Umi Samsul Hidayati

Guru di MTsN 6 Jombang...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sepenggal Cerita Dalam Semangkuk Cumi-Cumi
http://goo.l/sq1iGt

Sepenggal Cerita Dalam Semangkuk Cumi-Cumi

Acara reuni di rumah teman sekolah SMA sudah selesai, dengan membawa kesan kebahagiaan. Bukan hanya keramahan tuan rumah yang membuat seluruh acara berjalan lancar, tetapi keinginan kuat seluruh teman beserta keluarga yang ikut pun turut menjadikan reuni kali ini begitu berbeda. Dan yang paling istimewa di acara reuni kali ini adalah bahwa saya mendapatkan tugas mendampingi ustadz dan keluarganya. Sengaja beliau diundang untuk berbagi ilmu dan memberikan pencerahan pada puncak acara di malam harinya.

Selanjutnya tugas saya adalah mengantarkan guru saya itu bersilaturahim dengan keluarga di kampung halaman beliau yang tidak jauh dari tempat terselenggaranya acara reuni. Alhamdulillah sekitar 8 kilometer bisa dijangkau hanya dalam beberapa menit saja. Saya memperhatikan pemandangan di sepanjang perjalanan menuju tempat kelahiran guru saya itu. Mendung manja bergelayut menjemput kami di kampung itu, di kampung Paloh, persis di tepian pantai utara laut Jawa, yang dikenal dengan Pantura. Terlihat berpuluh kapal penangkap ikan yang tertambat di bibir pantai yang sudah direklamasi. Rumah yang saya singgahi pun tepat menghadap ke laut. Saya mengikuti kemanapun guru saya menunjuk, kesebuah rumah, saya pun mengucapkan salam, disilakan masuk dan duduk bersama di ruang tamu. Tak berapa lama dirumah itu kami disambut hujan rintik. Selanjutnya guru saya bercerita panjang lebar mengenai kampung di tepian laut ini, mulai kebiasaan warganya, cara hidupnya, tantangan alamnya, serta sekelumit riwayat beliau belajar dan beraktifitas sampai sekarang.

Sambil menikmati suguhan tuan rumah, guru saya tiba-tiba bertanya dalam bahasa Jawa yang medhok: ”Sampeyan lek masak iwak dikapakno, dimasak opo?”. (Kamu kalau masak ikan diapakan, dimasak apa?). Mendengar pertanyaan itu saya tertegun dan berusaha mencairkan kekagetan saya dengan senyum dan sedikit tertawa tapi panjaaang. Saya speechless. Duduk didekat saya ada suàmi dan anak bungsu. Aduuuh malunya.. Maaf, untuk urusan dapur saya mengaku bukan orang yang pintar, apalagi ditanya macàm-macam masakan, ampuuuuun.. Pertanyaan dilanjutkan, “ Lah nek nggoreng kerupuk, iso?” (Kalau menggoreng kerupuk, bisa, kan?). Ini.. ada lagi pertanyaan. Spontan saja saya menjawab sekenanya, “Nggih. Saget.” (Iya, bisa), sambil memejamkan mata sekali lagi menahan malu, karena menurut saya menggoreng kerupuk yang rasanya bisa mak nyus juga tidak mudah. Karuan saja guru saya itu menyimpulkan bahwa saya tak bisa diandalkan kalau nanti diberi oleh-oleh dalam bentuk mentahan. Dan tak menunggu waktu lama beliau meminta anggota keluarganya untuk memasakkan ikan laut hasil tangkapan hari ini. Waah. Ada rezeki untuk saya nampaknya hari ini, cumi-cumi. Ya, cumi-cumi diolah dengan bumbu alami, masakan khas kota Lamongan, lumayan banyak juga untuk ukuran keluarga saya yang terdiri dari lima orang. Tidak lupa guru saya berpesan setiba di rumah supaya masakan itu dibuka agar tidak berkeringat, beliau juga memberi saran kalau tidak habis malam ini bisa dihangatkan suam-suam saja, dengan api kecil sekitar sepuluh menit, cukup. Cumi-cumi yang dimasak terlalu panas apalagi dalam waktu yang lama akan membuat cumi-cumi terasa kenyal seperti karet pentil, dan hilang rasa gurihnya.

Mendengar penjelasan guru saya itu, saya serasa mendapat ilmu, dan karuan saja esok harinya saya beritahukan kepada tetangga yang biasanya berbagi kesibukan memasak di rumah saya untuk memperlakukan cumi-cumi seperti yang disarankan oleh guru saya semalam. Dan ternyata benar, cumi-cumi yang dimasak dan dihangatkan dengan api kecil itu masih tetap lezat untuk dinikmati.

Nah, itulah pembaca yang budiman, sepenggal cerita saya tentang cumi-cumi berkah silaturahim ke kampung halaman guru saya di daerah Pantura.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih sdh berbagi pemgalaman Bu Umi. Tulisannya semakin indah, enak dibaca. Semakin ingin belajar banyak dari Bu Umi. Sukses trs bu. Salam literasi

26 Dec
Balas

Terimakasih bu Sus sudah mengikuti tulisan saya, juga komentar yang menggungah semangat menulis lagi. Boleh dicoba memasak cumi-cuminya. Salam literasi juga..

27 Dec

Cumi-cumi kaya nutrisi, rendah kalori, sumber protein yang bagus, tidak mengandung karbohidrat, mengandung vitamin B6 dan B12, kaya selenium dan vitamin E, tidak mengandung kolesterol. Ngulik sedikit dari https://www.google.com/search?safe=strict&ei=-CMjXKfiItib1fAPuoGxwAg&q=manfaat+cumi+cumi&oq=manfaat+cumi&gs_l=psy-ab.1.0.0l10.5026.5917..10455...0.0..0.178.417.3j1......0....1..gws-wiz.......0i71j0i131j0i10.mLgnjm_MZBs

26 Dec
Balas

Supet sekali bu umi ....

26 Dec

Terimakasih pak Faruq Alfero sudah berkenan singgah ke kolom ini dàn memberi komentar. Mungkin yaang dimaksud 'Super' ya pak Faruq.. Mohon saran dan kritik untuk perbaikan penulisan saya.. Salam literasi.

26 Dec



search

New Post