Unshita Rini

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
MENUNGGU (T.1)
Oleh: Unshita Rini

MENUNGGU (T.1)

Sebulan lalu, saya mendapat tawaran mengikuti pelatihan menulis dari Kepala Seksi Sarana Prasarana dan Kelembagaan Dinas Pendidikan kabupaten Jember. Lama saya membaca baris demi baris kalimat yang tertera. Fokus saya, pada tulisan hari dan tanggal pelaksanaannya, khawatir ada jadwal lain yang bersamaan. Setelah memastikan tidak ada jadwal di tanggal itu, saya kemudian memberikan jawaban bersedia mengikuti pelatihan melalui pesan di whatsapp.

Lima hari sebelum pelaksanaan, muncul pemberitahuan di beranda whatsapp. Rupanya ada grup baru dan saya baru saja dimasukkan menjadi salah satu anggota grup. Grup baru ini kemudian saya pahami sebagai grup bagi peserta pelatihan menulis, yang informasinya saya dapatkan sebulan lalu. Sungguh baik panitianya, saya belum transfer biaya pelatihan, eh sudah dimasukkan saja dalam grup. Ada perasaan senang dan was-was sebenarnya. Senang karena dipercaya niatnya mengikuti pelatihan dan was-was karena harus segera membayar biaya pelatihan di saat dompet saya krisis bahkan nyaris bersih seiring tanggal di bulan Februari berakhir.

Satu hari menjelang pelaksanaan pelatihan, saya baru membuka lagi pesan-pesan dalam grup pelatihan. Maklum, terlalu banyak grup dan grup baru ini belum saya tandai sebagai grup urgent yang harus disematkan di barisan paling atas beranda whatsapp. Sebelumnya, saya sudah membuat janji latihan angklung bersama anak-anak di SDN Panti 02 hari Rabu jam 11.00 WIB. Duar..betapa terkejutnya saya, ternyata jadwal latihan angklungnya bersamaan dengan pelatihan. Ah, mengapa saya teledor sekali. Saya mencoba tenang. Katanya sih kalau kita bisa tenang, otak kita bisa mengeluarkan lampu berkedip alias ide-ide baik. Tsaah..

Saya membaca kembali pesan terakhir yang berisi rundown pelatihan selama 2 hari. Berharap bisa menemukan celah untuk ijin sejenak, saya cermati lagi setiap sesinya. Asumsi saya, jika semua sesuai dengan rundown yang dibuat, maka saya bisa izin mendekati sesi istirahat, sehingga materi penting tetap saya dapatkan. Oke, fix.

Hari pelaksanaan pelatihan tiba. Tempat dan rundown tidak ada perubahan, tetapi masalah baru muncul. Hari ini waktunya guru-guru menerima bisyaroh bulanan dan saya belum membuatkan tanda terimanya. Alhasil saya pagi-pagi sekali ke sekolah membuatkan tanda terima bisyaroh, supaya tidak terlambat sampai di tempat pelatihan, Aula Dinas Pendidikan kabupaten Jember.

Alhamdulillah, satu masalah selesai dan saatnya saya bergegas karena waktu menunjukkan pukul 7.30 WIB. Ah, semoga tidak terlambat. Kecepatan sepeda motor pun saya tambah, tetapi baru tiga puluh menit kemudian sampai, karena ada unjuk rasa di ruas jalan yang saya lewati. Sabar..sabar..

Akhirnya saya sampai di depan aula Dinas Pendidikan kabupaten Jember. Masih sepi, saudara. Untuk memastikan, saya mencoba mengintip banner yang jaraknya cukup jauh dari tempat saya berdiri. Saya mencoba membaca tulisan di banner yang tampak samar padahal tulisannya cukup besar. Mungkin kemampuan mata saya yang berkurang, maka dengan sedikit memicingkan mata, barulah terbaca dengan jelas, bahwa disini lah tempat latihannya. Tak lama seseorang yang saya yakini sebagai panitia menghampiri dan bertanya, “Apakah ibu akan mengikuti pelatihan menulis?,” saya langsung menganggukkan kepala mengiyakan. Barulah saya menulis data diri sebagai bentuk kehadiran, kemudian masuk ruangan setelah dipersilakan. Sudah ada beberapa orang yang duduk namun sepuluh jari ini masih tersisa jika dihitung. Jam menunjukkan pukul 8.15 WIB dan belum ada tanda-tanda master of ceremony mengangkat microphone-nya. Mungkin 15 menit lagi akan dimulai, hibur saya pada diri sendiri. Jadilah handphone yang menjadi sasaran di saat menunggu.

Tak terasa waktu bergulir dengan cepat, jam menunjukkan pukul 8.45 WIB dan belum ada tanda-tanda dimulai acaranya. Otomatis tarik napas dalam-dalam, saudara. Anda marah? Anda gelisah? Anda sebel? Jawabnya, iyaaaaa. Bagaimana tidak marah, saya bahkan semua peserta berjibaku dari rumah dan sekolah untuk segera berangkat supaya tidak terlambat. Kenyataannya? Bagaimana tidak gelisah, lha pembukaan saja molor, belum lagi beberapa sambutan yang harus kami simak lalu jam berapa mulai materinya? Bagaimana tidak sebel, kita mungkin tidak korupsi uang, tapi lebih parah, kita korupsi waktu. Kalau korupsi uang masih bisa dikembalikan, tapi korupsi waktu, minta kepada siapa mengembalikannya?? Maka Maha benar Allah, selalu mengingatkan kita untuk menghargai waktu. Bahkan sampai diabadikan menjadi nama salah satu surah dalam Al-Qur’an, Al Ashr yang artinya Demi Masa..

Tahukah saudara, hal yang paling membosankan adalah menunggu.

Maka jangan sekali-kali membuat orang lain MENUNGGU.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

harus kulakan sabar bu..

02 Mar
Balas

sabar ya gaes yaaa

02 Mar
Balas

menunggu itu paling menyebalkan tetapi pada akhirnya mendapat banyak faedah juga ya

02 Mar
Balas

menunggu itu paling menyebalkan tetapi pada akhirnya mendapat banyak faedah juga ya

02 Mar
Balas



search

New Post