Upit Sarimanah

Penulis dan pengajar di MP-UIN Jakarta...

Selengkapnya
Navigasi Web
Merindukan Masjid Ramah Anak

Merindukan Masjid Ramah Anak

Merindukan Masjid Ramah Anak

Penulis: Upit Sarimanah (Pendidik MPUIN-Jakarta)

Jam sudah menunjukan pukul 04.30 waktu Pamulang. Suara takbir lebaran masih ramai terdengar lembut memasuki celah gendang telinga. Kubangunkan anak-anak untuk bergegas mandi dan shalat shubuh. “sayang, hari ini lebaran. Mandi, shalat subuh, lalu Kita sama-sama ke masjid shalat Ied. ya?” ajakku semangat. “Horee”, sambut bahagia mereka dengan mata masih setengah terbuka. Perlengkapan shalat dan baju bagus semuanya sudah kusiapkan tadi malam di atas kasur masing-masing. Mengikuti sunah Rosulullah Saw., baju tidak harus baru kok, tapi yang terbaik dan bersih yang dimiliki saat itu.

Allaahu akbar, Allaahu akbar , Allaahu akbar, laa illaaha illallaahuwallaahu akabar, Allaahu akbar walillahilham... . Dihiasi suasana dingin dini hari, lantunan takbir jamaah dan marbot masjid dekat rumah menghantarkan indahnya idul Fitri kali ini. Masih membekas malam taraweh terakhir, rasa hati ingin bergabung berada di dalam masjid ikut mengumandangkan takbir. Bersama ceria menyambut perayaan kemenangan suci. Alhamdulillah diberi kesempatan mengisi Ramadhan dan menyongsong Idul Fitri. Hari dimana hati menjadi fitri (fitrah/bersih) setelah proses pembersihan selama satu bulan berpuasa dilanjutkan lebaran saling bermaaf-maafan.

Tak apalah tak bisa takbir di masjid, di rumah pun bisa sambil mengasuh si kecil membasahi hati dan lisan ini dengan takbir dan tahmid sambung menyambung. Menjaga dan mengawasi ulah kreatif dan lucunya Diva yang satu hari lagi genap berumur dua tahun. Tak terasa umurmu sudah beranjak dua tahun sayang.

Mengawasinya lumayan menguras energi. Pasalnya, setiap diajak shalat taraweh selalu saja dia berlarian ke sana ke mari menyeribak barisan shaf jamaah ibu-ibu, Alkaline banget batrenya. Terkadang berlari kencang sambil melintas di atas sajadah jamaah dengan sandal mungilnya. “Masyaallah, kotor deh semoga tidak ada najis”. Resahku dalam hati sambil menunaikan taraweh.

Duh, sayangku sholehahku Kamu memang anak Bunda yang sangat aktif. “Maaf ya Bu” kataku sering terlontar pada ibu-ibu jamaah taraweh. Inilah dilema emak-emak ikut shalat taraweh berjamaah sambil bawa balita. Ekstra kesabaran dan rela bolong rokaat gara-gara ngejar krucil, nasehatin, ngediemin, walau cuma bertahan beberapa menit saja.

Jurus pawang pamungkas tak lupa dikeluarkan dengan dialog ala ema and balita hanya kami berdua yang mengerti bahasa kalbu itu he he he..., gendong peluk cium dan sedia mainan kesukaan, serta amunisi cemilan agar krucil diam duduk manis. Semuanya sudah dilakukan.Tapi tetap saja, naluri kanak-kanak dan kinestetiknya lebih mendominasi gerak berlari ke sana ke sini.

Yang ada, malah menggangu kehusyuan jamaah lain dan menggoyahkan konsentrasi emaknya larak lirik was was memperhatikan lincah si balita. Aduhhhh .... , padahal sudah berusaha mengarahkan sampai titik maksimal, bukan bermaksud mengeluh ya. Yang pastinya nih, saya sendiri tidak bisa shalat dengan tenang dan siap selalu pasang muka melas berharap toleransi alias maklum ibu-ibu lainnya. Punten punten nya.

Balita memang sangat butuh perhatian khusus dan dampingan super duper melekat. Mana paham anak balita arti negoisasi dan komitmen kedisiplinan walaupun sudah berkali-kali disampaikan. Akhirnya, nyerahhhhhhh... . Terus terang saya hanya bertahan dua hari pertama saja taraweh berjamaah di masjid, itupun hanya empat sampai enam rakaat. Pilihan munfarid shalat sendiri atau harus menambah rokaatnya di rumah is better.

Di hari H pagi menjelang shalat Ied 1 Syawal 1438 H bertepatan tanggal 25 Juni 2017,saya membawa Diva dan ketiga kakaknya. Kalau kakak-kakaknya aman terkendali deh. Tapi si kecil Diva, tahu sendiri kan?. Disayangkan ayahnya kebetulan sedang mendapat jadwal khotib di masjid lain, jadi tidak bisa berbarengan ke masjid komplek rumah kami.

Untuk antisipasi penggangu kekhusyuan shalat idul fitri, saya sudah mempersiapkan keperluan-keperluan agar si kecil tenang dan nyaman mengikuti shalat idul fitri. Lagian, waktu shalatnya sebentar dua rakaat saja plus mendengarkan khutbah, tidak terlalu lama seperti taraweh. Dari persiapan mulai mengkondisikan kualitas tidur malam menjelang shalat, menyenangkan moodnya dan kenyamanan perutnya dipagi hari, berkomunikasi bahasa hati agar manis di masjid, menyiapkan mainan dan cemilan kesukaan. Satu lagi, wajib menjaga kesucian masjid dari najis. Rempong dikit tidak apa-apa deh.

Tak lupa sarapan sebelum ke masjid adalah salah satu sunah Rosulullah yang enak loh. Tentunya sangat bermanfaat untuk kesehatan, kebiaasaan sahur di bulan Ramadhan tentunya sudah menjadi rutinitas, sarapan pagi penggantinya sehingga perut kita tidak sakit. “Anas ra. berkata: Nabi SAW tidak pergi shalat Idul Fitri melainkan sesudah makan beberapa biji kurma dengan hitungan ganjil.” (HR Ahmad dan Bukhari)

Saya pikir, kapan lagi melibatkan sang buah hati menikmati indahnya ibadah. Membawa dan mengenalkan masjid pada balita. Bismillah, inilah saatnya memberikan tauladan pendidikan spiritual, bersama-sama sujud dan ruku mesra menghadap sang khaliq, memperlihatkan aktivitas ibadah agar ditiru anak. Pegalaman ini akan menjadi memori tak terlupakan yang tertanam kuat di bawah otak sadar mereka. Mereka senang berada di masjid untuk melaksanakan ibadah dan aktivitas positif lainnya bersama orang-orang terdekat.

Di riwayatkan bahwa Rosullullah Saw. sangat mencintai anak-anak.Hal ini tercermin dari perlakuannya ke cucunda Hasan Husein kecil. Hasan dan Husein gemar sekali menaiki punggung nabi bermain kuda-kudaan saat beliau shalat. Tapi, Rasulullah tidak marah ataupun mengusir mereka dari tempat shalat, melainkan meneruskan shalat hingga selesai. Bahkan dalam cerita lainnya disebutkan bahwa beliau memperlama sujudnya seraya memberi kesempatan cucunda tercinta puas naik ke punggungnya yang sedang mengimami shalat.

Saat ini, kebanyakan masjid di Amerika Serikat sangat peduli anak. Ketika shalat jamaah orang tua dapat membawa bayi dalam sebuah car-seat (tempat duduk bayi di mobil) agar bisa diayun-ayun, dan tersedia juga ruang khusus anak tempat bermain bersama saat orang tua mereka shalat. Aktivitas mengasuh balita bukan penghalang untuk melaksanakan shalat jamaah, mereka membawanya serta menikmati manfaat tempat ibadah.

Wah..., merindukan “masjid ramah anak”. Pihak orang tua, masjid, dan jamaah bersama-sama peduli akan hak anak menikmati masjid. Orang tua bertanggung jawab mengawasi dan mengarahkan anaknya tentang etika di tempat ibadah. Pengelola masjid menyiapkan fasilitas dan pelayanan nyaman tata ruangnya. Kesadaran tinggi seluruh jamaah memahami dan mengayomi warga masjid. Semua bisa beribadah dengan enjoy and happy.

Anak-anak cinta masjid, betah berdiam diri, beribadah, dan juga bermain. Semoga masjid adalah tempat kembali untuk menenangkan diri bukan tempat hiburan sesaat sekedar mencari kesenangan. Masjid menggantikan Mall dimana mamah muda dan cantik “mahmud dan macan” mencari suasana segar untuk sekedar belanja dan refreshing. Upss, sekali-sekali boleh kok moms dads... . Semoga dengan begitu anak dan ortunya akan terhindar dari perbuatan sia-sia di luar rumah. Save masa depan generasi bangsa dengan “masjid ramah anak” . Subhanallah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Yang pernah saya lihat di masjid nabawi. justru anak-anak mendapat tempat tersendiri. Kagum saya ... Tulisannya renyah bu. baguuus...

03 Jul
Balas

Keren nih ....

03 Jul
Balas

Terima kasih bu nining. Masih hrs banyak bljr diksinya masih kaku kayaknya

04 Jul

"Pihak orang tua, masjid, dan jamaah bersama-sama peduli akan hak anak menikmati masjid. Orang tua bertanggung jawab mengawasi dan mengarahkan anaknya tentang etika di tempat ibadah. Pengelola masjid menyiapkan fasilitas dan pelayanan nyaman tata ruangnya. Kesadaran tinggi seluruh jamaah memahami dan mengayomi warga masjid. Semua bisa beribadah dengan enjoy and happy." Saya dukung bu, agar masjid menjadi tempat yang nyaman untuk belajr, bermain, dan berkarya umat (anak-anak, orang tua, musafir, dam lain-lain).

03 Jul
Balas

Pa yudha selalu memberikan klu yg mantap memang. Thanks pa

03 Jul

Ini juga yg ada dipikiranku, klu saat ini tidak mulai maka 10-20 yad masjid kita sepi. Suka sedih saat melihat ada org dewasa menghardik anak yg tidak bisa tertib di masjid. Solusinya bagus bu. Keren.

04 Jul
Balas

luar biasa. kalau bisa. serba salah memang, anak ribut di masjid salah tetapi lebih negeri apabila masjid sepi dari anak-anak.

03 Jul
Balas

luar biasa. kalau bisa. serba salah memang, anak ribut di masjid salah tetapi lebih ngeri lagi apabila masjid sepi dari anak-anak.

03 Jul
Balas

Anak2 menunggu arahan dan ayoman orang tua ...tugas bareng swmua. Thanks atas sharing bermanfaatnya

03 Jul

kl masjid sepi dari anak-anak trs generasi penerusnya siapa? hny perlu penjelasan terus berkali2, bhw masjid tempat ibadah, nnti secara perlahan anak-anak akan mengerti. Setuju banget mbk Upit...

03 Jul
Balas

Sama mba umul sepakat. orang dewasa hrs bantu anak2 utk rajin k tempat ibadah

04 Jul

semoga banyak masjid di dekat kita seperti di masjid nabawi ya bu...

03 Jul
Balas

Betul pa... masjid d tmpat kita masih butuh pembenahan juga. Kesadaran orang dewasa hrs lebih peduli pd anak2 k masjid. Thanks sdh sharing

04 Jul
Balas

Itu untuk kenalkan pada anak kta. Baru sampai situ mampunya. Tapi dah kita ajari langsung praktik.

03 Jul
Balas

Betul pa praktik n tauladan lebih membekas daripada cerita ataupun memperlihatkan gambarnya dr media

03 Jul



search

New Post