Saat aku berdiri di hadapan audiens, di depan kelas, di mimbar upacara, di majlis taklim atau saat menjadi pembicara apapun, yang terlintas dalam benak saya adalah wajah guru saya semasa SD. Diantaranya ada Pak Masykur dan Pak Zarkani . Subhanallah. Karena beliau saya mampu seperti ini. Allah mengirim beliau-beliau untuk menjadi pelita ilmuku.

Beliau mengajari saya untuk berani berbicara di depan orang banyak. Mengajari saya mengenal banyak hal. Tehnik membaca, intonasi, gerak tubuh, bahasa mata dan tehnik-tehnik yang lain. Dari beliau-beliau saya belajar untuk percaya diri, bahwa saya bisa.

Pak Zarkani. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia ini adalah guru kesayangan kami. Pribadinya yang hangat dan ceria, membuat kami dekat. Beliau mengenalkan kami pada banyak kegiatan, mulai pramuka, klub olah raga, menari, paduan suara dan baca puisi pastinya.

Pak Zarkani sering mengikutkan kami dalam event-event kejuaraan, pastinya peringatan Hari Kemerdekaan. Lomba pidato dan baca puisi adalah lomba yang paling sering aku ikuti. Meski belum pernah juara satu, paling tidak tidak malu-malu amat dapat juara tiga. Lumayan.

Pak Masykur. Guru mata pelajaran agama. Pastilah beliau orang yang sangat alim, lembut dan disiplin. Teman-teman sangat segan dengan beliau, karena disiplinnya itu sering berbuah hukuman bagi yang tidak disiplin.

Tapi tak apalah, semua senang-senang aja dapat hukuman menyapu masjid balai desa, sekalian bisa beli jajan. Malu juga kalau inget masa-masa SD dulu. Culun dan jadul. Maklum cerita saya ini tentang SD tahun 1984. Generasi tua ini.

Oh ya. Dari pak Masykur ini saya dapat ilmunya bertausyiah. Hmmmm…. Berat. Saya harus hafal beberapa ayat dalam Al Qur’an berserta artinya. Pusing tapi menantang. Kebetulan abah saya seneng saya dapat kegiatan ini, dan selalu bersemangat mengantar saya pada saat lomba. Dan pasti mampir sate kambing pulangnya. Ini bikin demen.

Saya masih inget lomba tausyiah pada peringatan Maulid Nabi, semalam sebelum lomba saya sakit perut. Diare sepanjang malam. Esok paginya saya harus ikut lomba. Kebetulan tema tausyiah saya tentang kasih sayangnya Rosulullah SAW pada fakir miskin dan anak yatim. Mimik muka saya yang acum dan menahan sakit pas banget membawakan cerita syahdu ini. Dan……Juara 1. Alhamdulillah. Berkahnya diare.

Ya Allah. Itu kenangan yang selalu terbayang dimata. Terima kasih pak zarkani. Terima kasih pak Masykur. Insyaallah ilmunya tetap saya amalkan sampai saat ini. Semoga menjadi amal jariyah panjenengan berdua. Aamin

Terima kasihku...ku ucapkan...pada guruku yang tulus.

Jasamu tiada tara....................................