Keutamaan Ilmu
Keutamaan Ilmu
“Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus mampu menanggung pahitnya ka kebodohan.” (Imam Syafi’i)
Pernahkah sahabat mendengar tentang keutamaan ilmu? Ilmu dapat kita peroleh dari belajar. Hal ini berarti kita harus terus belajar untuk mendapatkan ilmu, baik ilmu pengetahuan maupun ilmu-ilmu agama. Di momen peringatan hari pendidikan ini, mari sejenak kita renungkan kembali betapa pentingnya ilmu dalam menjalani kehidupan.
Sebagaimana yang dinyatakan dalam sebuah kalam hikmah tentang ilmu berikut. “Barang siapa menginginkan (kebahagiaan) dunia, hendaklah dengan ilmu. Dan barang siapa yang meninginkan (kebahagiaan) akhirat, meka hendaklah dengan ilmu. Dan barang siapa menginginkan keduanya, maka raihlah dengan ilmu.”
Dilansir dari laman Kementerian Agama, dalam suatu riwayat, Ibnu Abbas ra. mengatakan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Aku adalah kotanya ilmu dan Ali adalah gerbangnya, maka barang siapa menghendaki ilmu, datangilah pintunya.” (HR. Al Hakim, Al Mustadrak No. 4637).
Hadis tersebut menegaskan bahwa Sayidina Ali bin Abi Thalib adalah sahabat Nabi yang paling memahami ilmu Rasulullah saw. Beliau memiliki kecerdasan luar biasa, kebijaksanaan, serta pemahaman agama yang kuat. Oleh karenanya, pantaslah Ali bin Abi Thalib mendapat julukan Babul ‘Ilmi (pintu ilmu).
Mendengar hadis tersebut, kaum Khawarij timbul rasa iri dan meragukan keilmuwan Ali bin Abi Thalib. Mereka pun menyusun siasat untuk membuktikan kebenaran hadis Rasulullah tersebut. Mereka memilih beberapa orang yang terbaik dari kalangan mereka untuk menguji keilmuwan Sayidina Ali. Meraka mengajukan pertanyaan yang sama, tetapi pada waktu yang berbeda. Mereka datang bergantian menemui sayidina Ali.
Orang pertama yang berkunjung kepada sayidina Ali bertanya, "Wahai Ali, manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?" sayidina Ali menjawab "Ilmu lebih baik dari pada harta. Orang itu lalu bertanya lagi, "Apa alasannya?" beliau membalas, "Ilmu itu warisan para nabi dan harta itu warisan Qarun dan Firaun." Lalu pergilah orang pertama ini.
Datanglah orang kedua menanyakan hal yang sama tentang ilmu dan harta. Sayidina Ali menjawab, “ Ilmu lebih baik daripada harta.” Orang kedua bertanya lagi, "Apa alasannya." Beliau pun menjawab, "Ilmu akan menjagamu, sedangkan harta harus engkau jaga." Kemudian pergilah orang itu.
Lalu, datanglah orang ketiga dan bertanya, “Wahai Ali, lebih utama manakah ilmu dan harta?” sayidina Ali pun menjawab, “ilmu lebih baik daripada harta.” Orang itu bertanya "Dengan dalil apa, hai Ali?" Beliau menjawab dengan alasan yang berbeda, “Orang yang memiliki banyak harta akan memiliki banyak musuh, adapun orang yang memiliki ilmu akan mempunyai banyak teman. Kemudian pergilah orang itu.
Datang lagi orang keempat dan bertanya kepada Ali dengan pertanyaan yang sama "Mana yang lebih baik ilmu atau harta?" Ali menjawab bahwa ilmu lebih baik daripada harta. Orang itu bertanya apa alasan dari jawaban tersebut. Kemudian sayidina Ali menjawab dengan alasan yang berbeda. "Ilmu akan bertambah jika kita manfaatkan, tetapi sebaliknya, harta akan berkurang jika kita gunakan." Kemudian pergilah orang itu.
Menyusul seseorang yang lain lalu bertanya, “Manakah yang lebih utama ilmu atau harta?" Sayidina Ali menjawab bahwa ilmu lebih utama daripada harta karena pemilik harta bisa dipanggil si pelit dan menjadi hina sedangkan pemilik ilmu dipanggil dengan sebutan agung dan mulia. Maka pergilah orang itu.
Hingga datang lagi seorang yang lain lantas bertanya, manakah yang lebih baik ilmu atau harta? Lagi-lagi sayidina Ali menjawab, ilmu lebih baik daripada harta dengan alasan harta akan dihisab pada hari kiamat sedangkan pemilik ilmu akan memberi syafaat kelak pada hari kiamat. Demikianlah, ketika sayidina Ali ditanya terkait keutamaan ilmu, beliau memiliki banyak alasan. Hal ini lantaran begitu banyak keutamaan ilmu dibandingkan dengan harta.
Jawaban sayidina Ali yang berbeda-beda tersebut tentulah membuat mereka menyerah. Akhirnya, mereka yakin dan mengakui keilmuwan Ali bin Abi Thalib. Sayidina Ali mengatakan bahwa seandainya ada banyak orang bertanya tentang keutamaan ilmu, niscaya beliau akan tetap memberi alasan yang berbeda.
Dengan keilmuan yang dimiliki, maka patutlah beliau dijuluki sebagai pintu ilmu sementara Nabi Muhammad adalah kotanya. Tentang keutamaan ilmu ini, Al-Qur'an dalam surat al-Mujadalah ayat 11 dengan jelas memberi predikat para penuntut ilmu dengan derajat yang tinggi.
Maka, masihkah kita enggan dan malas belajar serta menimba ilmu? Sejatinya, ilmu tidak hanya bisa kita dapatkan dari sekolah formal atau sekolah yang notabene milik pemerintah. Dengan ilmu kita akan dapat membedakan yang baik dan buruk, antara halal dan haram, pantas dan tidak. Ilmu akan menerangi jalan kita, sehingga dapat melangkah dengan benar dan selamat sampai tujuan. Kita dapat belajar dan memperoleh ilmu dari mana saja. Dan guru kita bisa siapa saja yakni mereka yang mengajari kita tentang kebaikan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar