Umi Maghfiroh

Penulis adalah seorang guru bahasa Inggris dengan 2 putri. Lahir di Tulungagung, 15 April 1978. Mengajar sejak tahun 2003 di MTsN 6 Tulungagung. Pendidikan tera...

Selengkapnya
Navigasi Web
Maaf?

Maaf?

Oleh : Umi Maghfiroh

Paginitu disebuah jalan satu arah, beberapa polisi srdang melakykan patroli untuk menjaga ketertiban lalu lintas. Yang pasti semua demi kebaikan bersama ditebfah kondisi yang belym sepenuhnya pulih.

Dari kejauhan tampak dua pemuda berboncengan sepeda motor. Jelas sekali dua pemuda tersebut menarik perhatian para polisi yang sedang berpatroli. Tentu saja para petugas memberhentikan mereka. Setealah keduanya berhenti, salah seorang dari mereka menyapa dengan sopan.

"Selamat Pagi" sapa Pak polisi

"Pagi, Pak" si pemuda yang di depan menjawab salam patugas tersebut.

"Maaf, mengapa spion motornya dilepas, ini?"

"Barusan dibenerin, Pak. Lupa memasang kembali" si pemuda menjawab dengan alasan yang dibuat.

"Anda tahu, kesalahan anda kali ini, tolong bisa lihat STNKnya?" kata petugas lagi.

"Maaf, Pak, saya tidak bawa STNK, ketinggalan di kosan" si pemuda beralasan lagi

"Kalau gitu, SIM nya, saja"

"Aduh, maaf, juga, Pak. SIM juga ketinggalan" jawab pemuda aneh itu

"Kalau begitu, anda saya tilang dan motor saya bawa sebagai barang bukti pelanggaran" kata Pak polisi mulai kesal dengan tingkah si pemuda dan mulai membuat surat Tilang (bukti pelanggaran)

"Eh, ndak bisa begitu dong, Pak. Kalau motor ini dibawa saya bekerja naik apa?" si pemuda protes.

"Itu bukan masalah saya. Anda telah dengan jelas melanggar banyak hal. Motor tanpa spion, mrlanggar jalan satu arah, tidak memakai helm, tidak membawa STNK, tidak bisa menunjukkan SIM, masih juga protes saat ditilang." petugas mulai meninggikan suaranya juga dan benerapa rekannya mendatanginya.

"Saya, kan sudah bilang, maaf, saya tadi terburu-buru mau berangkat kerja" si pemuda madih menolak untuk ditilang.

"Tugas kami, menertibkan semua pengguna jalan sesuai aturan yang berlaku, dan anda melanggarnya, berarti kami berhak menilang anda" kata petugas yang lain.

"Kan seharusnya ada peringatan, dulu, Pak" si pemuda tetap ngeyel dan menolak ditilang.

"Aturan sudah kami berikan saat anda mencari SIM. Ada prosedur bagi pemilik kendaraan dan ketentuan saat berkendara, anda sudah membacanya apa belum?" bapak petugas memberikan pencerahan.

"Kalau gitu, saya mau telpon kakak saya yang polisi, juga" kata si pemuda mengancam petugas

"Oh, silahkan, mau telpon Kapolri, Menteri, atau sekalian Bapak Presiden, silahkan, katakan, ini nama saya, jabatan Kapolsek" kata petugas sambil menunjukkan nama dadanya.

Si pemuda terdiam. Dia tidak jadi menelepon seperti ucapannya yang lalu. Mungkin dia berfikir, bagaimanapun kesalahan ada padanya.

Akhirnya petugas membawa motor pemuda tadi, meskipun sempat dihalang-halangi olehnya. Namun motor tersebut tetap diangkut dengan mobil patroli.

########

Cerita tersebut nyata adanya dan tayang dua hari lalu di AN TV.

Lantas, apakah semua permasalahan cukup diselesaikan dengan kata "maaf", dan adakah jaminan bahwa si pemuda tersebut tidak akan mengulanginya lagi. Yang pasti, kelakuan mereka membahayakan pengguna jalan yang lainnya juga si penuda itu sendiri.

Sudah rahasia umum, kalau negara kita memiliki tingkat kedisiplinan yang masih rendah. Padahal sudah jelas sekali, salah satu kunci dari kesuksesan adalah disiplin, dalam segala aspek kehidupan. Dan saya bukti dari ketidak disiplinan, akhirnya terjatuh untuk yang keempat kalinya, dan memutuskan untuk menyerah dalam Tagur, namun berusaha untuk tidak berhenti menulis. Semoga terjaga selalu moodnya, aamiin. Salam Literasi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ceritanya, Bunda. Salam literasi

05 Sep
Balas

Ayooo bund...tetap semangat

08 Sep
Balas

Ayooo bund...tetap semangat

09 Sep
Balas

Tetap semangat Bunda Umi Maghfiroh. Barakallahu fiikum.

06 Sep
Balas

Ulasannya mantap bunda. Sukses selalu

09 Sep
Balas

Kangen tulisan umi maghfiroh, salam sehat bunda ditunggu karya selanjutnya.

20 Nov
Balas



search

New Post