Pakguru Untung

Di media sosial saya dikenalnya Untung Madurarasa, sebagai guru seni budaya di Surabaya...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kerjasama namun Tak Sama Kerja

Kerjasama namun Tak Sama Kerja

#tantangangurusiana (27)

Sejatinya manusia tidak bisa bertahan hidup dengan sebatang kara. Fitrah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Hidup dipastikan butuh orang lain. Apalagi hidup dijaman sekarang, saat tidur pun kita tidak bisa lepas dari campur tangan orang lain. Kasur yang kita tidurin dibeli dari toko sebelah. Hal ini sudah bisa menjadi bukti bahwa kita tidak bisa hidup sendirian.

Walau pun di youtube banyak video tentang sosial eksperimen bagaimana hidup sendirian di dalam hutan. Dari dokumentasi yang diunggah memang dia bisa bertahan hidup, namun sekadar hidup. Artinya jauh dari berkembang.

Salah satu point yang dapat mengantar anak di masa mendatang meraih kesuksesan adalah berkolaborasi. Hal ini diungkapkan oleh Mas Nadiem, Menteri Pendidikan kita. Pernyataan lain yang senada "kurangi persaingan, perbanyaklah kerjasama"

Kolaborasi memiliki makna proses dua atau lebih orang yang bekerja bersama dan sama kerja untuk mencapai suatu tujuan. Dengan kata lain Kolaborasi adalah bekerjasama.

Mengajari siswa berkolaborasi

Untuk mengajari bekerjasama atau berkolaborasi, banyak model pembelajaran yang bisa digunakan, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif. Model ini merupakan rangkaian kegiatan belajaran yang dilakukan oleh siswa dengan berkelompok.

Selain penggunaan model pembelajaran, sering kita temui guru memberikan tugas atau pun penilaian yang sifatnya berkelompok. Tak lain tujuan mengajari siswa berkolaborasi. Bekerjasama untuk berbagi tanggungjawab. Berbagi pengetahuan dari satu dengan siswa yang lainnya.

Namun, tidak jarang kerja kelompok yang kerja hanya satu orang, yang lain hanya titip nama. Anggota kelompok hanya terima jadi. Kerjasama namun tak sama kerja. Kenapa ini bisa terjadi?

Belum ada alasan yang pasti, namun faktanya mereka sudah terbiasa terima jadi. Kesimpulan ini saya temukan saat pelajaran seni budaya. Saya menugasi siswa untuk uji pentas di awal semester genap tahun pelajaran 2020-2021. Kelas VII.

Dalam satu kelas saya bagi menjadi 5 kelompok, dengan jumlah anggota rata-rata 7 orang. Saya berikan mereka untuk latihan diluar jam pelajaran, dan diluar sekolah. Namun hampir semua kelompok proses latihannya tidak maksimal. Rata-rata mereka mengeluh karena anggota kelompoknya tidak hadir latihan. Selain itu, kendalanya anggota kelompok tidak serius dalam latihan. Mereka banyak bergurau dan tidak menyumbang ide.

Padahal sudah saya sampaikan berulang kali, bahwa pementasan tidak akan jadi jika tidak pernah latihan. Satu orang saja tidak hadir latihan akan berpengaruh besar terhadap pementasan.

Sebagai guru, fakta ini bisa menjadi rambu-rambu. Kedepan tidak sekadar membentuk kelompok, namun tidak ada tindak lanjut. Apakah semua anggota kelompok benar-benar bekerjasama dan sama kerja? Apakah mereka memahami prinsip kerjasama?

Apakah mereka sadar bahwa berkolaborasi itu penting?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Peran guru sangat penting karena yang kita hadapi adalah siswa instant seperti mskanan favorit mereka mie instant. Jika tidak maka jangan heran mereka akan menjadi generasi yg mendewakan HASIL, padahal yang harus kita ajarkan pada mereka adalah PROSESnya. Tetap semangat.

18 Feb
Balas



search

New Post