Oleh : Umi Maghfiroh

Untuk membiasakan subuah kebaikan, tentu saja tak cukup hanya dengan ucapan, setidaknya itu yang saya pedomani. Saya selalu berusaha untuk memberi contoh dan mengajak mereka untuk bersama-sama mengamalkannya.

Salah satu yang selama ini saya lakukan adalah mengajak Gibran, putra bungsuku yang saat ini masih TK B, untuk sholat berjamaah baik di musolla atau di rumah. Meskipun terkadang harus disertai drama untuk mengajaknya, namun aku paham benar bahwa mengajari anak perempuan berbeda dengan anak laki-laki. Kakaknya, Amy, dulu lebih mudah diajari dan diarahkan. tapi, saya ambil sisi positivenya. Saya yakin ini cara Alloh untuk memerintahkan belajar, belajar dari titipanNya, belajar seumur hidup.

Seperti sore itu, saat salat Ashar, aku membujuknya. Dia sedang melihat televisi, film kartun kesayangannya Sinbi is Home. Film kartun dari Korea yang banyak disukai anak-anak. Ceritanya tentang petualangan kakak beradik yang memiliki kekuatan indigo. Awalnya saya khawatir, namun setelah melihat alurnya yang lucu, saya ikutan lihat juga bersama kedua permata hatiku. Setelah selesai filmnya, ku ajak Gibran dan kakaknya untuk salat Ashar berjamaah di rumah. Seperti biasa, dengan berbagai alasan, dia ingin salat tanpa berwudlu terlebih dahulu, katanya dinginlah, takut basah bajunyalah tapi aku tetap saja membujuknya. Alhamdulillah, dia mau juga salat berjamaah dengan berwudlu dan memakai rok sarung juga kopyah.

Namanya juga anak-anak, begitu salam terakhir, dia langsung berlari ke belakang, entahlah kenapa, mungkin mau melanjutkan melihat film kartun tadi. Kami lanjutkan berdoa. tiba-tiba dia datang lagi.

"Gib, tadi Mamah dan kakak, sudah berdoa. Sekarang Gibran berdoa sendiri" kataku sambil menahannya agar duduk di sampingku.

"Berdoa gimana, Mah, Gibran ndak bisa berdoa kayak Mamah" katanya

"Berdoa apa saja, yang penting Gibran berdoa, meminta sama Alloh" saya ingin membiasakan Gibran untuk selalu berdoa setelah salat sebagai wujud betapa bergantungnya kita kepada-Nya.

Dengan tangan diangkat ke atas, Gubran mulai berdoa.

"Yaa Alloh, berikan kesehatan kepada Ayah, Mamah, Kakak, Gibran, Cika, Kak Icha, Kak Zila. Ya Alloh berikan mobil bagus untuk Gibran. belikan mobil Pajero Sport warna hitam, Gibran suka mobil Pajero Sport, aamiin. Sudah, Mah, Gibran sudah berdoa" katanya dengan wajah tanpa ekspresi. Tentu saja Kakaknya tertawa terbahak-bahak mendengar doa Gibran. Nama-nama yang disebutkan Gibran adalah teman main dan keponakanku yang selalu dicari saat ke rumah Eyang.

"Aamiin. Semoga Alloh mendengar dan mengabulkan doa Gibran" kataku dengan menahan senyum. Dia langsung mencium tanganku dan Kakaknya, kebiasaan kami setelah salat berjamaah. Putra kecilku ini selalu punya cerita yang unik. Shaleh, ya, Le. . .