Kamis Wage

Pada hari Kamis Wage, dimadrasah tempat aku bersekolah, selalu ramai. Baik siswa maupun guru selalu riang, bahagia serta berfoto ria baik sendiri maupun bersama-sama. Dihari itu, semua harus memakai pakaian adat. Teman-teman tampak bahagia dengan baju adat barunya yang dibelikan oleh orang tuanya.

Bagiku, Kamis Wage adalah hari yang menyedihkan. Pada hari Rabu sore aku sudah mulai suntuk memikirkan baju mana yang harus kupakai untuk besok Kamis Wage. Berkali-kali kubuka lemari tua warisan nenek. Kulihat-lihat tumpukan baju-bajuku yang bercampur dengan baju ibu dan adikku.

“ Besok memakai baju adat lagi?” tanya ibu seolah tahu apa yang kucari dan kupikirkan.

“ Ya, “ jawabku pendek dan pelan.

“ Pakai baju muslim dulu, nanti kalau ibu sudah punya uang kita beli baju adat.” Ibu selalu begitu. Ini sudah berapa kali Kamis Wage. Aku masih belum punya bajunya. Dimadrasah setiap ditanya oleh bapak /ibu guru ,” kenapa hari ini pakai baju muslim ?” atau “ Kenapa tidak pakai baju adat?” Rasanya sedih sekali, tapi tetap kujawab,” Belum punya, Bu/Pak.”

Rasanya hari Kamis Wage lamaaa sekali. Aku harus bertahan dan berdoa agar waktu cepat berlalu. Ketika hari sudah siang dan pelajaran sudah selesei, aku lega. Besok hari Jum’at. Semua memakai pakaian muslim. Tidak ada beban lagi bagiku...