Gemar mengarung luas samudera

Menerjang ombak, tiada takut

Menempuh badai, sudah biasa..

Bait lagu di atas adalah bait pertama dari empat bait lagu yang berjudul Nenek Moyangku. Dulu ketika saya masih kecil, sering mendengarkan lagu ini. Ya, hanya sekedar mendengarkan.

Seiring berjalannya waktu, barulah saya sedikit memahami. Ternyata, dua per tiga dari wilayah Indonesia adalah laut. Deretan pulau dari sabang sampai merauke tertata apik. Selat dan laut menjadi pemisah diantara pulau-pulau itu.

Luasnya lautan ternyata mempengaruhi kebiasaan penduduk Indonesia, terutama yang tinggal di pesisir atau pulau-pulau kecil. Mereka harus berdamai dengan laut, entah bagaimana caranya. Maka anak-anak kecil hingga dewasa bahkan tua sekalipun, pasti pandai berenang, menyelam dan mengemudikan perahu. Begitulah kira-kira hidup para nelayan.

Tentu tantangan yang dihadapi sangat berbeda antara berkendara di darat dan berlayar di lautan. Tak ada simpangan yang memaksa kita untuk berhenti saat APIL (alat pemberi isyarat lalu lintas) berwarna merah, atau harus melajukan kendaraan saat lampu berwarna hijau. Hanya gulungan ombak, terpaan angin, hujan badai yang menjadi sahabat setiap kali berlayar.

Apakah mereka kemudian menyerah? Oh, tidak ada kata menyerah dalam kamus mereka. Justru ombak dan badai yang menjadikan mereka semakin gigih, semakin sabar, semakin ulet dan semakin tangguh.

Jadi hikmah yang bisa saya ambil adalah jangan mudah mengeluh jika kita mendapat ujian, karena Allah sedang menempa kita menjadi pejuang tangguh.