Uzlifah Rusydiana

Belajar dan terus belajar... ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Belajar Sejarah di Museum Trowulan

Belajar Sejarah di Museum Trowulan

Bangsa yang hebat adalah mereka yang selalu menghargai sejarah. Mempelajari buku sejarah, menciptakan media pembelajaran berbasis sejarah, menonton video tradisi masyarakat prasejarah, dan menulis buku tentang sejarah adalah beberapa strategi konkret menghargai sejarah. Tidak sekadar mendengarkan cerita lalu menguap begitu saja. Namun, bagaimana karakter baik dan perjuangan masyarakat terdahulu terpatri dalam hati generasi muda bangsa. Melestarikannya dalam berbagai bentuk aksi.

Tak dimungkiri, generasi milenial yang lahir pada era modern lebih akrab dengan dunia digital. Tak heran jika mereka tidak mengenal zaman sebelum mereka dilahirkan. Insan pendidik yang merupakan ujung tombak sekaligus garda terdepan proses pembelajaran memegang peran penting dalam menginternalisasi nilai luhur budaya pendiri negeri melalui berbagai inovasi. Baik terintegrasi dalam kegiatan intrakurikuler maupun kokurikuler.

Bekerja sama dengan Dewan Kebudayaan Daerah Kota Mojokerto, Komunitas Aksara Jawa Kuno mengajak para aktivisnya dan sejumlah guru di Kota Mojokerto untuk mengunjungi Museum Trowulan yang merupakan rangkaian dari Pelatihan “Belajar Aksara dan Bahasa Jawa Kuno”. Lokasi museum berada di Jalan Pendopo Agung, Ngelinguk, Trowulan, Kabupaten Mojokerto.

Studi lapangan ini bertujuan mengajak peserta untuk belajar membaca prasasti batu yang sudah mereka pelajari selama tiga pertemuan sebelumnya. Selain itu, penyelenggara juga berharap peserta yang sebagian besar guru ini bisa menularkan ilmunya kepada para siswa di sekolah. Syukur-syukur bisa belajar langsung di museum ini.

Tidak hanya membaca prasasti batu, peserta juga mengamati seluruh koleksi yang ada di Balai Pelestarian Cagar Budaya tersebut. Begitu melewati pintu masuk museum, berjalan ke arah kiri maka pengunjung akan menemukan Ruang Koleksi Islam. Ruang ini menyajikan koleksi yang menunjukkan bukti awal mula penyebaran Islam di Nusantara, khususnya di Jawa Timur. Salah satunya adalah koleksi nisan Fatimah Binti Maimun yang ditemukan di Kompleks Makam Leran di Gresik dan beberapa nisan dari Kompleks Makam Troloyo di Mojokerto.

Dengan didampingi pemandu museum, peserta diajak memasuki ruang berikutnya, yaitu Ruang Koleksi Terakota (Tanah Liat). Artefak peninggalan Kerajaan Majapahit berbahan tanah liat menjadi koleksi utama yang ditampilkan di ruangan ini. Namun, di ruang ini juga dipamerkan artefak berbahan keramik dan batu. Gambaran kondisi kehidupan masyarakat Majapahit dapat dilihat dari peninggalan yang ada pada ruangan ini. Sebagai contoh alat perlengkapan upacara keagamaan, berupa arca dewa-dewi, miniatur candi, stupika, kendi susu, dan lain-lain.

Busana dan gaya rambut masyarakat tecermin pada arca-arca figurin. Gaya arsitektur yang berkembang terlihat dari berbagai bentuk bubungan, miniatur rumah, miniatur tiang, dan selubung tiang yang beberapa di antaranya memiliki motif hias.

Di depan Ruang Koleksi Islam dan Terakota, pengunjung akan memasuki Ruang Cerita Panji. Cerita Panji merupakan kumpulan kisah asli dari Jawa Timur yang berkembang pada periode kerajaan Kediri dan makin populer pada masa Majapahit. Cerita Panji mengisahkan tentang petualangan Raden Panji mencari tunangannya, yaitu Putri Candrakirana.

Di area belakang, yaitu pendopo, pengunjung akan melihat lebih banyak lagi koleksi lantaran sebagian besar koleksi dipamerkan di sini. Koleksi yang dipamerkan terutama dari kategori bahan batu dan terakota. Gambaran teknologi bangunan, seni pahat, dan paham keagamaan yang berkembang pada masa Majapahit terlihat pada berbagai koleksi arca, prasasti, dan unsur bangunan. Di sini peserta belajar membaca prasasti batu yang didominasi dengan angka tahun.

Ternyata tidak mudah membaca prasasti batu. Banyak tulisan yang sudah aus termakan usia. Selain itu, bagi yang belum hafal aksara Jawa Kuno pasti merasa kesulitan saat membaca. Jadi, harus mengeja satu per satu.

Berkunjung ke museum sejatinya tidak sekadar rekreasi. Dengan pergi ke museum, pengunjung bisa menyaksikan sepenggal cerita yang terjadi masa lampau. Dengan begitu dapat mengenali sejarah dan budaya di negara sendiri. Jika dalam buku sejarah dapat membaca cerita dan melihat gambar-gambar ilustrasi. Namun, dengan berkunjung ke museum, pengunjung bisa melihat langsung benda-bendanya. Hal ini membuat siapa saja belajar dan membayangkan suasana yang terjadi pada masa itu.

Jadi, masih ragu berkunjung ke museum? Hanya dengan Rp 5.000 untuk dewasa dan Rp 2.500 untuk anak-anak, pengunjung bisa melihat langsung berbagai peninggalan bersejarah utamanya dari Kerajaan Majapahit. Khusus wisatawan mancanegara dikenai tarif Rp 50.000. Buka setiap hari dari pukul 08.30 – 15.30 WIB pengunjung bisa berkeliling museum sepuasnya. Jadi, tunggu apa lagi?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post