Berliterasi dengan Mind Mapping
Nama Tony Buzan, seorang psikolog asal Inggris tentu tak asing lagi di telinga kita. Metode mind mapping yang kali pertama digagas tengah populer di dunia pendidikan. Mind mapping yang kita pahami adalah metode mencatat dan meringkas sebuah konsep secara kreatif dan efektif dalam sebuah peta pikiran.
Pola yang terbentuk secara visual dan grafis menjadikan siswa mampu merekam dan mengingat informasi yang telah dipelajari dengan baik. Jika banyak guru mengimplementasikan metode tersebut dalam berbagai mata pelajaran, tidak demikian dengan saya.
Kali ini, saya mencoba mengintegrasikan mind mapping dalam kegiatan literasi. Sajian yang berbeda dari hari biasanya ini tentu membuat siswa lebih antusias. Terus dan terus berinovasi dalam berliterasi mutlak kita lakukan. Guru sebagai garda depan suksesnya gerakan literasi semestinya terus mengasah dan menggali berbagai ide untuk mengembangkan program tersebut.
Lima belas menit membaca sebelum pembelajaran bukanlah harga mati. Justru strategi cerdas lain mampu menjadikan siswa lebih cinta membaca. Siswa lebih kritis, kreatif, dan mampu mengingat dengan baik.
Pada umumnya, alat yang diperlukan dalam metode mind mapping adalah berbagai macam bolpoin atau spidol warna. Kali ini, saya meminta siswa menyiapkan kertas lipat berwarna, lem, dan spidol. Karena sasarannya adalah siswa SD, saya kenalkan mind mapping tingkat dasar atau sederhana sebagai proses latihan awal. Tidak terlalu banyak cabang dari gambar pusat. Yang penting, pesan dari strategi ini sampai kepada siswa dan mereka berproses dengan senang.
Mula-mula, siswa membaca buku cerita anak. Karena dalam buku tersebut terdapat banyak subjudul, siswa memilih satu subjudul saja. Selanjutnya, siswa mulai membuat mind mapping dalam buku budaya baca. Sebaiknya menyiapkan dua lembar sisi buku yang masih kosong. Tidak harus dalam buku. Bisa juga menggunakan kertas gambar atau kertas karton. Pemilihan buku tulis bertujuan agar pekerjaan siswa terdokumentasi dengan baik dan tidak rawan hilang.
Siswa menuliskan salah satu subjudul di bagian tengah sesuai kreasi masing-masing. Tulisan bisa dibingkai dalam bangun lingkaran, oval, persegi, persegi panjang, segitiga, dan lainnya. Bebas saja. Biarkan siswa berkreasi dan berimajinasi. Buatlah beberapa garis hubung melengkung yang menghubungkan ke gambar pusat. Kali ini, siswa membuat lima garis lengkung. Setiap garis lengkung diberi satu kata kunci.
Lima kata kunci yang ditulis pada setiap garis lengkung adalah tokoh, tempat, waktu, alur, dan pesan moral. Nah, saatnya memanfaatkan kertas lipat warna. Karena ada lima cabang, siapkan saja kertas lipat dengan lima warna berbeda. Sebagai contoh, warna kuning untuk tokoh, hijau untuk latar tempat, biru untuk pesan moral, dan seterusnya.
Mulailah menulis nama tokoh pada kertas lipat warna tertentu. Guntinglah dengan bentuk yang disukai. Lalu, tempel pada ujung garis lengkung yang telah dibuat. Jika terdapat lebih dari satu tokoh, tuliskan lagi pada kertas dengan warna yang sama. Buat lagi garis di sebelah tokoh pertama, lalu tempelkan kertas yang bertuliskan tokoh kedua. Begitu seterusnya.
Untuk latar tempat, latar waktu, alur, dan pesan moral, lakukan cara yang sama. Gunakan kertas lipat dengan warna berbeda. Pada bagian alur, tuliskan beberapa kata kunci dari beberapa peristiwa yang ada dalam cerita. Tentu bagian-bagian penting yang dituliskan. Sebagai contoh, berangkat sekolah, bertemu kakek tua, menemukan dompet, dan lainnya. Begitu mudah.
Setelah semua proses selesai, beberapa perwakilan siswa menceritakan kepada temannya dengan membaca hasil mind mapping yang telah dibuat. Metode meringkas buku melalui mind mapping diyakini mampu memicu sinergi kerja otak kanan dan kiri. Selain berpikir, siswa juga dilatih berimajinasi secara kreatif. Menuliskan poin-poin penting dalam sebuah peta pikiran menjadikan siswa lebih paham dan mengingat apa yang telah dibaca. Dengan demikian, pesan buku tidak menguap begitu saja tanpa makna. Melainkan terikat kuat dalam memori. Bismillah....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Saya akui. Jempol. Saya tak pakai istilah mind mapping, tapi semantic mapping. Lebih tua.
Kereeen, Mr Alien.... Saluto
cukup kreatif idenya, sippppp
Matur nuwun, Mas Agus :)