Umi Maghfiroh

Penulis adalah seorang guru bahasa Inggris dengan 2 putri. Lahir di Tulungagung, 15 April 1978. Mengajar sejak tahun 2003 di MTsN 6 Tulungagung. Pendidikan tera...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kisahku

Kisahku

Ada satu cerita lama yang ingin saya share disini. Beberapa saat yang lalu, saya mengambil buku hadiah dari Webinar PGRI. Saat itu, rasa penasaran akan buku dari Prof. Ngainun Naim_sosok yang menginspirasi banyak penulis_ membawaku memacu motor ke arah selatan kota, Gedung PGRI di daerah Boyolangu, Tulungagung. Walaupun ternyata saya harus merasa sedikit kecewa, karena bukunya Prof. Ngainun Naim sebagai hadiah sudah saya punyai. "Terajut", buku cetakan tahun 2017 saya dapatkan saat saya menjadi mahasiswa beliau. Sebagai gantinya saya memilih buku yang tak kalah kerennya, karangan Prof. Mujamil Qomar, beliau juga salah satu dosen favorit saat kuliah di S1 dulu.

Hal itu tidak menjadikan saya kecewa, karena ada kisah istimewa yang saya dapatkan di sana. Kisah ini berawal dari pertemuan saya dengan sang moderator cantik, dan juga seorang penggiat Literasi di Tulungagung. Sudah ada beberapa buku Antology, dan akan segera menerbitkan buku tunggalnya, Diana Kurniasari. Dari sisi usia beliau adalah adek kelas saya di MAN 1 dan di STAIN Tulungagung, tapi dari sisi keilmuan beliau jauh di atas saya. Kegiatannya yang bejibun membuatnya bisa bertemu dengan banyak orang dengan lintas profesi. Memang pengalaman adalah guru terbaik, itu yang bisa saya lihat dan ambil dari ceritanya.

Kami bercerita banyak hal. Ada beberapa kesamaan dari kami yang membuat kami semakin akrab. Ternyata, motivator menulisnya sama, yaitu Prof. Ngainun Naim. Sedangkan putri pertamanya sedang berada dipondok, sama seperti kisahku. Dari sini cerita kami semakin seru. Saya sangat kagum dengan kegigihan dan perjuangannya untuk maju. Keadaan yang sudah dibilang bagus dari segi finansial, serta merta ditinggalkannya demi mementingkan kebermanfaatan untuk sesama. Dan ternyata Alloh memberikan rizqi dari tempat yang tak di sangka, saat ada hambaNya yang berjuang di jalanNya. Prinsip ini didapatkan saat beliau menjadi salah satu korban selamat pada sebuah kecelakaan tunggal beberapa waktu yang lalu. Sejak saat itu, beliau bertekad untuk memanfaatkan sisa waktu yang dipunyai untuk menghambakan diri kepada Sang pencipta, menebar manfaat bagi sesamanya. Subhanalloh, Alloh punya caraNya sendiri untuk merangkul hamba yang dikasihiNya agar lebih dekat denganNya. Saya sangat memahami prinsipnya, karena sebaik-baik manusia adalah yang bisa bermanfaat bagi manusia lainnya.

Tak terasa kebersamaan kami sudah hampir 180 menit. Dan sayapun harus pamit karena di sana memang sedang berlangsung kegiatan. Rasanya tak nyaman kalau harus mengganggu waktunya. Banyak cerita dan hikmah yang bisa saya bawa pulang. Terima kasih atas waktu dan kisah inspiratifnya. Barokallohu fiik.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post