Kapok Lombok
Sore itu Pak Harun berjalan menuju masjid Panti Asuhan untuk mempersiapkan acara peringatan Maulud Nabi tahun ini. Beliau membawa beberapa gulung karpet yang diletakkan di sadel motor belakang. Agak kesulitan sih, tapi mau bagaimana. Semua orang sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Begitu juga dengan anak panti yang sedang persiapan untuk pentas seni.
Sesampai di serambi masjid, pak Harun dikejutkan oleh tangis kersa Haidar. Teman-temannya mengerumuni Haidar dengan pandangan geram. “Tampaknya ada yang tidak beres ini,” pikir pak Harun. Rupanya anak-anak ini baru memarahi Haidar, yang sudah mengambil semua jatah kue teman-temannnya.
Rupanya ini bukan kejadian pertama kali. Setiap kali ada pembagian kue, Haidar selalu berbuat curang, dengan mengambil jatah kue temannya. Mungkin karena badannya bongsor, jadi tidak cukup hanya makan jatah untuknya saja. Selalu ingin makan lebih banyak. Sudah sering diingatkan untuk tidak mengambil tanpa izin, tapi selalu diulangi. Setiap kali dimarahi selalu bilang minta maaf dan kapok tidak akan mengulangi lagi. Tapi selalu di ulangi. Oleh sebab itu teman-temannya menjulukinya Si Kapok Lombok.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tobat sambalado kalau di Minang...Keren Bu
tobatnya pedas manis yeah
mantap. salam literasi
salam literasi minggu pagi
Menarik ceritanya bu
terima kasih...