REFLEKSI MODUL 2.3 COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK
JURNAL REFLEKSI
MODUL 2.3 COACHING UNTUKSUPERVISI AKADEMIK
NAMA
: UMI NASIKAH, S.PdSD
ANGKATAN
: 7 KABUPATEN TULUNGAGUNG
KELAS LMS
: 218
UNIT KERJA
: SDN PODOREJO 02
Refleksi minggu ini saya akan menuliskan apa yang telah saya lakukan dan saya alami selama satu minggu , apa yang menarik buat saya kemudian rencana selanjutnya yang akan saya lakukan dalam minggu selanjutnya jurnal refleksi minggu ini saya menggunakan model I yaitu 4F (Facts, Feelings, Findings, Future) atau 4P yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway.
Peristiwa
Alhamdulillah minggu ini masih diberikan kesehatan sehingga masih bisa mengikuti pendidikan Guru penggerak.Hari Senin 6 Maret 2023 adalah kegiatan Elaborasi modul 2.2 Pembelajaran Sosian Emosional. Alur pembelajaran pada modul 2.3 dimulai pada Rabu, 9 Maret 2023. Lokakarya 3 dilaksanakan di SMA N 1 Ngunut dengan moderasi Praktek pembelajaran berdiferensiasi, praktek mindfulness, praktek pembelajaran social emosional dan rencana pengimbasan social emosional. Lokakarya calon guru penggerak angkatan 7 Kabupaten Tulungagung dilaksanakan pada hari minggu tanggal 12 Maret 2023. Diskusi Eksplorasi konsep dilaksanakan pada tanggal 13 dan 14 maret 2023. Alur ruang kolaborasi dilaksanakan pada hari Kamis dan Jumat tanggal 16 dan 17 Maret 2023.
Perasaan
Yang salah rasakan ketika saya mempelajari modul 2.3 ini adalah pada saat saya mempelajari eksplorasi konsep di pikiran saya adalah materi yang begitu banyak membuat saya sulit untuk langsung memahami modul ini namun setelah melalui fase eksplorasi konsep dan saya membuat rangkuman sendiri yang saya gunakan sebagai bekal saya untuk melanjutkan ke fase berikutnya maka saya lebih memahami modul ini dan saya semakin tercerahkan pengetahuan saya ketika saya memasuki fase atau alur diskusi kolaborasi, di ruang kolaborasi. Sehingga saya bisa mengimplementasikan pemahaman saya tentang konsep Coaching pada Supervisi akademik dengan alur percakapan TIRTA sehingga dapat saya implementasikan ketika saya mengerjakan tugas Demontrasi Kontekstual dan Koneksi antar Materi.
Pembelajaran
Pentingnya calon guru penggerak memahami mengenai coaching dan konsep coaching adalah untuk menyiapkan diri guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran dan juga menyiapkan guru penggerak untuk menjadi seorang kepala sekolah yang tidak lepas dari tugas supervisi akademik Hal ini dilakukan untuk memenuhi standar proses pada standar nasional pendidikan pada pasal 12. Pendekatan dan paradigma berpikir memberdayakan harus diperlukan agar pengembangan diri dapat berjalan secara berkelanjutan dan berarah salah satunya adalah pendekatan pemberdayaan menggunakan coaching. Konsep coaching secara umum adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi berorientasi pada hasil dan sistematis di mana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja pengalaman hidup pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi dari coache.
Bentuk pengembangan diri lain selain coaching adalah mentoring konseling fasilitasi dan training.
Mentoring, mentoring adalah suatu proses di mana seseorang menggunakan pengalamannya untuk membantu orang lain dalam mengatasi kesulitan, mentoring memindahkan pengetahuannya dan mendorong mente untuk membuat perubahan.
Konseling, konseling adalah hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri memecahkan masalah dan pengambilan keputusan dan berkaitan dengan masalah emosi serta penyembuhan-penyembuhan di masa lalu untuk merubah sikap dan tingkah lakunya, jadi konseling diawali dengan sebuah masalah yang dialami oleh seorang clien.
Fasilitasi adalah proses seseorang untuk membantu sekelompok orang dalam memperbaiki cara-cara dan menyelesaikan berbagai masalah serta membuat keputusan agar bisa meningkatkan efektivitas kelompok itu
Training, training adalah sebuah usaha terencana yang dilakukan oleh seorang trainer untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan orang-orang yang dilatihnya.
Coaching dalam konteks pendidikan, menurut Ki Hajar Dewantoro tujuan pendidikan adalah menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Oleh sebab itu keterampilan coaching perlu dimiliki oleh para pendidik untuk menuntun segala kodrat tersebut agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Sistem atau cara coaching dapat disebut sebagai paradigma berpikir among yaitu coach dan coachee adalah mitra belajar yang memberikan perspektif keselarasan dan berinteraksi serta berdialog secara apresiatif sebagai mitra agar dapat membuka ruang emansipatif bagi coach dan coachee untuk merefleksikan kebebasan mereka melalui kesepakatan dan hal-hal yang mengikat mereka. Proses coaching adalah proses latihan menguatkan Tut Wuri Handayani bagi pendidik yaitu mengikuti atau mendampingi mendorong kekuatan secara holistik berdasarkan kasih sayang antara coach dan coachee di mana coach adalah seseorang manusia yang memiliki kebebasan untuk mendapatkan cinta kasih pada setiap dialog yang terjadi proses coaching juga merupakan sebuah kotak perjumpaan secara pribadi di mana tercipta kebebasan untuk bertanya secara reflektif dan menguatkan kekuatan diri coachee. Paradigma berpikir coaching. Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, Saat (coachee) menyampaikan situasi mengenai persoalan,maka kemudian rekan sejawat (coach) memfokuskan coachee kepada apa yang perlu dilakukan, apa yang perlu diketahui atau kuasai untuk dapat mencapai tujuannya. Bersikap terbuka dan ingin tahu. Ciri-ciri dari sikap terbuka dan ingin tahu ini adalah: berusaha untuk tidak menghakimi, melabel, berasumsi, atau menganalisis pemikiran orang lain, mampu menerima pemikiran orang lain dengan tenang, dan tidak menjadi emosional, tetap menunjukkan rasa ingin tahu (curiosity) yang besar terhadap apa yang membuat orang lain memiliki pemikiran tertentu. Cara-cara bertanya seperti di atas akan kita pelajari lagi di bagian Kompetensi Coaching dan Alur Percakapan Coaching TIRTA. Memiliki kesadaran diri yang kuat. Kesadaran diri yang kuat membantu kita untuk bisa menangkap adanya perubahan yang terjadi selama pembicaraan dengan rekan sejawat. Kita perlu mampu menangkap adanya emosi/energi yang timbul dan mempengaruhi percakapan, baik dari dalam diri sendiri maupun dari rekan kita. Mampu melihat peluang baru dan masa depan. Kita harus mampu melihat peluang perkembangan yang ada dan juga bisa membawa rekan kita melihat masa depan. Coaching mendorong seseorang untuk fokus pada masa depan, karena apapun situasinya saat ini, yang masih bisa diubah adalah masa depan. Coaching juga mendorong seseorang untuk fokus pada solusi, bukan pada masalah, karena pada saat kita berfokus pada solusi, kita menjadi lebih bersemangat dibandingkan jika kita berfokus pada masalah. Berikutnya adalah prinsip Coaching ada 4 yaitu: Kemitraan , Prinsip coaching yang pertama adalah kemitraan. Dalam coaching, posisi coach terhadap coachee-nya adalah mitra. Itu berarti setara, tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah. Proses kreatif, Coaching adalah proses mengantarkan seseorang dari situasi dia saat ini ke situasi ideal yang diinginkan di masa depan. Hal ini tergambar dalam prinsip coaching yang kedua, yaitu proses kreatif. Proses kreatif ini dilakukan melalui percakapan, yang: dua arah , memicu proses berpikir coachee, memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru. Memaksimalkan potensi . Untuk memaksimalkan potensi dan memberdayakan rekan sejawat, percakapan perlu diakhiri dengan suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang dikembangkan, yang paling mungkin dilakukan dan paling besar kemungkinan berhasilnya. Selain itu juga, percakapan ditutup dengan kesimpulan yang dinyatakan oleh rekan yang sedang dikembangkan. Prinsip dan Paradigma Berpikir Coaching dalam Supervisi Akademik, Supervisi akademik untuk mengembangkan kompetensi mengajar guru yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses belajar di kelas. Supervisi akademik memiliki tujuan untuk mengevaluasi kompetensi mengajar guru dan proses belajar di kelas, Memberdayakan guru melalui coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi, yang interaksinya bergantung kepada tujuan dan hasil yang diharapkan. Dengan coaching maka kita dapat memperbaiki dan mengantarkan orang lain kearah lebih baik dengan cara memberdayakan.
Kopetensi Coaching antara lain adalah Kehadiran Penuh/Presence adalah kemampuan untuk bisa hadir utuh bagi coachee, atau di dalam coaching disebut sebagai coaching presence sehingga badan, pikiran, hati selaras saat sedang melakukan percakapan coaching. Mendengarkan Aktif, mendengar aktif disebut juga menyimak, sehingga mampu memahami keseluruhan makna baik yang terucap maupun tidak terucapkan. Hal hal yang perlu dihindari saat mendengarkan aktif yaitu: Asumsi, adalah anggapan tertentu tentang sebuah situasi yang belum tentu keebnarannya, Melabeli/ judgement, yaitu memberi label pada seseorang dalam sebuah situasi tertentu, Asosiasi, mengkaitkan kejadian dengan yang pernah kita alami. Mengajukan Pertanyaan Berbobot, Ciri ciri pertanyaan berbobot antara lain: Hasil mendengarkan aktif: Menggunakan kata kunci yang didapat dari mendengarkan, Membantu coacheeuntuk membuat coachee mengingat, merenung, dan merangkai fakta sehingga dapat memahami apa yang terjadi pada dirinya. Bersifat terbuka dan eksploratif: Struktur kalimat terbuka, membuat coachee harus menjawab sambal berpikir. Diajukan di momen yang tepat: Tidak terburu-buru dalam mengajukan pertanyaan dan ditanyakan di waktu yang coachee sudah siap memprosesnya.
Kiat untuk membuat kalimat berbobot, merangkum pernyataan-pernyataan coachee dari hasil mendengarkan aktif, menggunakan kata: Apa, Bagaimana, Seberapa, Kapan dan Dimana, dalam bentuk pertanyaan terbuka, Menghindari penggunaan kata tanya “mengapa” - karena bisa terasa ada “judgement”. Ganti kata “mengapa” dengan “apa sebabnya” atau “apa yang membuat”. Mengajukan satu pertanyaan pada satu waktu, jangan memberondong. Mengizinkan ada “jeda” atau “keheningan” setelah coachee selesai bicara, tidak buru-buru bertanya. Juga izinkan ada keheningan saat coachee memproses pertanyaan, Menggunakan nada suara yang positif dan memberdayakan.
Mendengar dengan RASA, RASA merupakan akronim dari Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask yang akan dijelaskan sebagai berikut: R (Receive/Terima), yang berarti menerima/mendengarkan semAskua informasi yang disampaikan coachee, A (Appreciate/Apresiasi), yaitu memberikan apresiasi dengan merespon atau memberikan tanda bahwa kita mendengarkan coachee, S (Summarize/Merangkum), saat coachee selesai bercerita rangkum untuk memastikan pemahaman kita sama A (Ask/Tanya). Sama dengan apa yang sudah disampaikan sebelumnya terkait kiat mengajukan pertanyaan berbobot.
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan saat mengajukan pertanyaan: ajukan pertanyaan berdasarkan apa yang didengar dan hasil merangkum (summarizing), ajukan pertanyaan yang membuat pemahaman coachee lebih dalam tentang situasinya, pertanyaan harus merupakan hasil mendengarkan yang mengandung penggalian atas kata kunci atau emosi yang sudah dikonfirmasi, dalam format pertanyaan terbuka: menggunakan apa, bagaimana, seberapa, kapan, siapa atau di mana. Hindari menggunakan pertanyaan tertutup: “mengapa” atau “apakah” atau “sudahkah”.
Macam macam percakapan Coaching berbasis TIRTA, Percakapan untuk perencanaan mungkin terjadi sebelum coachee (teman sejawat) akan memulai/ terlibat dalam suatu kegiatan atau melakukan suatu tugas. Selain itu percakapan untuk perencanaan bisa dilakukan sebelum memulai pendampingan kepada rekan sejawat. Pendampingan bersifat suatu pengembangan jangka pendek. Tujuan dari percakapan ini adalah merencanakan apa yang ingin dikembangkan coachee. Percakapan untuk pemecahan masalah biasanya terjadi saat coachee menghadapi masalah, merasa buntu, merasa tidak jelas, merasa tidak berdaya, merasa tidak mampu, mengalami krisis, dan membutuhkan bantuan dari luar. Percakapan untuk berefleksi terjadi setelah ada aktivitas yang dilakukan oleh coachee atau setelah coachee menyelesaikan tugas, dan saat coachee sedang ingin merefleksikan diri. Percakapan untuk kalibrasi terjadi saat coachee ingin melakukan swanilai kinerja/perkembangannya terhadap suatu standar/kriteria dan saat perlu melakukan penyesuaian ulang atas rencana terhadap standar/kriteria tersebut. Umpan balik yang efektif haruslah bersifat netral sehingga tidak subjektif dan tanpa dasar (Costa dan Garmston, 2016). Umpan balik akan memiliki lebih besar kesempatan untuk diterima apabila berbasis data kuantitatif dari indikator pencapaian yang sebelumnya sudah disepakati. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat memberikan umpan balik dengan prinsip coaching: Tujuan pemberian umpan balik adalah untuk membantu pengembangan diri coachee, Tanpa umpan balik, orang tidak akan mudah untuk berubah, Sesuai prinsip coaching, pemberian umpan balik tetap menjaga prinsip kemitraan. Selalu mulai dengan memahami pandangan/pendapat coachee. Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching, Supervisi akademik adalah kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai, pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak pada anak, dalam supervisi akademik memiliki tujuan yaitu memberdayakan dan mengembangkan potensi diri dalam rangka meningkatkan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran. Supervisi akademik seringkali dilihat sebagai sebuah proses yang bersifat satu arah. Kualitas pengajaran atau akademi guru diharapkan meningkat melalui supervise akademik namun hal ini tidak seperti supervisi akademik yang berfokus pada peningkatan keterampilan dan pengetahuan semata diharapkan kualitas guru akan berkembang serta meningkatnya motivasi intrinsik atau komitmen diri dari para guru. Supervisi akademik dengan paradigma berpikir Coaching. Dua paradigma utama dalam menjalankan proses supervisi akademik yang memberdayakan yaitu paradigma pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap individu.
Tujuan supervisi akademik di sekolah antara lain : Pertumbuhan (yaitu sebagai bagian dari daur belajar bagi pengembangan performa sebagai seorang guru), Perkembangan (mendorong individu dalam mengidentifikasi dan merencanakan area pengembangan diri), Pengawasan sebagai sarana monitoring pencapaian tujuan pembelajaran. Melalui supervisi akademik potensi setiap guru dapat dioptimalisasi sesuai dengan kebutuhan yang nantinya dapat membantu para guru dalam proses peningkatan kompetensi dengan menetapkan kegiatan pembelajaran baru yang dimodifikasi dari kegiatan sebelumnya. Beberapa prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi: Kemitraan: proses kolaboratif antara supervisor dan guru, Konstruktif: bertujuan mengembangkan kompetensi individu, terencana, reflektif, objektif yaitu data/informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati, berkesinambungan, komprehensif yaitu mencakup tujuan dari proses supervisi akademik.
Salah satu bagian dalam tahapan pelaksanaan supervisi akademik adalah observasi pembelajaran di kelas atau yang biasanya kita sebut sebagai supervisi klinis. Istilah supervisi klinis ini diperkenalkan oleh Morris Cogan dari Harvard University. Dalam buku Supervision for a Better School, Lovell (1980) mendefinisikan supervisi klinis sebagai rangkaian kegiatan berpikir dan kegiatan praktik yang dirancang oleh guru dan supervisor dalam rangka meningkatkan performa pembelajaran guru di kelas dengan mengambil data dari peristiwa yang terjadi, menganalisis data yang didapat, merancang strategi untuk meningkatkan hasil belajar murid dengan terlebih dulu meningkatkan performa guru di kelas.
Sebuah kegiatan supervisi klinis bercirikan: Interaksi yang bersifat kemitraan, Sasaran supervisi berpusat pada strategi pembelajaran atau aspek pengajaran yang hendak dikembangkan oleh guru dan disepakati bersama antara guru dan supervisor, Siklus supervisi klinis: pra-observasi, observasi kelas, dan pasca-observasi, Instrumen observasi disesuaikan dengan kebutuhan, Objektivitas dalam data observasi, analisis dan umpan balik, Analisis dan interpretasi data observasi dilakukan bersama-sama melalui percakapan guru dan supervisor, Menghasilkan rencana perbaikan pengembangan diri, Merupakan kegiatan yang berkelanjutan.
Siklus dalam supervisi klinis pada umumnya meliputi 3 tahap yakni Pra-observasi (Pertemuan pra-observasi ini merupakan percakapan yang membangun hubungan antara guru dan supervisor sebagai mitra dalam pengembangan kompetensi diri Observasi (Aktivitas kunjungan kelas yang dilakukan oleh supervisor), Pasca-observasi.( Percakapan supervisor dan guru terkait hasil data observasi, menganalisis data, umpan balik dan rencana pengembangan kompetensi. Proses percakapan bersifat reflektif dan bertujuan perbaikan ke depan. Percakapan Pra-observasi. Tujuan percakapan dengan guru sebelum kegiatan observasi kelas diantaranya : Percakapan awal ini membangun kepercayaan dari guru kepada pimpinan sekolah sebagai supervisor yang profesional karena merencanakan kegiatan ini dengan baik. Percakapan awal memberikan perasaan tenang mengenai tujuan dari rangkaian supervise klinis. Supervisor menempatkan diri sebagai mitra atau rekan seperjalanan mereka dalam pengembangan diri. Kesepakatan yang dihasilkan pada tahap ini mengenai aspek-aspek pengembangan yang akan diobservasi memberikan rasa percaya diri dan motivasi internal karena guru merasakan keterlibatan aktif dalam proses dengan menggunakan percakapan coaching untuk perencanaan, supervisor dapat mencatat apa yang menjadi sasaran pengembangan guru dan menginformasikan kepada guru prosedur supervisi klinis ini. Supervisor menyampaikan tujuan besar supervisi dan tujuan dari percakapan awal. Guru menyampaikan rancangan pelaksanaan pembelajaran dan menginformasikan aspek perkembangan yang hendak diobservasi. Supervisor dan guru menyepakati sasaran observasi, waktu kunjungan kelas dan waktu percakapan pasca-observasi. Supervisor menginformasikan bahwa ia akan mencatat kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru di kelas. Percakapan pra-observasi baiknya berlangsung dengan suasana santai dan kekeluargaan dan dengan semangat positif. Observasi, kegiatan observasi adalah sebuah aktivitas pengamatan oleh supervisor pada saat guru melaksanakan pembelajaran di kelas dengan tujuan mengambil data atau informasi secara objektif mengenai aspek pengembangan yang sudah disepakati dengan menggunakan instrument yang telah ditentukan sebelumnya dan fokus pada sasaran yang sudah disepakati. Percakapan Pasca-observasi dalam proses percakapan pasca observasi guru secara bersamaan memahami tujuan percakapan dan saling percaya pada setiap tahapan yang berlangsung. Percakapan pasca observasi idealnya berisikan aktivitas diantaranya : Tujuan percakapan analisis data observasi, percakapan umpan balik, percakapan perencanaan area pengembangan, rencana aksi pengembangan diri. Dalam percakapan pasca observasi seorang supervisor dapat menggunakan model percakapan untuk merefleksi dan percakapan untuk kalibrasi dengan menggunakan data yang telah diambil pada saat kunjungan kelas sesuai dengan kesepakatan. Tindak lanjut Supervisi, tindak lanjut supervisi akademik dilaksanakan dengan prinsip berkesinambungan dan memberdayakan. Kegiatan tindak lanjut dapat berupa kegiatan langsung maupun kegiatan tidak langsung seperti percakapan coaching, kegiatan kelompok kerja guru di sekolah, fasilitasi dan diskusi, peserta kegiatan lainnya di mana para guru belajar dan memiliki ruang pengembangan diri melalui berbagai kegiatan yang dapat dilakukan secara berkala sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi. Seorang supervisor yang memiliki paradigma berfikir seorang coach akan senantiasa menjadi mitra pengembangan diri bagi para guru dan rekan sejawatnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berpihak pada murid. Sebuah supervisi akademik menjadi bagian dalam perjalanan seorang pendidik menuju tujuan pembelajaran yang berpihak pada murid dan membawa setiap murid mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Kepala Sekolah sebagai seorang Coach, Sebagai seorang kepala sekolah dan supervisor dapat mengalami sebuah dilema sebagai seorang evaluator atau penilai atau coach dalam menjalankan perannya. Carl Glickman (1985) dari Universitas Georgia menemukan jawaban dari dilema yang mungkin terjadi sebagai seorang coachee yaitu, adanya rasa percaya dalam hubungan supervisor dan guru serta dalam proses supervisi akademik tersebut, guru menyadari dan memahami peran yang sedang ditunjukkan oleh kepala sekolah, peran kepala sekolah tulus dan disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Supervisi akademik dengan paradigma berfikir coaching memberikan sebuah dimensi pertumbuhan dan pengembangan diri yang seringkali hilang dari sebuah rangkaian supervisi. Percakapan dalam coaching membantu para guru berpikir lebih dalam (metakognisi) dalam menggali potensi yang ada dalam diri dan komunitas sekolahnya sekaligus menghadirkan motivasi internal sebagai individu pembelajaran yang berkelanjutan yang akan diwujudkannya dalam buah pikir atau aksi nyata.
Penerapan ke depan ( Rencana)
Penerapan kedepan adalah saya akan memperdalam paradigma berpikir coaching dengan percakapan alur TIRTA sehingga dapat membantu teman sejawat untuk memberdayakan diri. Dan juga percakapan alur TIRTA dapat dipergunakan untuk memberdayakan siswa saya agar mampu merefleksi hasil belajar dan membantu mereka mencapai kesejahteraan lahir dan batin serta berbudi pekerti sebagaimana tujuan pendidikan yang ingin dicapai dalam filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yaitu pembelajaran yang berpihak pada murid.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar