Pakguru Untung

Di media sosial saya dikenalnya Untung Madurarasa, sebagai guru seni budaya di Surabaya...

Selengkapnya
Navigasi Web

Seni di Pasar Bebas

#tantangangurusiana (9)

Ada sebuah rumor antar kepala sekolah di Surabaya bahwa mereka harus pintar jualan. "jika daganganmu ingin laku keras, minimal brand nya bagua dan bungkusnya enak dipandang". Kurang lebih seperti itu.

Tak ada yang salah dari kalimat tersebut, jika tujuannya untuk memotivasi dan menyemangati antar kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas sekolah. Bukan komersialisasi pendidikan.

Dengan kata lain, kepala sekolah harus pintar bersolek, dan merias diri. Jangan sampai sekolahnya tidak memiliki kelebihan dan tidak enak dipandang. Setiap sekolah diharapkan mampu menemukan citranya, sehingga memiliki nilai jual.

Untuk memiliki nilai jual, dalam hal ini sekolah harus mempunyai prestasi. Baik itu siswa, guru dan sekolah itu sendiri.

***

Posisi dan kondisi seni dalam dunia pendidikan di Surabaya memang belum ada penelitian khusus. Jadi kesimpulan yang akan saya paparkan merupakan hasil pengamatan pribadi selama saya mengajar seni budaya di sekolah menengah pertama.

Posisi seni dalam mata pelajaran Seni budaya masih sebagai Mapel yang kurang diperhatikan. Terutama bagi orang tua murid. Seolah-olah selain mapel Ujian Nasional (UN) kurang penting dan seni salah satunya. Pernyataan ini juga pernah dilontarkan oleh Kepala sekolah. "orang tua murid masih belum memahami bahwa semua Mata Pelajaran itu penting. Mapel UN saja yang penting untuk dipelajari."

Ini sebuah tantangan bagi sekolah atau dunia pendidikan. Termasuk tantangan bagi guru selain mapel UN. bagaimana memberikan penyadaran terhadap orang tua murid, bahwa semua mata pelajaran itu penting dipelajari oleh siswa.

Selain penyadaraan diperlukan sebuah pembuktian. Guru dan sekolah harus bisa membuktikan bahwa pengetahuan lainnya sangat menunjang kesuksesan siswa di masa mendatang.

Melihat kondisi seni di masyarakat masih sebatas sebagai hiburan. Bagi warga sekolah, seni masih dipandang sebagai hiburan, fungsi sekadar untuk mengisi Pensi acara sekolah. Belum menjadi seni sebagai cipta, rasa dan karsa.

Dari kacamata saya di Surabaya yang membangun citra sekolah dengan prestasi seni belum ada. Yang menawarkan nilai-nilai seni sebagai nilai tawar dalam menjual atau mempromosikan sekolahnya belum muncul.

Apakah seni memang kehilangan estetikanya, sehingga tak mampu melahirkan prestasi bagi siswa, guru dan sekolah?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post