Umi Satiti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
I’m Teacher and Very Happy  “Sejak Kapan Guru Honor Bahagia?”

I’m Teacher and Very Happy “Sejak Kapan Guru Honor Bahagia?”

Aku guru honor, gajiku jauh dari UMR dan aku “sangat bahagia.” Banyak teman yang mengatakan itu mustahil namun begitulah kenyataannya. Aku sama sepertimu kawan, namun inilah realita. Banyak teman yang menyarankan agar aku mundur dan mengembangkan bisnis bimbingan belajar yang sempat aku kembangkan.

Beberapa hari lalu banyak aku baca tulisan teman-teman gurusiana tentang fenomena guru honor. Fenomena cukup menarik, terlebih setelah adanya aksi guru honor di Jakarta. Cukup menambah miris rupanya, meski bukan hal baru lagi namun fenomena kesejahteraan guru honor masih hangat manis untuk diperbincangkan.

I’m teacher and very happy.

Semua itu bukan serta merta terjadi tanpa angin tanpa badai. Bahkan kenyataan yang serasa tsunami meluluh lantakkan hidupku. Aku menjadi korban di dunia yang ingin aku selamatkan.

Aku pernah mendedikasikan hidupku disebuah sekolah swasta disemester kesembilan saat aku menyelesaikan kuliah strata satu. Aku pikir akan menjadi solusi untuk masa depan karir saat itu begitu sulit mencari lapangan kerja. Diterima disebuah sekolah saat belum lulus kuliah aku pikir anugrah.

Seminggu tiga kali aku datang ke sekolah mendampingi guru kelas satu. Jam sepuluh pagi sudah selesai mengajar. Saat tidak ada tugas lain atau tidak ada kesibukan lain di sekolah, di tiga bulan pertama aku sering izin karena jadwal bimbingan skripsi. Tiga hari sisanya aku gunakan untuk penelitian di SD Negeri tempat aku menyelesaikan pendidikan dasar.

Dibulan keempat aku menekuni karir di sekolah luar biasa rasanya sungguh nano-nano. Lantas aku selesai dengan skripsiku dibulan yang sama. Tahulah bagaimana mengajar di SLB, yang kata orang harus sabar, sabar dan sabar. Sebegitu beratkah profesi guru SLB? Kita mau bicara honor ya? Honornya tidak berat teman, ringan. Aku akan sedikit lebih tersenyum bila mendapat honor tambahan. Cukup untuk ongkos pulang pergi ke sekolah dan sebotol air mineral untuk teman jalan kaki tujuh menit dari pinggir jalan ke sekolah.

Semester kesembilan cukup menguras tabunganku. Sore hingga malam aku harus mengisi les untuk menopang biaya kuliah. Namun serasa itu tidak cukup juga. Maka aku menerima tawaran dari sekolah negeri tempat aku melakukan penelitian tentang anak-anak berkesulitan belajar. Seminggu masuk tiga kali. Cukup menjadi angin segar, sebab dengan waktu masuk yang sama aku mendapat honor tiga kali lipat dari sekolah yang satunya. Bukan bermaksud membandingkan, kita sama-sama tahu rahasia honor guru honorer.

Semester kedua aku mengajar di sekolah luar biasa. Rasanya sungguh ingin berhenti saja. “Nasib guru gini amat ya?” Terlebih dikelilingi guru PNS dengan tunjangan sertifikasi yang berlimpah. Iri? Kadang memang begitu. Bahkan setengah hari lebih aku habiskan di sekolah aku justru mendapat penghasilan lebih besar lagi dari bimbingan belajar yang aku buka. Aku tidak hanya membuka kelas privat, namun juga mulai kelas klasikal. Karena terlalu banyak murid, sampai menghadirkan beberapa teman menjadi guru.

Genap satu tahun aku mengajar di SLB. Sebuah pilihan dari pimpinan yang membuatku mulai resah ditahun ajaran baru. Aku harus masuk lima hari di SLB. Senin hingga Jum’at. Tamat sudah riwayatku. Jika penuh mengajar di SLB bagaimana dengan sekolah negeri yang aku masuk tiga kali seminggu. Sempat kaget juga saat tahu itu pilihan mutlak. Jika aku tetap ingin di SLB aku harus meninggalkan sekolah negeri. Jika bertahan di sekolah negeri, aku harus segera berkemas untuk angkat kaki. Secara kelulusan, aku jurusan pendidikan luar biasa. Cocok kalau di SLB dan aku tidak linier di SD. Tetapi saat ini sekolah SD negeri sedang mengajukan inklusi itu artinya aku juga punya harapan.

Aku tanyakan pada beberapa teman guru yang sudah mengambil lima hari di SLB ternyata setelah aku hitung. “Aku kerja apa dikerjain?”

***

Apa yang membuatku bertahan selama satu tahun di SLB?

Karena aku yakin, kelancaran hidupku selama itu dipermudah. Meski berulang kali mengalami masa sulit namun berulang kali mendapat kemudahan yang tidak terduga. Bapakku bilang itu karena kamu tulus di SLB. Kalau tidak tulus disana mungkin sudah keluar karena dikerjain dengan honor.

Seperti nasehat bapak dan ibu guru tempat aku menyelesaikan pendidikan dasar enam tahun yang selalu menguatkan. Mereka selalu bilang meski honor tidak lebih tinggi aku harus tetap disana. Meski harus tersiksa setiap kali ada orang yang menanyakan honor, aku harus tersenyum. Sejak bimbel mulai berjalan stabil dan aku sudah resmi menjadi sarjana, sejak itu aku merasa tidak bekerja di SLB.

Aku tidak bekerja, itu artinya aku tidak menuntut gaji. Sejak saat itu aku lebih menikmati hari-hari di SLB. Aku mulai niatkan seperti aku pertama kali menjadi relawan di lembaga amil zakat untuk mendampingi anak-anak SD belajar. Ya, aku niatkan aku menjadi relawan meski harus memenuhi tugas-tugas admnistrasi guru. Meski harus professional mengajar anak-anak di SLB bersama mereka yang katanya guru PNS dengan kesenjangan luar biasa. Bahkan aku tidak pernah menanti tanggal muda. Ketika ada rezeki aku terima dan bersyukur, itu lebih melapangkan saat bekerja.

Boleh saja menjadi guru honorer seperti itu, ikhlaskan saja, namun harus punya usaha lain sebagai pintu rezeki agar kebutuhan hidup tetap terpenuhi. Harus bekerja lebih ekstra memang.

***

Tentang pilihan awal tahun ajaran yang membuat galau. Antara tetap di SLB atau berkemas dari sana. Aku memilih berkemas. Pada akhirnya aku memang hanya bertahan satu tahun disana. Saat aku putuskan mundur, banyak orang menyayangkan pilihanku, termasuk teman-teman guru dan pimpinan sekolah. Aku meninggalkan masa depan menjadi guru yang linier di SLB. Aku menutup hari disana dengan banyak ungkapan “penyayangan.” Pimpinan pun tidak mengira aku akan mengambil keputusan nekat itu.

Beberapa hari setelah aku mundur dari SLB, aku menerima panggilan untuk prakondisi pemberangkatan SM-3T (Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal). Itu artinya aku telah melewati rangkaian tes, administrasi, tes tulis online serta tes wawancara dan kesehatan. SM-3T, sama-sama pengabdian dan menjadi relawan pendidikan. Aku akan dikirim ke daerah yang lebih membutuhkan.

Nilai ketika kita menjadi guru bukanlah nominal berapa rupiah yang kita terima. Namun ini tentang dengan siapa engkau berniaga. Ditahun pertama menjadi guru di sekolah aku merasa beruntung karena Allah membuka hatiku. Bahwa aku berniaga dengan-Nya.

Aku pun pamit dari sekolah negeri. Pamit pada murid-murid bimbingan belajarku. Aku menutup usaha bimbingan belajar yang sedang Berjaya dengan rupiah yang melimpah. Aku menukarnya dengan berangkat SM-3T. Berbakti kepada negeriku, mendedikasikan hidupku untuk pendidikan, dan berusaha ikhlas berniaga dengan-Nya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Subhanallah. Sepenunhya saya yakin teman-teman guru honorer ikhlas dalam menjalankan tugasnya. Jika manusia tak mampu membayarkan keikhlasan itu, biarlah Allah yang membayarnya dengan keberkahan yang melimpah ruah. Betul, bu guru....kebahagiaan tidak terletak pada angka-angka tetapi pada keberkahan hidup yang senantiasa menyertai. Dan itu kita dapatkan dari tiap rasa iklhlas yang kita titipkan dalam jerih payah kita. Salam sehat dan sukses selalu untuk ibu. Barakalla, bu guru.

05 Nov
Balas

Iya bu raihana... terimakasih

06 Nov

Rasa yang sama dengan ibu...semoga kita selalu dilimpahi keberkahan....

06 Nov
Balas

Iya bu... banyak temannya....

06 Nov

Tetap semangat ibu,...

06 Nov
Balas

Semangat selalu

06 Nov



search

New Post