Umi Zahroh

Lahir di Magelang pada tanggal 15 Desember 1975. Pernah mengajar sebagai guru wiyata bakti di sebuah MTs swasta. Sekarang dia bekerja di MTs Negeri 3 Magelang....

Selengkapnya
Navigasi Web

BERITA BAIK (2)

Sore itu cerah. Langit masih biru. Sekelompok burung kecil terbang dari utara dan bertengger di dahan pohon sengon yang tinggi. Kicauannya terdengar sebagai nyanyian indah sebelum petang menjelang. Azan Asar telah berkumandang sejak setengah jam yang lalu, namun puji-pujian yang dilantunkan melalui pengeras suara di beberapa musala masih terdengar.

Amar mengobrol dengan Akib dan Daryono di teras depan. Mereka merokok sambil minum kopi. Rokok dan kopi merupakan pasangan yang tak terpisahkan bagi mereka. Asap rokok meliuk-liuk di udara. Sedapnya aroma kopi menambah nikmatnya rasa yang dikecap lidah mereka. Dan yang terpenting yaitu kepuasan batin mereka ketika menikmati keduanya.

“Sudah berapa kali Widi menang?” tanya Akib sambil menjentikkan abu rokok di atas asbak. Ia yang paling muda di antara ketiga orang itu. Usianya masih dua puluh lima dan belum menikah. Tubuh tinggi, atletis, dan wajah yang cukup tampan tentu akan memudahkannya mendapatkan jodoh. Tentu saja kalau ukurannya fisik semata. Urusan jodoh baginya sudah ada yang mengatur.

“Beberapa kali. Pertama, dia menang 200 dolar. Setelah itu, kadang 300, 190, 100, bahkan pernah 500,” jawab Amar. Ia mengisap rokok dan mengepulkan asapnya melalui celah bibirnya yang menghitam. Liukan asap mengelilingi kepala dan menyisip di antara rambutnya yang ikal sebahu.

“Wah, lumayan. Tabungannya pasti banyak sekarang. Aku pengin belajar nggambar seperti dia biar punya uang banyak.” Akib sangat bersemangat. Kalau ini menjadi salah satu jalan rizkinya, apa salahnya dicoba? Begitu menurutnya.

“Gampang atau susah ya belajar CorelDraw?” Daryono menimpali. Ia sedang berusaha mendapatkan pekerjaan baru. Sebelumnya ia bekerja sebagai sopir pribadi seorang pengusaha di kota. Ia berhenti dari pekerjaannya karena si bos meninggal dan pihak keluarga tidak memerlukannya lagi. Usianya tiga puluh lima. Ia hidup berdua dengan Anik, istrinya. Meskipun telah berumah tangga selama dua belas tahun, mereka belum dikaruniai anak.

“Menurutku gampang kok. Coba nanti kalau dia sudah datang, tanya saja sama dia.” jawab Amar. “Aku sudah beberapa kali ke rumah Widi untuk belajar Corel. Pertama-tama melihat bagaimana dia kerja, lalu aku belajar mengoperasikannya.”

Amar memang sedang belajar membuat desain logo menggunakan program CorelDraw di rumah Widi di kota kecamatan. Ia bahkan sudah berencana membeli seperangkat komputer baru setelah beberapa bonsainya terjual. Rencana ini belum ia utarakan kepada istrinya.

Mereka bertiga bertetangga. Akib masih tinggal bersama orang tuanya. Rumahnya seratus meter dari rumah Amar dan harus menyeberang jalan raya. Ia memelihara beberapa burung berkicau dan burung hias. Beberapa di antaranya sudah memenangi lomba, bahkan ada yang langsung terjual dengan harga puluhan juta rupiah.

“Kib, minggu lalu kamu sudah dapat uang tujuh puluh juta dari burungmu. Masih kurang?” tanya Daryono yang akrab dipanggil Kang Dar.

“Aku mau cari tambahan. Kata ibu, aku harus segera cari calon istri.” Jawaban Akib sontak membuat Kang Dar dan Amar tertawa.

Belum reda tawa mereka, Widi datang dengan mobil barunya, sedan terkini berwarna silver metalik. Mobil itu dibeli dari hasil memenangkan kontes-kontes yang ia ikuti. Betapa banyak dolar yang telah ia hasilkan. Inilah yang membuat mereka bertekad untuk mengikuti jejak Widi.

Amar menyilakan Widi duduk lalu membuatkannya segelas kopi. Daryono memuji Widi tentang apa yang telah dicapainya. Percakapan berlanjut tentang topik terhangat. Bagaimana cara membuat desain logo menggunakan CorelDraw, cara masuk ke kontes desain logo dan memilih kontes. Tawa renyah dan kepulan asap rokok menghiasi sore itu. Begitu azan magrib, obrolan mereka berakhir. Daryono dan Akib segera pulang, Widi juga pamit. Tadi pagi ia pergi ke Wonosobo dan pulangnya sengaja mampir sebentar.

Langit cepat sekali menjadi gelap. Mega jingga di ufuk barat telah menghilang, tak menyisakan sedikit pun semburatnya. Pertanda matahari telah berpindah ke sisi lain muka bumi. Binatang nocturnal telah keluar dari peraduannya dan menagih takdir alam atas rizkinya hari ini.

-_-_-_-_-_-

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sejujurnya, hanya ada satu kata. KEREN. Detail ceritanya kaya.

03 Oct
Balas

Alhamdulillah. Terima kasih. Bu Isti sangat memotivasi saya.

05 Oct

Mulai seru, Bu. Ditunggu lanjutannya...

03 Oct
Balas

Hehehe... Masih tunda dulu Bu. Makasih ya.

03 Oct

Lanjut bu novelnya, biar saya ikutin terus. Baca sekali bikin penasaran

16 Oct
Balas

Hehehe, masih proses Bu

31 Oct

Ini bukan pentigraf Pak. Ini awal isi novel saya. Terima kasih telah berkunjung.

05 Oct
Balas

Keren bun...

03 Oct
Balas

Terima kasih Bu.

05 Oct

Keren, pilihan diksi bagus, tapi pas ditunggu di ujung tak berasa Twist ya, maaf ya

03 Oct
Balas

Ini bukan pentigraf Pak. Hehe

05 Oct



search

New Post