Umi Fadilah, SE

Umi Fadilah, SE. Guru di MTsN 5 Tulungagung. Mengajar mata pelajaran IPS. Mencoba belajar menulis di media ini sebagai usaha mengasah kemampuan diri. Semo...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tidak Selalu Seperti Rumus Matematika

Tidak Selalu Seperti Rumus Matematika

Tulisan ini tentang nilai dari pengalaman saat penulis memberikan bimbingan dan pendampingan tadarus pada santri-santri kecil di masjid lingkungan rumah.

Mengapa tak selalu matematika. Jika mendengar kata matematika, yang terbayang dibenak kita adalah angka, hitungan, rumus dan segala hal yang berbau angka. Padahal tak semua akhirnya terumus seperti dalam matematika.

Untuk membangkitkan semangat berpuasa dan melakukan kebaikan di bulan puasa, kami selalu memberikan iming-iming kepada santri-santri kecil kami tentang hitungan pahala yang akan diperoleh saat nanti di surga. Karena masih erat terpatri dipikiran mereka, bahwa setiap kebaikan akan dibalas Allah dengan pahala.

Akhirnya selalu kami ilustrasikan setiap pahala itu nanti akan tumbuh menjadi pohon yang rindang yang akan menaungi kita saat di padang mahsyar yang panas. Jadi semakin banyak pahala dan kebaikan maka akan semakin banyak pula pohon rindang yang akan Allah tumbuhkan di padang mahsyar nanti, sehingg kita tidak akan kepanasan.

Tidak salah memang, karena ini adalah bentuk syiar kecil yang harus kami berikan pada santri-santri kecil kami, agar mereka bersemangat dan meyakini tentang arti ketaqwaan. Dan Alhamdulillaah, semangat mereka untuk berpuasa, membaca Al-Qur’an dan berbuat baik yang lain sungguh luar biasa. Sepertinya, bulan puasa sungguh membuat mereka berbahagia.

Disinilah ilmu matematika, tentang rumus penjumlahan, perkalian dan sama dengan menuntun pola pikir santri kecil kami.

Tapi tak semua seperti rumus matematika, saat kami harus mengajarkan tentang infaq dan bershodaqoh. Harus dengan bahasa yang halus. Memasukkan terjemah, bahwa berkurangnya uang dan harta yang kita berikan kepada orang lain yang membutuhkan akan menambah kekayaan kita. Bagaimana mungkin? Itu pikiran santri kecil kami. uang berkurang kok bisa bertambah. Harus bijak mengajak santri kecil ini memahami, dan harus dicari sudut rumus yang lain.

Tidak selalu seperti rumus matematika, jika sudah bertemu dengan ketentuan Tuhan. Semua sudah diluar jangkauan pikiran kita. Wallahua’lam. Seiring berjalannya waktu, kami percaya hidayah Allah yang akan menuntun santri – santri kecil kami menemukan rumus itu, menuju jalan ketaqwaan. Semoga…..

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

keren bun

19 Oct
Balas

trm kasih sdh berkenan membaca. salam literasi

19 Oct

Masya Allah luar biasa. Salam sukses dan salam Literasi

19 Oct
Balas

Barokallah ustadz Musdar. Salam

19 Oct

Aamiin... Semangat selalu bunda umi

19 Oct
Balas

Aamiin... Semangat selalu bunda umi

19 Oct
Balas

berkat dirimu aku sll bersemangat cantik

19 Oct

Aamiin... Semangat selalu bunda umi

19 Oct
Balas

Maa syaa Allah keren cikgu ini. Ulasan menarik bundaa..

20 Oct
Balas

Sukses, keren Bu umi

19 Oct
Balas

Terima kasih bunda cantiq. semangat menulis buku lagi yaaa....

19 Oct

Maqom bu Nyai ini kayaknya

19 Oct
Balas

jangan gitu teacher. jaaaaauuuuhhhhhhhh

19 Oct



search

New Post