Umi Fadilah, SE

Umi Fadilah, SE. Guru di MTsN 5 Tulungagung. Mengajar mata pelajaran IPS. Mencoba belajar menulis di media ini sebagai usaha mengasah kemampuan diri. Semo...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ayah Ijinkan Aku Menikah Dengannya ( Bagian 2 )

Ayah Ijinkan Aku Menikah Dengannya ( Bagian 2 )

Malam semakin larut, tapi jawaban itu tak pernah ada. Diana memeluk erat ibunya, hatinya sangat sedih, ia ingin menangis tapi air mata tak bisa keluar. Dia tahan kesedihan itu dalam-dalam. Hatinya sangat sesak. Seperti sedang berperang batin , ia ingin terlihat kuat, tapi hatinya sangat sedih. Ia tidak ingin terlihat cengeng dihadapan bapaknya.

“Mengapa ibu ?” tanya Diana pada ibunya

“Sabarlah. Ambil air wudhu dan sholat. Agar hatimu tenang.” Ibunya berusaha menenangkan.

Tatapan mata iba mengiringi langkahnya menuju musholla rumah. Karena pada malam itu seluruh keluarga berkumpul untuk merayakan hari raya. Diambilnya air wudhu. Dia masih ingat belum melaksanakan sholat ‘Isyak. Dia ingin melupakan yang baru terjadi, dan ingin melupakan itu benar-benar terjadi. Karena itu tidak mungkin terjadi.

Akan tetapi, dalam sujud tergambar jelas ucapan bapaknya. Air mata membasahi sajadah. Tak kuasa dia bendung air mata. Dadanya terasa sesak. Bagaimana mungkin ini terjadi.

“Ya Allah berilah hamba kesabaran menghadapi semua ini,” lsaknya lirih dalam sujud.

Diawal bulan Ramadhan Amri mengabarkan, jika nanti di hari raya ke 5 akan datang ke rumahnya bersama keluarga. Tekadnya sudah bulat melamar Diana. Hati siapa yang tidak bahagia, jika hari indah itu segera tiba. Begitulah yang dirasakan Diana.

Tiga tahun menunggu bukan waktu yang singkat. Menunggu Amri menempuh Sekolah Perwira Angkatan Darat, harus dijalani dengan janji kesetiaan. Menjalin hubungan jarak jauh, Surabaya - Makasar. Tapi itulah cinta, harus saling menyadari dan menghargai.

“Tunggu aku disini, sampai aku kembali. Isyaallah Hari Raya aku pulang. Aku ingin melamarmu.” kata Amri saat akan berangkat ke Makasar terakhir kali. Diana mengangguk dengan penuh kebahagiaan. Diciumnya tangan Amri dengan hangat.

“Aku akan menunggumu, disini. Kembalilah untukku” ucap Diana lembut.

Dari awal Diana menyadari, bahwa orang tuanya tidak begitu menyukai hubungan ini. Tapi mereka berusaha meyakinkan diri. Jika sudah sama-sama serius, mana mungkin itu tidak terjadi. Pasti ada restu dari orang tua.

Sepanjang Ramadhan Diana berdoa, “ Ya Allah mudahkan semua urusan kami. Izinkan kami menikah. Dan Ridhoilah aku menjadi anak yang selalu berbakti pada ibu bapakku. Aamin”. Itulah doa yang selalu ia panjatkan di tengah kegamangan hatinya.

Malam semakin larut dan suara takbir terus bergema. Allaahu Akbar..Allaahu Akbar Walillaahilham. Ditengah khusuk berdoa, terdengar langkah kaki mendekat dan Diana tahu itu langkah kaki bapaknya……….( bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga orangtuany merestui diana ya bu.penasaran klanjutannya

03 Jul
Balas

Semoga orangtuany merestui diana ya bu.penasaran klanjutannya

03 Jul
Balas

Ya Allah semoga berjodoh. Aaamiin.

03 Jul
Balas

Penasaran....keren bun

03 Jul
Balas

Semoga hati bapaknya luluh dan merestui pernikahan diana

03 Jul
Balas

Wah penasaran bu, apa yanb terjadi selanjutnya

03 Jul
Balas



search

New Post