Luka Hati Bunda
Luka Hati Bunda
Sore itu, Panjul berada di rumah orang tuanya, biasa berkunjung melihat kondisi orangtuanya yang sudah renta, namun masih kuat hidup seorang diri. Wajah ibunya yang keriput, badannya yang tinggal tulang dan dilapisi dengan kulitnya yang tipis, kekokohan tubuhnya sudah hilang. Rasa iba sebetulnya meilhat kondisinya. Namun, ibunya merupakan seorang ibu yang tangguh, orang yang tidak mau merepotkan anak cucunya.
Merawat orang tuanya, sebetulnya sudah menjadi tanggung jawab dan kewajiban Panjul.. Namun, dia tidak bisa mendampinginya karena Panjul tinggal di kota lain. Dan berkunjung 2 arau 3 hari dia sempatkan untuk menengok kondisi ibunya. Dan kadangkala dia sempatkan untuk menginap semalam atau dua malam, untuk menemani ibunya, dan untuk melepas kerinduan merekai.
Malam itu, malam yang naas bagi orang tuanya. Kegembiraan dan keceriaanya hilang sirna setelah mendengar percakapannya dengan kakak iparnya. “Jul, keraskan suara HPmu, biar ibu bisa dengar apa yang diomongkan mbakmu !” Kata ibuku. Tanpa sadar Panjul membesarkan volume HPnya. Didengarkaannya percakapan Panjul dengan kakak iparnya. Padahal waktu itu dia sedang bersitegang dengan kakaknya, sehingga ibunya tahu apa yang mejadi pangkal percecokan, yang seharusnya tak pantas dia ributkan. Setelah Panjul menutup HPnya, aurat muka ibunya begitu sedih. Hati ibunya tidak senang setelah mendengarkan omongan Dirinya debgan kakaknya.. “Jul, Jadi orang jangan suka ribut, mengalah lebih baik, mengalah itu tidak berart kalah yo…!, Ibumu ini ndak senang kalau kamu seperti itu !” sambung ibunya saat itu. Panjul hanya tertunduk lesu, menyesalinya karena dia belum bisa bersikap lebih dewasa. Walaupun sebetulnya hatinya masih jengkel juga dengan kata-kata kasar kakak iparnya. Panjul baru sadar, membuat bahagia orang tua itu tidak hanya dengan kebutuhan materi saja, namun sikap dan tutur kata yang baik akan bisa membahagiakannya. Yaa…perbuatan Panjul barusan membuat hati ibundanya gundah gulana.
Panjul melihat ibunya berbaring, tanpa sengaja melihat air mata menetes di pipi ibunya. " Maafkan aku Ibu !" Batin Panjul malam itu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren
Makasih, Bueee ..!Salam Literasi !
Kasihan ibu.... Mantap tulisanya pak. Ditunggu karya hebat berikutnya. Barokallah
Makasih, Bue..! Iya, ndak disadari menyakiti hati seorang ibu...!
Mantap....salam Literasi
Makasih Apresiasinya, Bueee
Mantaaappp
Makasih, Buee
Literasi yang mengedukasi pak Untung ..sukses pak
Makasih Apresiasinya, Buee !
Bagus,salam literasi
Makasih, Bueee !
Mantap pak.Lanjut.Sukses sll nggih
Nggih, BueeeMatur nuwun Apresiasinya, Buee
Mantaaap.. Salam literasi
Makasih Apresiasinya, Pak !
niku Malem Minggu wingi ngghih Zpakmantap
Nggih, Leres PakMonggo lekas menulis, Pak
niku Malem Minggu wingi ngghih Zpakmantap
niku Malem Minggu wingi ngghih Zpakmantap