Uzlifah Rusydiana

Belajar dan terus belajar... ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Masukkan ke dalam Tongsipa

Masukkan ke dalam Tongsipa

Perkembangan teknologi berkembang begitu pesat. Digitalisasi terjadi hampir di seluruh ranah kehidupan. Modernisasi tentu saja tak dapat dielakkan. Namun, masih ada ruang dan harapan untuk selalu berdampingan secara sehat dengan tuntutan zaman saat ini.

Derasnya perkembangan teknologi membuat kita dapat mengakses segala informasi dengan sangat mudah. Tak terkecuali bagi anak-anak di bawah usia yang kadang tak ada pendampingan dari orang tua. Berita ter-update pun dapat diperoleh dengan hitungan detik.

Tayangan yang disajikan tanpa filtrasi ketat, membuat banyaknya konten negatif bertebaran. Isu hoaks barangkali menjadi konsumsi masyarakat sehari-hari. Lunturnya jiwa nasionalisme menjadi ancaman utama dari perkembangan teknologi dan informasi ini. Dampak perkembangan teknologi informasi di antaranya: masyarakat lebih individualis, rasa cinta terhadap tanah air dan budaya mulai luntur, dan ancaman terhadap ideologi bangsa

Dengan berbagai dampak negatif tersebut, bukan berarti kita harus menutup diri dan menghentikan perkembangan teknologi yang ada. Namun, diperlukan sebuah formula strategis dalam mengurangi dampak yang ada.

Guru sebagai garda terdepan pendidikan memiliki peran esensial dalam mengatasi problematika tersebut. Melalui pendidikan Pancasila, siswa diajak meneguhkan kembali nilai-nilai pada setiap butirnya sebagai upaya menangkal krisis nasionalisme.

Salah satu upaya yang bisa dikembangkan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan mengimplementasikan media “Tongsipa”. Saya memanfaatkan media ini pada pembelajaran pendidikan Pancasila kelas 4 dengan tujuan pembelajaran (TP) menerapkan nilai-nilai Pancasila di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Penggunaan media pembelajaran yang dikemas dalam sebuah permainan bertujuan agar siswa dapat lebih memahami posisinya sebagai seorang pelajar Indonesia. Kesadaran akan peran sebagai individu baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat. Salah satunya dengan menerapkan kelima sila Pancasila di setiap sendi kehidupan.

Tongsipa sendiri merupakan akronim dari Kantong Sila Pancasila. Dengan alat dan bahan yang mudah didapat, media ini sangat mudah dibuat. Alat dan bahan yang dibutuhkan di antaranya: kertas manila, kertas HVS putih, kertas HVS warna, kertas bufalo, lem, dan gunting.

Cara membuatnya pun cukup mudah. Mula-mula kita siapkan alat dan bahan yang diperlukan. Cetak tulisan Kantong Sila Pancasila sebagai judul alat peraga dengan ukuran 27 cm x 7 cm. Gunting tulisan Kantong Sila Pancasila yang sudah dicetak. Tempel tulisan Kantong Sila Pancasila yang sudah digunting pada bagian atas kertas manila. Cetak lambang Pancasila sila pertama sampai kelima yang terdiri atas bintang, rantai, pohon beringin, kepala banteng, dan padi kapas dengan ukuran 10 cm x 10 cm.

Selanjutnya, gunting lima lambang Pancasila yang sudah dicetak. Tempel lima lambang Pancasila secara berjajar ke kanan 10 cm di bawah judul Kantong Sila Pancasila. Buat lima kantong dari kertas HVS warna merah muda, kuning, dan hijau dengan ukuran 10 cm x 14 cm. Dua kantong berwarna merah muda, dua kantong berwarna kuning, dan satu kantong berwarna hijau. Menggunakan kertas warna untuk membuat kantong agar lebih menarik. Tempel lima kantong tersebut 4 cm di bawah lambang sila Pancasila. Dua kantong merah muda di bawah lambang bintang dan padi kapas. Dua kantong kuning di bawah lambang rantai dan kepala banteng. Satu kantong hijau di bawah lambang pohon beringin.

Langkah berikutnya, cetak beberapa tulisan penerapan lima sila Pancasila di atas kertas bufalo berwarna putih dengan ukuran 15 cm x 3 cm atau sesuai panjang tulisan membentuk sebuah kartu. Tulisan tersebut di antaranya: mengembangkan rasa cinta pada tanah air dan bangsa, memberikan bantuan kepada panti asuhan, berani memperjuangkan keadilan untuk diri sendiri dan juga untuk orang lain, melakukan keputusan yang diambil, tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain, dan lain sebagainya. Terakhir, gunting beberapa tulisan penerapan lima sila Pancasila yang sudah dicetak.

Media pembelajaran pun siap digunakan. Sebelumnya, guru menjelaskan tentang prosedur penggunaan media yang telah ditempel di papan tulis. Kelas dibagi menjadi empat kelompok. Satu kelompok terdiri atas 5 – 6 siswa. Dua siswa perwakilan tiap kelompok berdiri di depan kelas menghadap papan tulis sehingga ada delapan siswa yang maju. Sambil menyanyikan lagu Garuda Pancasila, guru membagi kartu bertuliskan penerapan sila Pancasila secara acak dalam posisi terbalik. Siswa membuka kartu yang sudah dibagikan oleh guru.

Siswa memasukkan kartu tersebut ke dalam kantong yang sesuai. Sebagai contoh: kartu bertuliskan “Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain” dimasukkan ke dalam kantong yang berada di bawah lambang bintang. Kartu bertuliskan “Melakukan keputusan yang diambil” dimasukkan ke dalam kantong yang berada di bawah lambang kepala banteng. Demikian seterusnya. Siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing.

Pada tahap konfirmasi, guru mengajak seluruh siswa untuk mengoreksi apakah kartu sudah dimasukkan ke dalam kantong yang sesuai. Jika tidak sesuai, siswa diajak menentukan kantong mana yang sesuai untuk kartu tersebut. Terakhir, seluruh siswa menuliskan contoh penerapan Pancasila di bukunya masing-masing.

Sebagai kegiatan penutup, siswa dibimbing guru untuk menyimpulkan materi tentang penerapan sila Pancasila. Refleksi juga dilakukan pada tahap ini. Siswa mengungkapkan kesan-kesan mengenai apa yang sudah dipelajari. Bagian mana yang sudah dipahami dan belum. Guru juga menyampaikan pesan moral agar siswa senantiasa berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas tindak lanjut dilakukan dengan meminta siswa menuliskan beberapa perilaku mereka di rumah, sekolah, dan lingkungan masyarakat yang sesuai dan tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Siswa tampak antusias saat mengikuti pembelajaran. 90 persen siswa kelas 4 mampu mengelompokkan penerapan sila Pancasila sesuai kantongnya. Hal ini dikarenakan siswa terlibat langsung dalam pembelajaran. Edgar Dale dalam Hamzah dan Mohamad (2011:196) mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah melalui pengalaman langsung. Dalam belajar, siswa tidak hanya mengamati, tetapi harus menghayati, terlibat langsung, bertanggung jawab terhadap proses dan hasilnya.

Setelah memanfaatkan media Kantong Sila Pancasila, dapat disimpulkan bahwa media ini mampu mengoptimalkan pencapaian suatu tujuan pembelajaran, siswa lebih memahami konsep materi makna sila Pancasila, pembelajaran lebih efektif, dan dapat meningkatkan semangat belajar siswa.

Pada dasarnya, banyak strategi yang bisa diimplementasikan dalam penyampaian materi penerapan nilai-nilai Pancasila. Melalui metode yang menyenangkan dan media yang menarik diharapkan siswa mampu memahami tujuan pembelajaran dengan lebih mudah. Tidak sekadar paham. Lebih dari itu, siswa mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga berbagai dampak modernisasi perlahan dapat ditepis. Generasi emas berkepribadian Pancasila pun akan terwujud.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post