Bunda Yelli menuliskan kenangan masa kecil beliau bersama keluarga di kampung halaman, saya juga ingin menulisnya disini. Kenangan masa kecil saya bersama abah yang sangat suka membaca.

Saat saya masih SD, ( saya ini generasi jadul ya, sebab sudah hampir setengah abad ) keluarga kami berlangganan Koran “MERDEKA”. Seingat saya itu koran paling popular dan berkelas dimasanya. Berita-berita terbaru dapat kami dapatkan dari media ini. Sebab pada masa itu TV masih jarang yang memiliki. Kata orang, satu kecamatan itu hanya ada 3 orang yang punya TV. (nanti saya tulis di edisi lain )

Koran MERDEKA ini tergolong beritanya “berat-berat” dan terukur. Berita politik, olah raga, budaya, ekonomi, sastra semua diolah menjadi berita yang ‘aman” untuk dikonsumsi pembaca.

Kenangan saya dengan media ini sangat berkesan. Orang yang pertama baca Koran adalah abah. Setelah abah tuntas membacanya, barulah kami berani mengambil, dan membaginya untuk dibaca bersama-sama. Kakak, adik, pembantu semua membaca. Masing-masing kami memiliki ketertarikan yang berbeda. Kakak saya suka baca berita budaya dan olah raga. Adik suka olah raga dan gambar-gambar kendaraan, saya suka politik, olah raga dan ekonomi. Sedangkan pembantu saya lebih suka olah raga dan sastra.

Ada yang berkesan dari kebiasaan ini. Abah selalu menanyai kami tentang apa yang sudah kami baca, dengan bahasa diskusi. Abah pintar mengangkat topic untuk menggali daya tangkap kami dari apa yang kami baca. Meskipun dengan bahasa “rumpi”. Misal, “He, iku lho. Kok enek berita banjir di daerah Gresik. Padahal iku kan daerahe kering dan datar. Nyapo yo?”. Dan kami yang mendengar akan saling bersahutan menyampaikan ulasan berdasarkan apa yang kami baca. Dan berdiskusilah kita beramai-ramai dengan topic yang lain. Seru….

Kebiasaan ini menjadi kenangan indah, dan terbawa pada kami, terutama saya yang punya hobi membaca. Sekarang saya tahu, dengan berlangganan koran, begitulah cara abah mengenalkan kami pada dunia. Banyak ilmu dan informasi yang kami dapatkan. Saya kecil, sudah lebih tahu tentang berita dinegara-negara lain dibanding teman-teman saya. Saya yang kecil sudah mengenal istilah-istilah berkelas dan berat tentang ekonomi, politik, bisnis, budaya, olah raga dll. Bukan bermaksud sombong, itu sangat saya syukuri, karena itu adalah ilmu yang berguna.

Dengan membaca, saya bisa lebih bijak merangkai kata-kata diplomasi. Lebih bisa merangkai kalimat dalam bernegosiasi, sehingga menunjang pekerjaan saya saat saya masih sebagai humas keuangan. Saya lebih bijak membuat analisa ekonomi saat menjadi accounting. Memberi saya keberanian dan kejernihan logika saat saya maju menjadi caleg. Dan tentunya menjadi bekal yang sangat berharga saat saya diberi amanah menjadi guru. Juga memberi saya bekal ilmu saat saya menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga. Dari membaca…..

Itulah abah, semua yang dilakukannya memberi kami banyak ilmu. Dan kami menyadarinya saat sudah dewasa. Terima kasih abah, terima kasih untuk masa kecil yang indah. Terima kasih Koran MERDEKA nya. Semoga ini menjadi amal jariyah abah…yang akan menghantar abah ke surga. Aamiin.