Ummujaihan

Menulis itu penyambung lidah, jembatan ide yang tak teruraikan dengan ucapan. Dengan menulis terpenuhilah kestabilan emosi. Marlianti, lebih dikenal deng...

Selengkapnya
Navigasi Web

Manage Money For Fun

Kokokan ayam menandakan suasana masih pagi. Mentari masih malu malu membelai makhluk dipermukaan bumi. Terdengar bunyi motor supra x 125d menghampiri rumah. Saya tetap menekuni kegiatan di dapur, berharap sarapan siap pada waktunya.

” ummi… ummi… islamologi sudah datang”

Teriak jaihan kegirangan menyambut tentengan yang dibawa sang Abi. Islamologi memang sudah satu minggu mereka tunggu kedatangannya. Sebuah alat bermain edukatif yang mendukung bertambahnya perbendaharaan ilmu Islam. Packingan yang senilai dua ratusan ribupun di buka.

Next project adalah menabung untuk cooking class di fizza hut. Bagi Jaihan yang sudah mahir langsung bisa daftar. Tidak dengan adiknya. Meski ia punya uang jajanan, begitu sulitnya ia kumpul.

” ga bisa ikut ya, kecuali bisa ngumpulkan uang separoh baru ummi bantu”

Terang saya.

Maka demi joint cooking class, Nada rela membawa bontot 10 hari dari rumah. Bahkan ia berencana kedepan akan tetap membawa bontot.

” ternyata masakan ummi lebih enak” gombalnya.

Anak dan penghasilan

Beranjak usia sekolah anak anak sudah saya percayakan ngelola uang sendiri. Wah…. emang banyak duit? Ya ga lah… mereka belajar ngelola uang dari jumlah yang sedikit agar besar nanti tidak boros dalam penggunaannya.

Jadi anak anak masih terlibat dalam piket yang diberi upah. Sebenarnya upahnya sangat sedikit dibandingkan menggaji orang. Hanya 5000 perak per minggu dengan kegiatan piket berberes, menyapu dan mengepel sebelum tidur. Oh ya, satu lagi melipat baju sendiri. Nah… beranjak lebih besar lagi sekarang mereka dapat beban baru mencuci piring dengan tambahan komisi 2000 perak per minggu.

Salary ini tepatnya adalah reward, begitu penekanannya. Sehingga ketika pekerjaannya kurang memuaskan atau mereka enggan maka rewardnya berkurang.

Uang diataslah yang perlu mereka kelola. Bila hari tiba, sang ummi memantau jumlahnya. Kadang jumlahnya utuh, kadang berkurang, dan ada bertambah jika ada om, tante atau nenek pernah kasih mereka hadiah.

Pembiasaan seperti ini sudah berlangsung satu tahunan. Mereka tampak tetap semangat dalam pengelolaan ini. Menabung, peminjaman dan pembelian merupakan pengelolaan yang baru mereka terapkan, kedepan saya berharap ada tambahan saku infaq dalam pengelolaan ini.

Apa saja sih yang membuat mereka senang dalam pengelolaan ini?

1. Memiliki hak independent

Layaknya kita, anak anak sangat senang jika diberikan kebebasan. Tentu saja kebebasan yang bersifat tidak permanen alias dalam pantauan. Diberi kepercayaan memegang uang membuat mereka lebih nyaman dalam penggunaannya.

2. Meraih impian

Sejak memegang uang, otomatis mereka memiliki impian. Hal ini yang menjadikan mereka termotivasi dalam pengelolaan sendiri. Pada awalnya mereka akan memiliki impian jangka pendek, lambat laun mereka juga akan memiliki impian jangka panjang.

Dari setahun yang lalu mereka sudah berani bermimpi. Terkadang membuat saya ketawa geli. Contohnya saja si kakak pengen ngumpulin uang buat hajikan umminya, buat sekolah, buat pemancar radio, produksi majalah. Wow… emang ngeyel dan keterlaluan rasanya tapi saya pikir ini malah bernilai positif untuk perkembangan emosionalnya. Tak kalah menarik sama adiknya, memang dia tak terlalu ambisi dalam mengumpulkan uang. Selain belum dewasa dia memang tipe agak boros. Namun Nada tetap punya impian. Kepengen punya ruko 3 tingkat. Lantai satu butik, lantai 2 salon, lantai 3 kampus tahsin. Ma syaa Allah… mudah mudahan ada yang jadi kenyataan ya nak.

Motivasi

Disini saya ingin mengajak para pembaca berfikir alangkah mengelola uang seperti ini memiliki nilai positif.

1. Berfikir ” berusaha untuk mendapatkan”

Kita berharap dengan pembiasaan ini membuat mereka tidak mudah menadah tangan. Semua keinginan harus dilalui dengan usaha. Berapa banyak orang dewasa saat ini masih bergantung kepada orangtua? Kalaupun tidak dengan orangtua tak jarang pula kita temukan pengemis terselubung di lapangan.

2. Menghemat

Bagi saya hemat itu bukan sekedar menahan hawa nafsu. Hemat juga membelanjakan harta tapi bisa memilih barang prioritas dan berkwalitas. Sedini mungkin anak anak perlu dibiasakan memilih hal prioritas ini. Jangka panjangnya, kita juga tak menginginkan kehidupan konsumtif menderai buah hati kita.

3. Kenal mata uang

Sisi lain pengelolaan mata uang adalah mereka kenal dengan alat tukar yang tak bisa terelakkan ini. Beberapa bulan yang lalu saya pernah di curhatin tetangga kalau anaknya selalu meninggalkan sejumlah uang dikantin tanpa tahu harga makanan yang dibawa.

” beda sama Nada, saya perhatiin dia pandai tanya harga dulu” ujarnya.

4. Mahir Berhitung

Nah… yang tak kalah menariknya mengelola uang ga bakal lepas dengan nama berhitung. Ilmu matematika bisa diterap langsung. Segi teory nya mereka bakal mudah menganalisa soal cerita. Begitu juga dengan angka, kalau rupiah memang banyk nolnya. Penjumlahan secara konkrit sangat membantu penjunlahan dengan tinta.

Contoh :

rp 12000 + rp4000 = rp 16000 dibuku akan memudahkan kita mengajari dengan simbol angka ini, 12 + 4 = 16

Terimakasih sudah singgah di blog saya. Semoga pengalaman dan opininya bermanfaat ya mom….

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post