H.124

Usai pertemuan diadakan Nova tak henti menangis. Ia sangat sakit bagaikan terbakar oleh bara api. Hatinya hancur, badannya lemas, matanya merah, sedangkan matanya sembab karena ditengah keramaian direktur muda itu mempermalukannya.

Tetiba, seorang karyawan yang merasa iba kepada Nova mengulurkan tissue untuk mengelap air matanya. Karyawan itu mengetahui kalau Nova tidak berbuat apa-apa tetapi, kenapa Pak Bos memperlakukannya seakan ia sangat bergantung kepadanya.

"Sabar, ya, Nov. Semoga pemilik perusahaan itu menyadari akan kekeliruannya yang suka mengatai bawahannya.

Nova hanya terdiam. Ia tak kuasa menahan bulir bening yang terus-terusan bercucuran.

Esok lusa, ia berpaling muka dari pemilik perusahaan tersebut. Ia tak mampu melihat wajah sombong yang selalu menghantuinya. Entah kenapa, kehadiran wajah direktur membuatku malas melihatnya. "Sepertinya, kesombongan direktur semakin menjadi. Ia semakin leluasa menyakiti bawahannya. Ia tak pernah sadar kalau keberhasilan perusahaan tersebut tergantung kepada bawahannya".

"Eh..., Iya. Mungkin dia tak pernah ingat kalau dia akan mati," ujar Helen mencibir.

Sepertinya tidak ada karyawan yang suka kepada direktur. Kecuali manager yang menjadi kaki tangannya. Jika tidak karena untuk bertahan hidup, mungkin mereka sudah lama belok kanan alias mengundurkan diri.

Apakah yang akan terjadi dengan Pak Kaswendra? Silahkan ikuti terus ceritanya.

Alahan Panjang, 20 Maret 2024