perempuan tua tersebut.

Setelah salat maghrib, Rizqa dipersilahkan menuju ruang belajar.Pembelajaran dimulai tepat waktu pukul 19.00 sampai pukul 20.00. Setelah selesai Rizqa pamit pulang melewati jalan yang sama tadi sore.

4 hari kemudian tepatnya tanggal 27 Maret 2009, dari dalam angkutan umum Rizqa melihat kerumunan orang di dekat pintu gerbang Perumahan Bukit Pratama.

“Ada apa ya Pak. mengapa orang – orang begitu ramai” tanya Rizqa kepada pengemudi angkutan umum.

“Saya kurang tau juga neng.” Jawab pengemudi angkutan seadanya.

Sesampainya di rumah, Rizqa terkejut melihat berita di televisi tentang jebolnya Tanggul Situ Gintung yang menyebabkan tsunami kecil ke daerah sekitarnya termasuk Perumahan Bukit Pratama. Rizqa segera mengambil telepon genggamnya dan menelepon Ibu Otsuka orang tua Rasyid anak didik privatnya.

“Assalamualaikum” terdengar suara Ibu Otsuka dari telepon genggam Rizqa.

“Walaikum salam Ibu, saya melihat berita di televis tentang tanggul yang jebol. Apakah Ibu terkena banjir?” Rizqa bertanya dengan nada suara cemas.

“Iya Kak Rizqa, rumah kami terkena banjir, air dan lumpur masuk ke rumah. Mobil terbawa arus air.” Ibu Otsuka menjelaskan. Seperti biasa ia memanggil Rizqa dengan panggilan kakak walau ia jauh lebih tua dari Rizqa.

“Keadaan keluarga bagaimana Bu. Apakah ada yang luka – luka? Rizqa bertanya lagi.

“Alhamdulillah, semua keluarga baik – baik saja Kak Rizqa. Rasyid izin dulu tidak les untuk bulan ini ya. Kami mengungsi ke Cinere dulu.” Ibu Otsuka menjelaskan tetap dengan gayanya yang ramah.

“Iya Bu tidak apa – apa, yang penting semua selamat”. Ucap Rizqa mengakhiri pembicaraan.

Setelah menutup telepon genggamnya, Rizqa sangat bersyukur. Ibu Otsuka dan keluarga selamat.

“Alhamdulillah, jebolnya Tanggul Situ Gintung tidak terjadi saat Saya sedang mengajar di rumah Ibu Otsuka. Alhamdulillah, Allah Maha Kuasa menyelamatkan hamba yang dikehendakinya." Rizqa tak henti bersyukur kepada Allah.

Catatan: Ini adalah cerpen faksi. Jika ada kesamaan nama adalah hal yang disengaja, jadi jangan baper ya.

Tanjung Emas, 27 Maret 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post