umi hasanah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Refleksi Peringatan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW
Refleksi peringatan Isra Mikraj Nabi Muhammad di bulan Rajab

Refleksi Peringatan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW

Saat kita di tengah kesibukan kerja, tiba-tiba mendengar suara azan sebagai tanda panggilan salat zuhur. Apa yang kita lakukan? Menghentikan pekerjaan dan segera menunaikan salat? Melanjutkan kerja karena waktu salat masih panjang? Atau menggerutu, kenapa zuhur datang begitu cepat dan menunda salat sampai pekerjaan kelar.

Jawabannya tentu sangat relatif, meskipun kita menyadari bahwa salat adalah fardu ain alias kewajiban individu setiap muslim. Perintah salat adalah rukun Islam yang kedua setelah seseorang berikrar dengan mengucap kalimat sahadat. Namun, setiap orang memiliki tingkat keimanan yang berbeda sehingga memaknai salat dengan berbeda pula. Ada yang salat sekadar menggugurkan kewajiban, ada yang mengganggap sebagai beban dan merepotkan. Ada juga yang rindu waktu salat karena ingin curhat dan memohon ampunan. Sebagian orang melaksanakan salat sebagai wujud rasa syukur dan pengakuan sebagai hamba.

Di bulan Rajab yang mulia ini, mari kita mellakukan refleksi, mengingat kembali keistimewaannya. Bulan Rajab adalah salah satu bulan yang dimuliakan Allah Swt. Di bulan Rajab, Allah membuka pintu magfirah (ampunan) bagi hamba yang mau bertaubat. Hal yang spesial di bulan tersebut karena di antara malam-malam bulan Rajab ada satu malam yang istimewa bagi Rasulullah, Muhammad Saw. Allah Swt. memberikan hadiah atau tasliyah (hiburan) kepada Nabi agar tidak terus bersedih karena kehilangan orang-orang yang dicintainya.

Malam istimewa itu adalah peristiwa isra mikraj, yaitu perjalanan nabi Muhammad Saw dari Masjidil Haram (Makkah) ke Masjidil Aqsa (Palestina) dan dilanjutkan ke sidratul Muntaha (langit ketujuh) untuk berjumpa Rabbnya. Dikisahkan, Nabi enggan kembali karena kenikmatan yang dirasakan ketika perjalanan tersebut. Lantaran hal tersebut, Allah Swt memberikan perintah salat kepada beliau sebagai gantinya. Selanjutnya, Rasulullah diperintahlan menyampaikan kepada umatnya.

Sejatinya salat adalah sarana spiritual dan media orang mukmin untuk “bertemu” Tuhannya, Allah Swt. sebagaimana Nabi Muhammad melakukannya ketika Isra Mikraj. Dengan demikian, salat merupakan cara kita, umat Islam “bertemu” atau berkomunikasi dengan Allah, Sang Penguasa Alam. Salat adalah “Mikrajul Mukminin,” yaitu media mikrajnya orang yang beriman. Jadi, masihkan menunda-nunda salat? Masihkah enggan “berjumpa” Allah Swt?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ulasannya, Bu. Salam kenal!

07 Feb
Balas

Terima kasih Bun, sudah berkenan membaca. Salam kenal juga.

07 Feb



search

New Post