Cinta menuju surga
Cinta menuju Jalan Surga
Udara terasa masih sangat dingin. Suara kentongan ronda membuatnya terbangun. Selasa, 19 Mei 2020, pukul 01.30 WIB. Adelia terbangun dari tidur. Sang suami masih tertidur pulas. Ini Ramadhan hari ke 27. Sudah saatnya dia menyiapkan makan sahur.
Kebiasaan untuk bangun lebih awal dari yangi pagi dari lain. Apalagi dia akan menemani ibu ke masjid. Sebelum berangkat, dia memastikan sudah ada persiapan untuk sahur, mulai nasi, lauk, air minum dan air panas di termos. Ini sudah menjadi menjadi rutinitas yang dijalani sejak sebelum menikah.
Kata almarhum ayahnya, ada hal kecil, tapi sangat berarti dan banyak pahala, yaitu menyiapkan makanan untuk bernuka puasa dan sahur. Bisa ikut dapat pahalanya. Itu menjadikannya selalu senang hati malakukan pekerjaan ini.
Untuk mengusir rasa kantuk dan dingin, Adelia membuat kopi kesukaannya, kopi putih. Setelah itu dia membangunkan ibunya. pelan-pelan dia ketuk pintu kamar sang ibu. “ Bu, bangun. Sudah jam setengah dua. Iktikaf nopo mboten”. “ iya, tunggu sebentar” jawab ibunya. Selang beberapa lama ibunya keluar dari kamar. Adelia membantu ibunya ke kamar mandi, karena sang ibu sudah sulit jalan. Adelia menyiapkan segala keperluan ibunya untuk bersuci. dengan telaten dia lakukan itu.
Inilah rahasia Allah, diantara 6 bersaudara, Adelia secara ekonomi jauh dari saudara-saudaranya yang lain. Jadi dia belum mampu membuat rumah sendiri. Dia masih menumpang di rumah ibunya. Lima saudaranya yang lain masing-masing sudah memiliki rumah, dan rata-rata sangat mewah. Punya mobil dan perkebunan atau sawah juga. Sedangkan Adelia, dia hanya punya mobil kecil bak terbuka yang biasa dipakai untuk membawa dagangan ke kios. Itupun masih belum lunas, dia mencicil pada kakak iparnya. Tapi Adelia dan suami sangat sabar dan tabah menjalani kehidupannya.
Pernah terbersit dalam pikirannya untuk tinggal di kios. Tapi begitu ingat keadaan ibunya yang sudah sepuh, suami melarang Adelia punya pikiran untuk meninggalkan rumah. “ini mungkin rahasia Allah dik. Kita diberi kesempatan untu merawat ibu. hal yang seperti ini belum tentu dimiliki orang lain. Kita harus bersyukur ” kata suami Adelia. “Tapi aku kadang jengah dan nelongso mendengar ibu selalu membicarakan saudara-saudaraku yg sudah mapan. Aku nelangsa, Mas.” Adelia mengutarakan rasa hatinya karena sering mendengar ibunya selalu membanggakan saudar-saudaranya. “Biar, biarkan ibu berbangga seperti itu. Karena itu wajar naluri seorang ibu yang bangga akan keberhasilan anak-anaknya. berdoa saja semoga kita semua sehat” suaminya berusaha menenangkan Adelia.
Tapi Adelia selalu memendam perasaan itu. Bukan malu yang dirasakan, tapi rasa minder dan nelangsa. mengapa ibunya sering memberikan sikap yang tidak nyaman padanya.
Waktu sudah menunjukkan jam 1.45 Adelia dan ibunya berjalan menuju ke masjid untuk iktikaf. Sesampai di masjid, dengan sabar Adelia menyiapkan tempat sholat untuk ibunya, yaitu kursi beralaskan sajadah tebal. tak lupa ia letakkan tempat air minum dan tisu di dekat ibunya. karena ibunya sering terbatuk-batuk saat sholat.
Itu yang selalu dilakukannya selama 10 tahun ini, sejak meninggalnya sang bapak. dulu ibu bapaknya selalu berdua pergi ke masjid untuk iktikaf. Sepeninggal bapaknyanya, Adelia selalu mendampingi ibunya iktikaf ke masjid pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan, bahkan setelah menikahpun, dia meminta ijin pada suaminya untuk menemani ibunya iktikaf. Alhamdulillah suaminya mengijinkan, bahkan sesekali ikut menemani. Adelia sangat mencintai moment ini. serasa seperti racun yang menyengat hati. seperti anggur yang memabukkan dan membuatnya ketagihan.
Pagi itu, dalam rengkuhan rukuk dan sujud, tak terasa air mata jatuh membasahi pipinya. Saat dia melihat ibunya dari belakang sedang sholat dan berdzikir. “Alhamdulillah Ya Allah. Engkau berikan ibuku kesehatan. Alhamdulillah Segala rasa syukur aku masih bisa bersamanya” terasa sesak dadanya memanjatkan rasa syukur ini. , karena Tuhan memberinya jalan surga yang sangat indah. Jalan surga yang tidak bisa dinilai dengan uang, rumah mewah, mobil mewah dan harta yang lain. Satu doanya semoga ibunya selalu sehat, dan dia bisa mendampingi ibunya pergi ke masjid untuk iktikaf untuk menggapai Malam Lalatul Qodar.
Dengan pipi berderai air mata, ia memohon kepa Allah, semoga cintanya ini kelak bisa membawanya ke surga dan bisa bertemu lagi dengan ramadhan di tahun depan dengan cinta yang lebih besar.
Selesai
“ Persembahan indah untuk suami yang selalu mendukungku”
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tenyata senang sekali bisa belajar menulis, membuat tulisan dan bergabung di gurusiana. semoga ilmunya bermanfaat. sukses selalu buat kita semua. #salamsemangatmenulis