Untung Supriyono

Guru SMK Negeri 2 Pekalongan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pagi di Kampung Parigi

Pagi di Kampung Parigi

Pagi itu, kampung parigi memulai aktifitas dengan panggilan alam, orang setengah berlarian membawa gayung dan ember menuju pinggir selokan untuk buang hajat. Umumnya mereka jongkok di pinggiran selokan yang memanjang dari jembatan sebelah utara ke selatan sampai menjelang rumah Mang Satim, biasanya orang-orang jongkok mengambil jarak yang berjauhan, apalagi jika berlainan. Kalau beruntung mereka dapat menggunakan fasilitas MCK gratis milik umum hasil kerja bakti warga, namun tentu saja harus rela mengantri.

“Buruan atuh kaluar, saha di jero”. Mbah nirsem berteriak sambil menggedor-gedor pintu.

“uphh, padahal baru saja keluar satu gelontoran, di dalam perut masih buanyak, apalagi semalam makan sambal pedass, huwala” gumamku.

“buruan oyy”. Gedorannya semakin keras.

Suaranya jelas, milik mbah Nirsem, seorang nenek yang luar biasa powerfull. Mbah Nirsem ini tergolong orang tua yang berjasa dalam hidupku, setiap ada pertunjukan layar tancap, aku selalu berdiri di pintu masuk menanti kehadirannya agar dapat masuk nonton layar tancap secara gratis. Benar-benar aneh, dia boleh masuk dengan leluasa. Dan aku selalu dibilang cucunya. “Hahai, cucu dari hongkong”. Beliau pendatang dari jawa tengah, katanya kisaran purwokerto. Sementara aku dari Jogja, tepatnya daerah istimewa yogyakarta, “heuheu”.

Tidak mau menanggung resiko, aku sudahi panggilan alamku, aku basuh lalu segera keluar.

“aih, geuningan si nono, buruan atuh geus mules yeuh”. Katanya sambil segera masuk ke kamar kecil, ternyata diluar sudah ada om wagi, mang juju, bu etik dan mang pardiman, “huwala”.

Untuk efisiensi, aku langsung ke kamar mandi saja, karena letaknya hanya berdampingan, namanya juga MCK, kamar mandi, kamar kecil dan sumur sudah terintegrasi. Heu heu. Kebetulan kamar mandi kosong, segera masuk dan segera saja membersihkan badanku, enaknya menggunakan MCK adalah jika kita sedang beruntung, selalu ada orang yang meninggalkan sabun mandi, pasta gigi bahkan samphoo sacetan di sela sela bilik kamar mandi, sehingga memudahkan orang yang akan mandi tanpa membawa apa-apa.

Selesai mandi aku pulang dan berpakaian seragam, aku bersekolah di SD Negeri Cisitu III, sebuah sekolah dasar yang jam masuknya berubah tiap minggu, semisal minggu pertama masuk pagi pukul 07.00 WIB maka pada minggu kedua masuk pada pukul 13.00. begitu seterusnya. Kebetulan hari itu aku masuk pagi, karena letak sekolah tidak terlalu jauh akupun berjalan kaki.

“Hai No, Kadieu sakeudeung (No kesini sebentar)” Seorang lelaki memanggilku, rupanya uwakku sendiri, pakde Ngadiyono.

“Aya Naon pakde, (ada apa)”. Kataku, sambil menghampirinya.

“Maneh modol di sumur nyak? (kamu berak disumur ya)” katanya menyelidik.

“heunteu pakde (enggak pakde)” kataku membantah.

“ari tadi cenah, ceuk mang juju anu mandi deukeut sumur maneh (tadi mang juju bilang yang mandi disumur kamu)”. Kali ini pakdeku bener-bener bermuka serius, padahal biasanya beliau banyak bergurau.

“Heunteu pakde, tadi ngan mandi hungkul heunteu modol, maeunyak modol disumur (enggak pakde, tadi Cuma mandi, masa berak disumur)”. Aku berusaha untuk ngeles. Padahal sebenernya aku tadi bener bener nggak tahan, ketika menimba air sumur masih dapat aku tahan, namun ketika jongkok dan telanjang aku sudah benar-benar tidak berdaya, sudah tuntutan alam, awalnya Cuma keluar sedikit sehingga segera aku siram, namun ternyata kawan-kawannya segera menyusul, mau tidak mau aku keluarin saja semuanya, biar plong dan aku pikir tidak ada yang melihat. “Hadula”. Namun aku tetap memasang wajah innocence, kan aku masih kelas dua SD. Heuheu. Beruntung pakde ngadiyono tidak memperlama interograsinya, sehingga akupun diperbolehkan untuk segera berangkat sekolah.

Begitulah suasana pagi kampung parigi, sebuah slum (kawasan pemukiman kumuh) dibilangan utara kota bandung, tepatnya di kelurahan dago kecamatan coblong.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Saling follow ya

21 Jan
Balas

Keren.... semangArt nulis terus sam. Nanti aku akan mengikuti jejakmu. Insyaalloh...

21 Jan
Balas

Keren.... semangArt nulis terus sam. Nanti aku akan mengikuti jejakmu. Insyaalloh...

21 Jan
Balas

Tak tunggu lho

21 Jan

Udah tapi kesusu jadi byk kekurangan

22 Jan

Udah tapi kesusu jadi byk kekurangan

22 Jan

Jogja rasa Bandung.

21 Jan
Balas

Iya nih

21 Jan

Sip. Pak Untung. Jumpa di sini

21 Jan
Balas



search

New Post