Aku kembali dalam barisan aksara. Aku kembali setelah berbulan-bulan merangkai kecewa, luka dan rasa sakit pengiringya. Tiga bulan lebih aku tinggalkakn halaman ini, bukan untuk pergi. Aku hanya sedang mengobati luka-luka untuk tetap “waras” disini.

Aku telah menyelesaikan entah berapa bait aksara ungkapan kecewa. Entah sudah berapa bait ungkapan luka dan penggenap rasa sakitnya. Aku menyelesaikannya. Mencoba ikhlas untuk setiap tetes air matanya.

Kini aku lebih baik. Aku siap untuk kembali disini dan berbagi kisah disini. Setidaknya ruang ini yang akan menjagaku untuk tetap menulis dalam kewarasan.

Tentang sebuah kerelaan. Bahwa berbulan-bulan aku belajar untuk menyembuhkan luka. Bahkan hingga hari ini belum sembuh benar. Aku hanya lebih baik dari sebelumnya. Mencoba tetap waras ditengah kerumitan dan hilir mudik kecewa yang sempat menyulut amarah.

Ingatlah, seorang guru juga manusia. Dirinya bisa terluka oleh hal-hal sepele terutama yang bersinggungan dengan rasa. Dia hanya terlalu sensitif dengan lingkungannya. Hatinya yang terlalu peka hingga mudah sekali merasa.

Maaf bila terlalu lama aku tidak menyapa atau sekedar mengintip tulisan-tulisan emasmu.

Bila kamu dalam posisi seperti diriku, mari kita bebaskan saja luka-luka yang pernah ada. Karena terlalu lama kecewa hanya membuat diri merasa semakin lelah. Mengikhlaskannya itu lebih baik. Lantas tetap mmenjalani hidup dengan terus mencipta karya terbaik. Hingga lupa ternah ada luka hebat yang sempat singgah.

Terus berkarya walau pernah terluka.

Terus berharap walau pernah kecewa.

Ingatlah doa-doa akan menemukan jawabannya.

Diary Guru

Karanganyar, 25 April 2019