Profil pelajar Pancasila merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam struktur Kurikulum Merdeka. Berbagai karakter dan kemampuan yang terdapat di dalamnya senantiasa ditumbuhkan dalam diri setiap siswa. Tidak hanya melalui pembelajaran intrakurikuler. Pada pelaksanaannya pun dapat diintegrasikan lewat kegiatan kokurikuler maupun ekstrakurikuler. Komitmen ini terus dibangun dalam rangka mewujudkan pelajar Indonesia yang berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Enam dimensi profil pelajar Pancasila yang hendak dicapai menjadi tugas bersama seluruh penyelenggara pendidikan. Guru bukanlah satu-satunya fasilitator pembelajaran. Segenap elemen masyarakat bisa turut andil melalui kolaborasi dalam kegiatan kokurikuler.

Kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran sekolah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan siswa dan menguatkan materi pelajaran yang diberikan di kelas. Kegiatan kokurikuler yang dilaksanakan secara maksimal dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan melalui kegiatan intrakurikuler.

Mengingat pentingnya kegiatan kokurikuler tersebut, guru kelas 4 dan 6 SDN Prajuritkulon 2 Kota Mojokerto berkolaborasi dalam pembelajaran di luar kelas bersama seluruh siswanya. Tema yang diusung kali ini adalah “Belajar dari Alam”.

Sejumlah 55 siswa kelas 4 dan 6 berangkat menggunakan dua mikrolet menuju Agrowisata Petik Melon. Lokasinya, di Desa Balongwono, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.

Salah satu tujuan berkunjung ke Agrowisata Petik Melon ini adalah mengenalkan kepada siswa tentang lingkungan hidup di sekitar tempat tinggal mereka dan memberikan edukasi terkait langkah-langkah konkret yang bisa dilakukan untuk menghindari kerusakan serta menjaga keharmonisan ekosistem yang ada di lingkungannya.

Selanjutnya, bersama narasumber, siswa diajak turun langsung ke lahan petik melon. Di sana, siswa dijelaskan bagaimana cara menanam bibit melon hingga siap panen.

Mula-mula, biji ditanam selama dua minggu untuk menjadi bibit yang siap tanam. Langkah berikutnya, menanam 3.500 bibit melon tersebut ke lahan seluas 1.500 m². Waktu yang dibutuhkan 70 hari untuk benar-benar siap panen.

Ada empat varietas melon yang ditanam. Di antaranya, golden melon dengan kulitnya yang berwarna kuning, tekstur renyah, dan rasa manis; rock melon yang dagingnya berwarna oranye; melon pertiwi memiliki kulit dan daging berwarna hijau; serta melon organik yang memiliki ciri sama dengan melon pertiwi, hanya saja menggunakan pupuk organik.

Setiap varietas tentu memiliki harga yang berbeda-beda. Mulai dari yang paling murah adalah melon pertiwi dengan harga Rp7.000 per kilo, rock melon Rp15.000 per kilo, hingga melon golden yang dibanderol Rp20.000 per kilo gramnya lantaran rasanya yang paling manis.

Dengan tiket masuk yang sangat murah, yaitu Rp2.000, selain bisa mencicipi melon kupas siap santap dari varietas golden, siswa juga bisa memetik langsung dan membelinya untuk oleh-oleh keluarga di rumah. Tak kalah pentingnya, siswa mempelajari beberapa tujuan pembelajaran (TP) sekaligus.

Membuat simulasi menggunakan bagan/alat bantu sederhana tentang siklus hidup tumbuhan merupakan TP dari pelajaran IPAS. Melaksanakan aturan di keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar tempat tinggal serta melaksanakan kewajiban dan hak sebagai anggota keluarga dan sebagai warga sekolah adalah dua tujuan pembelajaran yang akan dikuasai siswa sekaligus dalam materi pelajaran pendidikan Pancasila.

Untuk TP matematika, siswa akan mempelajari cara menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan uang. Sedangkan untuk TP bahasa Indonesia, siswa dibimbing untuk menceritakan kembali suatu informasi yang telah didengar dan memaknai kosakata baru dari informasi yang telah diperolah tersebut. Dari beberapa tujuan pembelajaran yang dipelajari siswa tersebut, guru bisa langsung memberikan penilaian formatif dengan memberikan lembar kerja yang diisi siswa selama di lokasi.

Setidaknya ada dua dimensi profil pelajar Pancasila yang ingin dibangun dari pembelajaran ini. Pertama, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Dalam hal ini, siswa didorong untuk merawat lingkungan sekitarnya sehingga dia tidak merusak atau menyalahgunakan lingkungan alam, agar alam tetap layak dihuni oleh seluruh makhluk hidup saat ini maupun generasi mendatang. Kedua, pada dimensi bernalar kritis, siswa memiliki rasa keingintahuan, mengajukan pertanyaan yang relevan, mengidentifikasi dan mengklarifikasi gagasan dan informasi yang diperoleh, serta mengolah informasi tersebut.

Puji Wahyu Ningsih selaku kepala desa Balongwono yang sejak awal menemani kegiatan menjelaskan bahwa Agrowisata Petik Melon ini merupakan program ketahanan pangan desa yang kali pertama dilakukan. Bersama seluruh perangkat desa, kelompok wanita tani (KWT), dan pendampingan dari para ahli, pihaknya menyulap lahan kosong milik desa menjadi kebun sayur dan buah dengan modal Rp80 juta. Selain melon yang merupakan budidaya utama, terdapat juga singkong, sawi, terung, dan cabai.

Prinsip pembelajaran di luar kelas salah satunya adalah kontekstual. Artinya, pembelajaran yang dilakukan dapat memberikan pengalaman nyata yang dihadapi dalam keseharian siswa. Prinsip ini mendorong guru dan siswa untuk menjadikan lingkungan sekitar dan realitas kehidupan sehari-hari sebagai bahan utama pembelajaran. Oleh karena itu, satuan pendidikan harus membuka ruang dan kesempatan kepada siswa untuk senantiasa mengeksplorasi berbagai hal di luar lingkup satuan pendidikan.