Bulan Rajab yang Istimewa
Bulan Rajab yang Istimewa
Hari ini, sekolah kami memperingati Isra Mikraj Nabi Muhammad saw. Pra acara diisi senandung selawat dari tim hadrah, Al Fatih. Kali ini, Dai yang mengisi mauizah hasanah adalah ustaz Arif Widodo. Dalam tausiahnya, beliau menekankan pentingnya salat bagi umat muslim. Beliau juga berpesan kepada anak-anak agar jangan pernah meninggalkan salat fardu apa pun kondisinya. Anak-anak tampak antusias mendengarkan. Beliau berhasil membawa suasana menjdi hidup. Di sela-sela ceramahnya, beliau juga membawakan beberapa syair selawat yang diikuti anak-anak dengan penuh semangat.
Bulan Rajab adalah salah satu bulan yang dimuliakan dalam penanggalan Islam. Sebagian umat Islam menjalankan puasa di 10 hari pertama bulan Rajab. Setidaknya, kita berpuasa satu kali selama bulan Rajab. Mengapa bulan ini dimuliakan? Selama ini, banyak yang beranggapan bahwa kemuliaan bulan Rajab karena peristiwa Isra Mikraj-nya Nabi Muhammad saw. Namun, menurut dawuh KH. Maimun Zubair atau Mbah Mun, kemuliaan bulan Rajab adalah awal mula Allah Swt. menciptakan nur-nya baginda Rasulullah Muhammad saw.
Di bulan Rajab yang mulia ini, mari kita mengingat kembali keistimewaan lainnya. Di bulan Rajab, Allah membuka pintu magfirah (ampunan) bagi hamba yang mau bertaubat. Bulan Rajab merupakan bulan latihan atau persiapan untuk beribadah di bulan Ramadan. Di antara malam-malam bulan Rajab, ada satu malam yang istimewa bagi Rasulullah, Muhammad saw. Allah Swt. memberikan hadiah atau tasliyah (hiburan) kepada Nabi agar tidak terus menerus bersedih karena kehilangan orang-orang yang dicintainya.
Hadiah tersebut adalah diperintahkannya Rasulullah untuk melakukan Isra mikraj. Isra mikraj, yaitu perjalanan nabi Muhammad saw dari Masjidil Haram (Makkah) ke Masjidil Aqsa (Palestina) dan dilanjutkan ke sidratul Muntaha (langit ketujuh) untuk berjumpa Rabb-nya. Nabi Muhammad mendapat perintah langsung dari Allah untuk melaksanakan salat wajib lima waktu dalam sehari semalam. Semula perintah salat tersebut adalah 50 kali dalam sehari semalam.
Melansir dari Baznas, peristiwa Isra Mikraj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-12 kenabian. Kejadian tersebut berlangsung saat Nabi Muhammad saw. sedang berada di Masjidil Haram, Makkah. Isra Mikraj adalah bukti kebesaran Allah dan sekaligus bukti kenabian Rasulullah saw. Peristiwa Isra Mikraj adalah sejarah penting yang selalu dikenang umat Islam.
Dikisahkan, dalam perjalannya Nabi menemui orang yang memukul-mukul kepalanya hingga hancur berkali-kali. Setelah menanyakan pada Malaikat Jibril mengapa ia melakukannya. Ternyata orang-orang itu adalah umat Nabi Muhammad yang dengan sengaja meniggalkan salat lima waktu ketika di dunia. Mengerikan bukan?
Peristiwa Isra Mikraj merupakan pengalaman ruhani yang mencerminkan hakikat spiritual dari salat yang dilaksanakan umat Islam. Dengan demikian salat merupakan cara kita, umat Islam “bertemu” atau berkomunikasi dengan Allah, Sang Penguasa Alam. Salat adalah “Mikrajul Mukminin,” yaitu media mikrajnya orang yang beriman. Salat sebagai sarana spiritual dan media umat Islam “bertemu” Tuhannya, Allah Swt. sebagaimana Nabi Muhammad melakukannya ketika Isra Mikraj.
Dalam sebuah hadis dari Muaz bin Jabal, Rasulullah saw. bersabda yang artinya, “Inti dari segala perkara adalah Islam dan salat merupakan tiangnya.” (HR. Tirmidzi no. 2616 dan Ibnu Majah no. 3973). Jika diartikan secara bebas, salat adalah tiang agama. Dengan demikian, siapa yang melaksanakannya berarti dia telah menegakkan agamanya. Namun, barang siapa yang meninggalkan salat, maka ia telah merobohkan agamanya. Nauzubillah.
Selain itu, salat merupakan amalan yang pertama kali dihisab kelak di akhirat. Salat juga dapat mencegah seseorang dari berbuat keji dan munkar. Rasulullah berwasiat sebelum wafat agar umat Islam senantiasa menunaikan salat lima waktu. Salat juga pembeda utama umat Islam dengan kaum kafir. Salat menurut pandangan Gus Baha adalah ibadah paling dicintai Allah swt. Karenanya, sujud ketika salat merupakan kenangan paling indah seorang hamba dengan Allah Swt. ketika nanti di akhirat.
Jadi, sampai kapan kita menunda-nunda salat? Masihkah kita enggan “berjumpa” Allah Swt.? Senyampang kita masih diberi nafas di dunia, jangan sampai kita meninggalkan salat. Apa pun kondisi yang sedang kita hadapi dan di mana pun kita berada. Mari kita tunaikan salat lima waktu, sebelum nanti kita disalati.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar