ULFA WAHYUNI, S. Pd.I.

Anak ke tiga dari empat bersaudara ini Lahir di Langsa Aceh Timur, menempuh kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2004-2008. Saat ini aktif mengajar d...

Selengkapnya
Navigasi Web
Merdeka, Belajar yang Membumi
Merdeka Belajar

Merdeka, Belajar yang Membumi

Tantangan Hari ke -55

Oleh: Ulfa Wahyuni, S.Pd.I.

Merdeka belajar adalah program yang digagas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nadiem Anwar Makarim. Nadiem Anwar Makarim yang sering disebut dengan panggilan Mas Nadiem adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada Kabinet Indonesia Maju yang dilantik Oktober 2019 lalu.

Arah kebijakan merdeka belajar ini sudah nampak pada pidato Mendikbud RI di hari guru tanggal 25 november tahun 2019. Pidato yang tidak biasa. Pidato yang sempat viral untuk beberapa waktu. Pidato yang viral ini mengindikasikan bahwa banyak pihak yang tersentuh, banyak pihak yang sependapat. Pidato ini seperti angin segar bagi para guru yang selama ini mempunyai beban administratif yang cukup berat.

Sampai saat ini program merdeka belajar sudah memasuki episode ke tiga. Episode pertama yaitu merdeka belajar yang fokus pada 4 kebijakan Kemendikbud RI. Episode kedua kampus merdeka. Sedangkan episode ketiga merdeka belajar berkaitan dengan perubahan mekanisme Bantuan Operasional Sekolah tahun anggaran 2020.

Pada tulisan ini, saya lebih fakus pada program merdeka belajar episode satu terkait RPP “satu lembar”. Apakah kebijakan membolehkan RPP satu lembar ini dianggap mengerdilkan kegiatan pembelajaran? RPP satu lembar menghemat waktu pendidik untuk membuat, memahami dan memperbaikinya. RPP satu lembar meminimalkan kebiasaan copy paste yang diakui atau tidak hadir dalam dunia pendidikan. RPP satu lembar membuka pintu kreativitas guru untuk membuat skenario pembelajaran yang membumi.

Untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang membumi, guru perlu diberi ruang untuk berkreasi dalam pembuatan skenario pembelajaran. skenario yang dibuat tidak perlu neko – neko dan panjang lebar. Tidak perlu memuat semua jenis kegiatan yang melangit. Seperti yang diucapkan Mas Mendikbud RI “ RPP cukup satu lembar, memuat 3 komponen: tujuan pembelajaran, langkah –langkah pembelajaran dan asesment/ penilaian”.

Setelah berhasil membuat skenario pembelajaran atau RPP yang efektif dan efisien, merdeka belajar berlanjut pada kegiatan pengejawantahan RPP tersebut. Merdeka belajar terjadi saat guru mampu menjadikan pembelajaran sebagai miniatur kehidupan nyata. Proses pembelajaran dapat dilaksanakan di pasar, di bank, di terminal, di masjid, di halaman sekolah dan berbagai tempat yang sejalan dengan tujuan pembelajaran. Sehingga tidak ada lagi ruang yang cukup lebar antara pembelajaran di sekolah dengan kegiatan yang harus peserta didik alami dalam kehidupan nyata.

Sebagai contoh, guru membimbing peserta didik dalam materi jual beli di sekolah. Pembelajaran akan membumi jika guru mampu menjadi fasilitator bagi peserta didik untuk mengetahui dan mempraktikkan kegiatan jual beli dalam kehidupan sehari – hari. Sehingga peserta didik tidak gagap saat melakukan aktifitas jual beli baik di pasar nyata atau pasar yang ada di dunia maya (online).

Contoh selanjutnya yang sering saya temui dalam pembelajaran adalah saat diberi pertanyaan tentang teori ibadah, peserta didik mampu menjelaskan dengan benar. Namun saat praktik ibadah sehari – hari, mereka kesulitan mempraktikkannya dengan benar. Siapa yang salah dengan keadaan ini? peserta didik, guru atau pemangku kebijakan?

Guru bukanlah manusia super yang serta merta secepat kilat dapat mengubah kegiatan pembelajaran teoritis menjadi pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan hidup (life skill). Guru tetap manusia biasa yang berproses dalam perubahan. Diperlukan waktu dan dukungan semua elemen pendidikan untuk merdeka belajar yang membumi.

Sinergi antar praktisi pendidikan dari akar rumput, orang tua, kepala sekolah, pengawas sekolah, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten/Kota dan Provinsi sampai Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan di pusat adalah sebuah keharusan. Jika semua elemen ini saling mendukung dalam satu tujuan, pendidikan Indonesia akan menunjukkan wajah berserinya. Harapan itu masih ada, jika semua mau berkarya nyata. Tanpa sinergi dari seluruh elemen pendidikan, merdeka belajar yang membumi hanyalah cerita cinta di atas kertas saja.

Biodata Penulis

Penulis bernama Ulfa Wahyuni, S.Pd.I. Dilahirkan di Langsa Aceh pada tanggal 31 Januari 1985. Saat ini penulis bertugas sebagai guru di UPT SMPN 3 Tanjung Emas Tanah Datar Sumatera Barat. Penulis dapat dihubungi melalui e-mail: [email protected]. Anda juga bisa berdiskusi dengan penulis melalui nomor WA 082169745542

Tanjung Emas, 09 Maret 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Barakallah

10 Mar
Balas

Alhamdulillah, barakallah fik

10 Mar

Keren buk ul semoga kita bisa mewujudkannya..barakallah buk ul

09 Mar
Balas

Semoga terwujud, amiiin. Barakallah Fik ustadz.

10 Mar

Merdeka menyampaikan ide juga harus ya buk ulfa

11 Mar
Balas

Iya uni, semangat dimulai dari diri sendiri.

12 Mar



search

New Post