Perhatikan Perkataan Anda pada Anak
Tantangan Hari ke -57
#TantanganGurusiana
Oleh: Ulfa Wahyuni, S.Pd.I.
Anak – anak adalah cerminan orang tua. Disadari atau tidak orang tua telah membentuk karakter anak – anak mereka. Berikut pengalaman bersama anak – anak yang membuktikan bahwa semua perilaku dan perkataan orang tua direkam oleh anak – anak.
Saya sebagai seorang ibu berusaha memberikan perlakuan yang mendidik bagi anak – anak Saya (anak Saya kelas satu SD dan PAUD). Di suatu pagi hari saat membangunkan anak – anak untuk bersiap ke sekolah, saya menggunakan kata – kata yang berbeda dari biasanya. “Rania, Rizqa yang baik, bangun katanya minta dibangunkan pagi – pagi” Saya mengulangi ucapan ini tiga kali. Mereka pun bangun untuk bersiap ke sekolah.
Beberapa hari kemudian, tepatnya di Hari Jumat. Sepulang bekerja saya merebahkan badan untuk beristirahat sejenak. Istirahat siang itu begitu bermakna di tengah kegiatan harian yang tak henti – hentinya. Terdengar suara – suara memanggil “Ibu yang baik, bangun Rizqa sudah mendengar suara azan. Ibu yang baik bangun”. Nyaman sekali rasanya dibangunkan dengan kata – kata seperti itu. Saya terbangun dan tersenyum, mereka meniru perkataan saya beberapa hari yang lalu. itulah anak – anak selalu meniru apapun yang didengar dan dilihatnya.
Pengalaman di hari lain lebih unik lagi. Hari Sabtu pagi, saya mengikuti kegiatan gotong royong orang tua murid di sekolah anak pertama saya. Disela- sela gotong royong terdengar suara gaduh. Ternyata anak laki – laki sedang bertengkar memperebutkan penggaris. Salah satu anak menangis karena penggarisnya patah dan hilang. Refleks Saya mendekati dan menenangkannya.
“Penggarisnya patah ya, nanti Ibu belikan yang baru, mau warna apa?” ucap saya saat menenangkan anak tersebut.
“Mau warna biru, itu belinya jauh”, jawab anak itu sambil menangis.
“Iya nanti ibu belikan” , anak itupun berhenti menangis dan saya melanjutkan gotong royong dengan orang tua murid lagi.
Keesokan harinya, saat makan malam bersama anak –anak dan suami, anak bungsu saya berkata “Ibu tidak jadi belikan penggaris biru untuk teman kakak yang menangis kemarin”.
Saya terkejut, ternyata saat kejadian itu anak bungsu saya memperhatikan.
“Ibu lupa, besok Ibu belikan ya”. ucap saya menjelaskan.
Keesokan harinya anak bungsu saya bertanya hal yang sama lagi. Memang anak – anak begitu lugu.
“Ibu kan sudah janji untuk belikan teman kakak penggaris” anak bungsu saya mengulangi lagi ucapannya setiap hari.
Akhirnya saya membeli pengggaris biru dan meminta anak sulung saya untuk memberikan pada temannya seperti yang sudah saya janjikan. Terlihat sepele, jika saya tidak menepati janji saya, maka anak – anak saya akan beranggapan bahwa mengingkari janji adalah hal yang boleh dilakukan. Oleh karena itu hendaknya orang tua berhati – hati dalam perkataan dan perbuatan. Disengaja atau tidak semua perkataan dan perbuatan orang tua adalah lukisan karakter anak – anak Anda.
Waallahu ‘alam.
Tanjung Emas, 11 Maret 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap
Alhamdulillah Pak.
subhanallah mantul ulfa. memang susah ulfa menjaga ucapan. Suatu hari uni bercanda kepada anak uni yang kecil. hei dedek gendut. hei ibu gendut besar. aku gendut kecil jawabnya lugu, ha..ha..jadi tersadar
Iya uni, mereka meniru etilaku KTA yang disengaja atau tidak.
Masya allah jazakillah khair bu ...
Semoga bisa kita praktikkan dalam kehidupan sehari hari ya Bu.