usyratin GPAI

Saya adalah guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Dasar di desa yang terletak 35 km dari kota Gresik. Menjadi orang yang bermanfaat merupakan visi yang harus...

Selengkapnya
Navigasi Web
HATI-HATI MENYALAHKAN YANG LAIN!

HATI-HATI MENYALAHKAN YANG LAIN!

Saat killing time, saya membuka beranda facebook menemukan status teman. "Saat balita jatuh yang disalahkan lantai, saat dewasa leher sakit yang dituduh bantal". Lucu!, tapi nyata. Ini mengingatkan kebiasaan emak-emak turun temurun. He he he....karena yang biasa melakukan.

Kebiasaan ibu-ibu kalau anaknya jatuh, sesegera mungkin menolong sambil memukul lanta, "Nakal!". Saat anak-anak kejedot meja, meja pun segera dipukul, "mejanya nakal, nih sudah ibu pukul". Anak yang menangis kesakitan biasanya langsung diam. Menyalahkan lantai atau meja seakan obat mujarab untuk menghentikan tangisan anak-anak.

Ups! hati-hati, Bunda! Siasat itu bukan obat, tapi racun yang berefek samping jangka panjang. Coba kita pikir lebih analisis efek sampingnya.

Pertama, anak-anak akan terbiasa apa yang ia lakukan sampai menimbulkan kecelakaan (rasa sakit, sedih, menangis) semata-mata kesalahan orang atau benda.

Kedua, secara tidak langsung mendidik anak-anak enggan mengoreksi diri sendiri. Anak-anak akan merasa bahwa dirinya sama sekali tidak terlibat, tanpa terlibat ceroboh, misalnya atau kurang hati-hati.

Apabila hal ini dibiasakan dan berlangsung lama, maka tidak menutup kemungkinan saat dewasa mereka akan menyalahkan orang lain untuk hal-hal yang tidak menyenangkan. Temannya yang salah, gurunya yang salah, orang tuanya salah, bahkan takdir pun disalahkan, na'udzu billahi min dzalik.

Bagaimana sikap seorang ibu ketika balitanya terjatuh? Apa harus memarahi dan menyalahkan sang anak? Tentu tidak. Ketika anak jatuh atau kejedot, maka hibur dan tenangkan anak dengan kata-kata yang menyenangkan. Jangan lupa memberi pesan! Contoh, "Sayang, anak pintar itu kuat, nggak cengeng. Besok lebih hati-hati, ya!" tanpa menyalahkan yang lain.

Contoh di atas akan menguatkan jiwa anak untuk tidak mudah merasa lemah(menangis, misalnya) dan mengajarkan untuk introspeksi atas kekurangannya (kurang hati-hati). Pembelajaran ini akan memberi pengalaman pada anak untuk bertindak lebih baik pada hari-hari berikutnya.

Pembiasaan yang positif ini pun akan mempengaruhi anak-anak ketika dewasa kelak. Tidak mudah menyalakan orang lain atau keadaan tanpa muhasaba diri terlebih dulu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Berul sekalibu

24 Aug
Balas

Inspiratif dan berkesan, semoga makin sukses dalam karya tulisan

13 Jul
Balas

Terima kasih, Pak. Aamiin.. Semoga sukses juga untuk bapak

13 Jul

Mantap say...Sangat bagus untuk merubah kebiasaan, yang tanpa disadari membuat anak suka menyalahkan orang lain. Mencari kambing hitam.

13 Jul
Balas

Terima kasih. Belajar mengubah dari hal-hal kecil.

13 Jul

Keren bun ulasannya..mantap. salam kenal..sukses selalu. Ijin follow ya bun..di tunggu follow baliknya

19 Nov
Balas



search

New Post