Setelah puas bermain teman-teman adik sudah bubar karena sudah sore. Adik juga sudah masuk rumah dan mandi. Yudi juga sudah pulang kerja.

“Pi sepertinya mami sudah pulang” kata adik kepada Yudi.

“Iya, Pi tuh ada kopernya di kamar” lanjut abang.

“Tadi sudah tanya Mbak Yaya” tanya Yudi.

“Tidak ada adik nanya mbak Yaya” jawab adik.

“Ya sudah, sebentar lagi maghrib. Abang kamu belum mandi” kata Yudi.

“Iya, Pi ini juga mau mandi” kata abang sambil masuk kamar mandi.

“Pi adik tanya mbak Yaya dulu ya” kata adik langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Yudi.

“Mbak tadi ada mami adik” tanya adik kepada mbak Yaya.

“Iya pulang sekitar pukul sepuluh, tapi tidak lama setelah itu pergi lagi: jawab mbak Yaya.

“Makasih mbak” kata adik sambil masuk lagi ke rumah.

“Pi kata mbak Yaya, tadi mami sudah datang tapi pergi lagi” kata adik memberi tahu ayahnya.

“Ya sudah nanti juga pasti pulang” jawab Yudi.

Dia tidak mengerti lagi dengan istrinya. Apa sebenarnya yang dia lakukan sehingga sering pergi. Pergi juga tidak pernah minta izin. Kalau ditanya pergi kemana, bukannya dijawab malah akan menimbulkan pertengkaran. Yudi bukannya tidak mau melarang, tapi dia tidak mau anak-anak melihat pertengkaran mereka. Apalagi tetangga, itu makanya Yudi lebih memilih diam.

Tapi Yati memang sudah tidak bisa lagi diberitahu. Orang tuanya saja juga tidak dipedulikan. Dia bersikap seolah-olah seperti anak ABG yang lagi puber. Melakukan apa yang diinginkan tanpa peduli dengan orang lain.

Bersambung...

Pekan Baru, 3 Juli 2021

Salam Literasi