Uzlifah Rusydiana

Belajar dan terus belajar... ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Benarkah Makan Gaji Buta?

Benarkah Makan Gaji Buta?

Salah satu upaya pencegahan virus corona (Covid-19) yaitu dengan stay at home. Upaya ini diyakini sebagai cara terbaik memutus mata rantai penyebaran corona. Akibatnya, hampir semua pekerjaan harus dilakukan dari rumah (work from home). Termasuk kegiatan pembelajaran. Mulai jenjang TK hingga perguruan tinggi melakukan pembelajaran daring sesuai instruksi Mendikbud. Tak ada kegiatan tatap muka secara langsung sampai sekitar akhir Mei 2020. Banyak agenda penting dibatalkan, salah satunya pelaksanaan ujian nasional. Yah...ujian nasional yang rencananya dihapus tahun depan, akhirnya harus tumbang dengan sendirinya gegara corona.

Pembelajaran daring yang dilakukan seluruh sekolah di Indonesia menyisakan sebuah persoalan. Banyak suara sumbang beredar. Bahwa guru makan gaji buta. Saya sendiri tidak tahu apa dasar mereka beropini seperti itu. Apa karena guru tidak mengajar? Apa karena bekerja lebih santai? Entahlah.

Apa sebetulnya makan gaji buta itu? Sebagai orang awam, saya memahami makan gaji buta itu jika seseorang mengambil gaji, sementara tidak ada kompensasi timbal balik yang dia berikan kepada pihak yang mempekerjakannya. Nah, sekarang kita analisis, apa benar guru hanya menerima gaji tanpa menjalankan tugas sebagaimana mestinya, terutama sejak pembelajaran daring ini? Dengan tegas saya katakan it’s not true. Itu sama sekali tidak benar.

Seperti halnya pembelajaran tatap muka, siswa masuk kelas pukul 07.00. Begitu juga pada pembelajaran daring, materi dan tugas diberikan kepada siswa sejak pukul 07.00. Pendidikan karakter tetap diajarkan dan dinilai. Sebagai contoh, siswa diminta praktik mencuci tangan dengan benar, membantu orang tua di rumah, hafalan surat pendek, makan makanan bergizi, dan lain sebagainya. Yang kesemuanya itu divideo, dikirim kepada guru, dan selanjutnya dinilai.

Untuk pelajaran tematik, siswa diberi materi dan tugas. Siswa mengerjakan tugas di buku tulis. Hasil pekerjaan siswa difoto dan dikirimkan kepada guru. Bisa dibayangkan bagaimana guru harus mengoreksi jawaban siswa melalu foto yang dikirimm. Jika disuruh memilih, saya lebih baik mengoreksi langsung buku siswa daripada mengoreksi dengan metode seperti ini. Namun, mau tak mau harus dilakukan.

Belum lagi jika siswa tidak mengerti. Dalam hal ini, guru siap melayani kapan pun siswa bertanya. Guru harus memastikan bahwa siswa tak sekadar menggugurkan kewajiban dengan mengumpulkan tugas ala kadarnya. Lebih dari itu, siswa benar-benar mengerti materi yang sedang dibahas pada hari itu dan selalu memantau ketercapaian siswa terhadap kompetensi dasar yang tengah dibahas pada hari itu.

Dalam mengumpulkan tugas, tak sedikit siswa melakukannya pada malam hari lantaran orang tuanya masih bekerja. Malam baru datang. Guru pun harus selalu siap. Itu artinya harus bekerja di luar jam kerja pada umumnya. Fleksibilitas waktu kerja memang tampak di sini. Itu gambaran singkat tanggung jawab guru kepada siswa.

Kepada kepala sekolah, guru harus memenuhi sejumlah tagihan. Pertama, guru membuat kisi-kisi kegiatan pembelajaran dalam jaringan mulai tanggal 16 Maret hingga 21 April 2020 dalam bentuk tabel. Dalam kisi-kisi tersebut memuat hari/tanggal, mapel/tema/subtema, materi pembelajaran, jenis kegiatan, dan hasil yang diharapkan.

Misalnya pada hari Kamis, 2/4/2020, kelas 3 Tema 7 Subtema 1 muatan pelajaran Bahasa Indonesia KD 3.6 dengan materi kosakata tentang perkembangan teknologi pangan, Matematika KD 3.8 dengan materi volume benda menggunakan satuan tak baku, dan PPKn KD 3. 3 dengan materi dampak positif dan negatif dari perbedaan sifat dan kebiasaan akibat adanya perkembangan teknologi produksi pangan.

Kegiatan yang dilakukan siswa di rumah meliputi: menggunakan kosakata tentang perkembangan teknologi pangan menjadi sebuah informasi, mengukur volume benda menggunakan satuan tak baku, dan mengidentifikasi dampak positif dan negatif dari perbedaan sifat dan kebiasaan akibat adanya perkembangan teknologi produksi pangan.

Berdasarkan kegiatan pembelajaran tersebut, hasil yang diharapkan, siswa mampu menggunakan kosakata tentang perkembangan teknologi pangan menjadi sebuah informasi, mengukur volume benda menggunakan satuan tak baku, dan mengidentifikasi dampak positif dan negatif dari perbedaan sifat dan kebiasaan akibat adanya perkembangan teknologi produksi pangan. Dan seterusnya. Kisi-kisi tersebut dilaporkan kepada kepala sekolah. Kepala sekolah merekap dan melaporkan kepada pengawas sekolah untuk di evaluasi.

Kedua, guru juga membuat laporan harian kepada kepala sekolah. Formatnya sama dengan kisi-kisi di atas. Namun, pada laporan harian ini ditambahkan satu kolom untuk isian foto siswa saat mengerjakan tugas dan hasil pekerjaan siswa. Jika ada tagihan video, dikirimkan juga kepada kepala sekolah sebagai laporan harian. Kepala sekolah mengevaluasi dan memberikan umpan balik terhadap laporan yang disusun guru. Memberikan masukan atau alternatif lain yang bisa dimasukkan dalam pembelajaran daring. Memberikan solusi terhadap berbagai kendala yang ditemui guru.

Dalam pembelajaran daring ini guru juga senantiasa melakukan evaluasi dan refleksi diri. Bagaimana memberikan pembelajaran yang menarik, variatif, dan tidak membosankan. Apakah pembelajaran hari ini sudah berjalan dengan baik. Teknik yang bisa dilakukan, pada akhir pembelajaran, yaitu setelah semua siswa mengumpulkan tugas, guru memberikan umpan balik dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa melalu grup WhatsApp. Misalnya, apakah siswa sudah paham dengan materi yang sedang dibahas. Apakah siswa senang dengan pembelajaran hari ini. Apa kesimpulan yang bisa diambil dalam pembelajaran hari ini. Apa yang diharapkan dalam pembelajaran berikutnya.

Pesan moral juga tetap diberikan pada akhir pembelajaran seperti pada pembelajaran tatap muka umumnya. Pesan moral bisa disesuaikan dengan materi yang sedang dibahas atau bisa juga dikaitkan dengan pencegahan penyebaran Covid-19. Misalnya agar tetap berada di rumah, menjaga kesehatan, dan lain-lain. Terhadap beberapa kekurangan yang ada, guru akan mencari alternatif lain sebagai solusi metode pembelajaran daring.

Nah, dari beberapa tugas guru dalam pembelajaran daring di atas, apakah masih ada anggapan guru makan gaji buta? Mohon pencerahan!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hal itu disebabkan mereka tak mengetahui yang dikerjakan guru saat WFH atau hanya bahas mereka karena ada terbersit rasa iri di hati, karena guru tetap mendapat gaji. Mungkin mereka pun tak tahu bahwa tidak semua guru itu digaji pemerintah. Guru swasta hanya dapatkan gaji pokok yang tak seberapa. Sukses selalu dan barakallahu fiik

09 Apr
Balas

Nggih, Bunda. Sehat selalu untuk njenengan :)

10 Apr



search

New Post